Menyadari kecurigaan Rut padanya, Suam berniat kabur. Tapi Rut dengan cepat menghentikannya dan tanya bagaimana bisa Suam mengetahui password-nya?
Suam berusaha berkilah dan menolak menjawab dari mana dia mendapatkan password-nya, tidak penting juga dari mana dia tahu, yang penting kan chat-nya sudah terbuka. Lanjutkan saja penyelidikan mereka.
Tapi Rut ngotot mau tahu dari mana Suam mendapatkan password-nya. Apa dia mengenal Bell? Apa hubungan Suam dengan Bell?
"Jadi kau ini istriku atau tersangka?"
"Kau gila apa? Aku istrimu, bagaimana bisa aku jadi tersangka?"
Padet juga ingin tahu bagaimana Suam bisa mendapatkan password itu. Tak bisa menghindar lagi, akhirnya Suam jujur mengakui bahwa dia melihat rohnya Bell beberapa kali. Lalu tadi malam, Bell mendatanginya dalam mimpi, lalu memencet ponsel itu di depannya. Begitulah dia mendapatkan password-nya.
"Tidak masuk akal!" Rut tak percaya.
Tapi Padet percaya padanya. Suam senang, Padet memang yang terbaik. Rut kesal dan langsung mengusir Suam. Tapi Suam mendadak berubah pikiran dan menolak pergi. Dia orang yang membuka chat itu, jadi dia punya hak untuk tahu.
Sementara mereka berdebat, Padet sudah bergerak menyelidiki chat itu hingga dia berhasil mendapatkan nama pria kekasihnya Bell itu. Rut melarangnya ngasih tahu Suam, tapi Padet tak peduli dan mengumumkan nama pria itu adalah Bee.
Berkat alat sadap yang terpasang di bawah meja kerjanya Rut, tim Snow White bisa mencuri dengar percakapan mereka. Thuan langsung memerintahkan Songkram untuk meretas ponselnya Bee dan ambil fotonya Bee. Cari tahu apakah dia pernah keluar masuk barnya Sia Ha atau tidak.
Sementara Damkerng ia perintahkan untuk mengecek hasil autopsi Bell sekali lagi. Cari tahu apakah ada jaringan kulit atau sidik jari orang lain atau tidak. Semua informasi itu sudah harus tersedia sore nanti. Mereka harus mencari tahu di mana persembunyian Bee.
Songkram pun langsung sibuk dengan komputer-komputernya, sementara Damkerng mulai mengganti bajunya dengan seragam petugas forensik.
Berdasarkan isi chat itu, Rut menyimpulkan bahwa pada malam kejadian, Bee adalah orang yang nge-chat Bell dan memintanya keluar. Apa mungkin Bee juga orangnya Sia Ha?
Padet tak yakin. Jika iya, mereka pasti pernah melihat wajahnya sebelumnya. Tapi Padet yakin tak pernah melihat wajah Bee ini. Tapi kenapa dia ada di dalam mobil itu? Dan kenapa dia menghilang? Padet cemas jangan-jangan Bee malah sudah dibunuh.
Sementara kedua pria sibuk berdebat, Suam santai saja menengahi perdebatan mereka dengan cara mengirim stiker imut ke Bee. Rut sontak protes menegurnya, ini bukan mainan.
"Aku tidak main-main. Kalau kalian terus bertanya-tanya sendiri, kapan kita bisa dapat jawabannya? Satu-satunya yang bisa menjawab hanya Bee. Aku percaya Bee masih hidup. Tapi jika kalian terus lambat seperti ini, mungkin dia tidak akan bertahan lama."
Padet setuju dengan Suam. Lebih baik mereka mencoba mengirim pesan ke Bee. Setidaknya mereka bisa tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Rut akhirnya setuju juga dan langsung mengambil alih ponsel itu dan mengirim pesan ke Bee.
Sepertinya Bee bukan orangnya Sia Ha karena Cuchai juga sedang mencari keberadaan Bee, dia tampak ketakutan dan panik. Tapi anak-anak buahnya juga belum bisa menemukannya sampai sekarang. Anak buahnya berpikir kalau Bee mungkin sudah mati, tapi Cuchai tak percaya. Kalau memang iya, maka dia mau melihat jasadnya. Pokoknya dia harus ditemukan, baik dalam keadaan hidup atau mati.
Tepat setelah mengakhiri teleponnya, Cuchai tiba-tiba sakit kepala. Bpenneung tak sengaja mendengar percakapan mereka barusan dan langsung penasaran dengan kondisi Cuchai dan apakah dia melakukan kesalahan?
Cuchai sontak bereaksi keras menyangkal semuanya dan mengklaim kondisinya baik-baik saja. Bahkan dengan ketusnya dia menyuruh Bpenneung untuk tidak ikut campur. Urusi saja urusannya sendiri.
Bee ternyata menyembunyikan dirinya di sebuah kamar kos. Dia tampak sangat ketakutan dan terus mengecek jendela dengan was-was.
Tapi tiba-tiba dia mendapat chat dari nomornya Bell. Berusaha tak menakutinya, Rut dengan sopan memperkenalkan dirinya dan meyakinkan bahwa dia hanya ingin membantu dan meminta Bee untuk menghubunginya kembali. Dia janji akan melindungi Bee. Tapi tentu saja di saat seperti ini, Bee terlalu sulit mempercayai siapapun.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya ada chat masuk juga. Rut dan Padet langsung semangat membacanya... tapi langsung kecewa karena ternyata itu cuma chat promosi kacamata fashion.
Tapi Suam langsung tertarik sama chat itu dan hampir saja mau membalasnya sampai Rut harus menegurnya. Suam sebal, dasar tukang perintah. Suam mau pergi saja. Ada urusan.
"Apa itu ilegal?" Curiga Rut. "Biarpun kau istriku, aku bisa saja menangkapmu."
"Iya, iya, Pak Suami Polisiku. Ini hukum, banyak cara untuk menghindarinya. Istrimu ini akan berusaha menghindarinya sebaik mungkin. Aku pergi dulu yah."
Suam dan Suk mulai menyiapkan beberapa perlengkapan untuk memulai bisnis rumah meditasi mereka. Suk penasaran apa yang Suam katakan pada Pak Suaminya?
Tentu saja Suam belum mengatakan apapun, lagipula belakangan ini Rut sibuk menangani kasus Bell, jadi mungkin dia bisa menghindari masalah rumah meditasi ini untuk sementara waktu.
Tapi sebelum membuka rumah meditasi itu, Suk usul agar mereka minta izin dulu sama Dewa. Jadilah mereka pergi ke kuil bersama-sama untuk berdoa pada Dewa. Tepat saat Suam menyembah Dewa, tiba-tiba dia melihat pancaran sinar terang. Hmm, mungkin itu pertanda Dewa merestuinya.
Tepat seusai berdoa, Suam tiba-tiba melihat arwah seorang pria. Entah siapa dia, tapi arwah ini tidak menakutkan sama sekali. Dia tampak berjalan dari cahaya dan tersenyum hangat pada Suam.
Tapi tiba-tiba Suk menegurnya dan seketika arwah pria tadi menghilang. Suk cemas, apa dia melihat sesuatu? Suam membenarkan. Dia melihat arwah seorang pria, tapi dia tidak siapa arwah itu.
"Tapi aku merasa nyaman dan tidak takut sama sekali. Sangat aneh, kan, P'?"
Pada saat yang bersamaan di tempat lain, Ibunya Suam entah kenapa menangis sedih saat dia mengeluarkan sebuah kotak usang yang dia sembunyikan di bawah patung Dewa.
Ada sebuah foto yang tersimpan di dalamnya. Entah itu foto apa, tapi seketika itu pula Ibu langsung memeluknya sambil menangis begitu sedih.
Pertemuannya dengan arwah tak dikenal tadi benar-benar membuat Suam gelisah sepanjang hari. Tim Snow White sampai cemas melihatnya jadi begitu pendiam dan tidak bahagia. Apa yang harus mereka lakukan untuk menghibur Suam?
Suk punya ide bagus dan langsung menyuruh Songkram dan Damkerng untuk buka baju dan berolahraga, itu pasti bisa menarik perhatian Suam. Pfft!
Thuan dan Padet datang tak lama kemudian dengan membawa informasi tentang Bee dan Bell. Jadi kesimpulannya, Bee adalah pacarnya Bell. Sedangkan cerita tentang Tum hanyalah karangan orang-orangnya Sia Ha.
Mengingat Bee masih juga belum menjawab chat dari Rut, Thuan langsung menanyakan pendapat semua orang, apakah menurut mereka Bee juga sudah mati? Padet tak yakin, yang pasti mereka harus menunggu chat itu dibalas.
"Jika Nai Bee membalas pesannya, aku ingin segera membawa Nai Nee ke perlindungan saksi. Sudah dua orang yang mati dalam kasus ini."
Karena Suam yang paling dekat dengan ponselnya Bell, jadi Thuan memerintahkannya untuk terus mengawasi ponsel itu, jangan sampai lepas dari pandangannya. Suam yakin Rut juga pasti akan melindungi saksi jika Bee membalas pesannya nanti.
"Aku masih belum percaya pada siapapun."
Thuan langsung membagikan dokumen berisi informasi Bee pada semua orang dan menyuruh mereka membuat kontak dengan Bee secepatnya karena orang-orangnya Sia Ha juga pasti sedang mengincar Bee.
Usai rapat, Suam langsung minta tumpangan pulang sama Padet. Tapi tiba-tiba saja Padet mendapat telepon penting lainnya yang mengharuskannya pergi duluan meninggalkan Suam.
Bersambung ke part 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam