Rut menemui Direk untuk memberitahunya tentang Bee. Masalahnya dia masih belum tahu apakah saksi ini masih hidup atau tidak. Menurut Direk, kasus ini tidak normal dan banyak yang aneh dan misterius. Apa Rut yakin akan terus menyelidikinya?
"Itu tergantung apakah aku bisa menemukan saksi lain atau tidak."
Direk meminta Rut untuk berhati-hati. Dia tidak bisa tidak mengkhawatirkan Rut.
Karena tak ada yang bisa mengantarkannya pulang, Suam terpaksa harus ke halte. Tapi bisnya tak kunjung datang, banyak orang lagi di halte. Haruskah dia naik taksi saja?
Tiba-tiba dia punya ide. Dia langsung menelepon Rut dan dengan lantang menyapa. "Halo... Suamiku!"
Rut tiba di halte itu tak lama kemudian dan Suam dengan sengaja memaksanya turun dulu. Dan begitu Rut menurutinya, Suam langsung memamerkan cincin kawin mereka dan dengan bangga memperkenalkan suaminya pada semua orang asing di sana. Rut jadi malu dan buru-buru memaksa Suam masuk mobil.
"Kenapa kau malu, Sayang? Dia memang sangat pemalu."
Semua orang sontak bertepuk tangan untuk mereka, bahkan mendoakan mereka langgeng. Rut penasaran Suam sebenarnya mau ke mana sampai meneleponnya?
"Tidak ke mana-mana. Aku mau pulang."
"Apa kau sering menyuruh seseorang untuk menjemputmu begini?"
"Tidak pernah. Kau orang pertama. Kenapa? Kau cemburu?"
"Kupikir kau sering memanggil Khun Aik untuk menjemputmu."
"Aku tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Aku tidak punya kebiasaan untuk memanggil suami orang lain. Kau suamiku sendiri. Jadi tidak apa-apa."
"Cuma 3 bulan, Khun Panrayaa (Istri). Manfaatkan aku sepenuhnya."
"Jangan khawatir, Khun Samee (Pak Suami). Selama 3 bulan ini, aku akan memanfaatkanmu sampai kau gila."
Mereka santai saja bercanda dan saling menggoda sampai Rut tidak konsen lihat jalan sehingga mereka hampir saja tertabrak truk yang mendadak muncul menyalip mereka, sama persis seperti kecelakaan yang dulu. Untung saja Rut mengerem tepat waktu.
Tapi tak pelak kejadian barusan membuatnya gemetaran dan trauma. Dia jadi pendiam sampai mereka pulang. Dia bahkan mengabaikan sapaan Teerak dan langsung masuk kamar mandi untuk menenangkan dirinya.
Teerak bingung, ada apa dengan Rut? Suam juga tidak tahu, dia baik-baik saja... sampai saat truk itu menyalip mereka. Ah! Teerak akhirnya mengerti.
Saat dia kembali ke ruang kerja tak lama kemudian, dia mendapati Suam sedang menatap ponselnya Bell. Suam cemas, apa Rut baik-baik saja? Rut mengiyakannya lalu cepat-cepat ganti topik mengajaknya makan.
Neung baru selesai masak saat tiba-tiba saja Padet pulang dalam keadaan babak belur dengan banyak luka dan darah di mana-mana. Neung sontak menutup matanya dan menjerit ketakutan mengira dia hantu.
Tapi alih-alih merasakan dan mengeluh sakit, Padet tampak benar-benar seperti zombie yang berjalan mendekati Neung dengan muka seram yang jelas saja membuat Neung jejeritan makin heboh.
Padet sampai harus berteriak untuk menenangkannya dan baru saat itulah Neung akhirnya membuka matanya dan langsung cemas bukan main melihat kondisi Padet. Bagaimana bisa dia terluka separah ini? Ayo ke rumah sakit, sekarang juga!
Tapi Padet malah santai-santai saja dan menolak pergi. Dia bahkan mengklaim ini masih termasuk normal. Dia mau mandi sekarang, Neung pulang saja.
Tapi saat Padet selesai mandi tak lama kemudian, dia malah mendapati Neung masih di sana, sudah bersiap dengan kotak P3K untuk mengobatinya. Padet menolak dan bersikeras menyuruh Neung pulang, tapi Neung tak mau dengar dan langsung menyeret Padet duduk, dan mulai mengobati bagian punggungnya.
"Apa sih yang kau lakukan?"
"Kerja."
"Kau tidak takut mati."
"Tidak."
"Kau benar-benar seperti zombie. Siapapun pacarmu pasti akan sial. Kalau besok kau terluka dan aku tidak ada, siapa yang akan membersihkan lukamu?"
"Kau mau ke mana?"
"Makan bersama lelaki yang dipilih ibuku."
DEG! Seketika itu pula Padet merasa jantungnya tak enak. Pfft! Mulai suka yah? Dia bahkan mendadak emosi, kenapa Neung harus pergi? Apa Neung tidak takut? Neung bingung. Tidaklah. Ngapain juga takut? Dia sudah tak punya hati lagi pada siapapun.
"Siapa di sini yang zombie?" Sinis Padet.
"Kalau begitu, jika besok aku terluka, kau harus membersihkan lukaku juga."
Neung santai saja mendekatkan wajahnya tepat saat Padet menoleh sehingga mereka hampir saja bersentuhan. Neung sontak menjauh dengan canggung dan Padet diam-diam tersenyum bahagia.
Berusaha menghibur Rut, Suam datang membawakan kopi dan dengan bercanda menawarkan kopi atau dirinya, tapi dirinya nggak gratis loh, wajib bayar tergantung bagian mana yang Rut sentuh.
"Kopi saja cukup. Terima kasih."
Tapi saat dia mulai minum kopinya, dia malah melihat Suam menatapnya terus sambil senyum. Tadi waktu makan juga Suam menatapnya, sekarang Suam menatapnya lagi. Apa Suam mau melakukan 'itu' bersamanya?
"Boleh juga. Aku tidak keberatan."
Dan itu sukses membuat Rut bisa tersenyum. Suam senang melihatnya, apa dia sudah baikan sekarang? Suam penasaran, kenapa Rut ingin menikah cuma 3 bulan? Tapi Rut menolak menjawab dan mengingatkan akan salah satu syarat dalam kontrak mereka, yaitu Suam dilarang bertanya.
"Ayolah, Khun. Kita kan sudah dekat. Tolong beritahu aku.."
Rut akhirnya luluh juga dan mengaku bahwa dia ada kerjaan penting selama 3 bulan ini, dan dia harus menyelesaikannya secepat mungkin. Suam bertanya-tanya apakah itu tentang kasus penangkapan Sia Ha? Kenapa?
Karena Sia Ha adalah orang yang sudah lama diincar oleh pihak berwenang, sejak pamannya masih bekerja jadi polisi.
"Kau ingin melanjutkan mimpi pamanmu?"
"Tidak juga. Aku menjadi polisi karena kemauan pamanku. Jika aku bisa menangkap penjahat yang ingin ditangkap pamanku, mungkin aku bisa membayar sebagian hutang budiku pada pamanku."
"Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Kau bicara seolah kau tidak ingin terus menjadi polisi."
"Mungkin."
"Yang benar? Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"
Rut terharu mendengar pertanyaan sederhana itu. Sejak kedua orang tuanya meninggal dunia, tak pernah ada seorang pun bertanya dia ingin menjadi apa. Tiba-tiba dia mengambil tangan Suam lalu membawanya turun tak peduli biarpun Suam mengancam akan memungut biaya.
Seperti biasanya, dia mengajak Suam makan es krim tengah malam. Rut mengaku bahwa mendiang ibunya suka makan es krim. Suam dengan hati-hati bertanya apakah kedua Rut meninggal karena kecelakaan mobil? Rut membenarkanya.
"Karena itukah kau tidak suka suara rem yang keras?"
"Iya."
"Aku juga tidak suka. Saat aku mendengar suara rem yang keras, selalu ada kecelakaan. Dan saat ada kecelakaan, banyak roh yang melayang. Itu benar-benar mengerikan, Khun."
Tapi Rut masih saja belum percaya kalau Suam bisa melihat hantu. Suam meyakinkan kalau dia benar-benar bisa melihatnya. Rut tidak percaya karena dia tidak bisa melihatnya.
Rut mengaku bahwa dia ada di dalam mobil itu saat ayah dan ibunya kecelakaan. Apa yang dia lihat bukan roh, melainkan hal yang nyata.
"Jika roh itu benar-benar ada, mereka pasti akan tahu kalau aku tidak ingin mereka pergi. Roh ayah dan ibuku, mereka mungkin tidak akan kejam padaku. Iya kan?"
Berusaha menghiburnya, Suam langsung pindah duduk di sampingnya lalu menawarkan bahunya untuk Rut. Rut geli menolaknya, buat apa? Dia tidak kenapa-kenapa kok.
Tapi Suam bersikeras memaksanya menyandarkan kepala di bahunya. "Kadang kau juga bisa menjadi lemah. Aku janji tidak akan memberitahukannya pada orang lain. Aku juga tidak akan menagih uang."
Rut akhirnya nurut juga dan langsung menyandarkan kepalanya di bahu Suam. Dan itu berhasil membuatnya kembali tersenyum. Bagaimana? Rasanya nyaman, kan? Tanya Suam.
"Tulangmu runcing banget." Canda Rut. "Apa kau tahu. Sejak aku lahir, aku tidak pernah bersandar di bahu orang lain. Ternyata sehangat ini. Terima kasih, Suam."
"Tidak masalah. Kan aku sudah bilang, selama 3 bulan ini, aku akan membuatmu tidak akan menceraikanku."
Rut tersenyum mendengarnya. "Bertahanlah, Suam. Jika kau ingin bertahan, bertahanlah."
"Kau serius?"
Rut membuka matanya saat itu dan mendapati wajah Suam sangat dekat dengannya. Rut seketika terbawa perasaan dan langsung mendekat. Apakah mereka akan berciuman? Tunggu episode selanjutnya. 😆😆😆
2 Comments
Palingan enggak jadi ciuman 😆😆
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam