Sinopsis My Secret Bride Episode 10 - 5

Terkait masalah harta, Rut mengaku dia punya beberapa warisan dari orang tuanya. Di daerah ini, dia punya rumah dan sedikit tanah. Di Bangkok, dia punya kondominium yang dia sewakan.


"Intinya, kau orang kaya."

"Ibuku yang kaya."

Tapi setelah kedua orang tuanya meninggal, pamannya yang mengurus semua hartanya. Beberapa dijual, beberapa lainnya dialihkan entah ke mana, Rut tak pernah tahu. Setelah dia beranjak dewasa, Rut mulai mengambil alih dan mengurus sendiri sisa harta yang dia miliki. Dia menginvestasikan hartanya hingga perlahan-lahan tumbuh.

"Lalu kenapa kau merahasiakannya? Kau tidak percaya dengan pamanmu?"

"Lalu apa kau percaya pada ayahmu?"


Suam langsung terdiam, ragu untuk menceritakan tentang dirinya. Tapi Rut langsung menuntutnya untuk membuka hati padanya juga. Dia bisa menolong Suam. Suam bisa bergantung padanya, setidaknya selama mereka masih bersama. Katakan. Kenapa Suam tidak pernah berpikir kalau ayahnya adalah ayah kandungnya?

Suam masih ragu awalnya. Tapi akhirnya dia mulai menceritakan asal-usul keraguannya akan ayahnya. Dulu, waktu dia masih kecil, dia pernah sakit parah hingga dia membutuhkan transfusi darah.

Tapi golongan darah Ibu dan Oil berbeda dengannya. Hanya Ayah yang memiliki golongan darah yang sama dengannya. Tapi Ayah malah tidak sudi mendonorkan darahnya untuk Suam. Suam juga ingin menyayanginya, tapi orang itu memukulinya terus menerus tanpa ampun.

Seandainya orang itu bisa memukulinya sampai mati, dia pasti akan melakukannya. Jika dia benar-benar ayah kandung, pasti dia akan berusaha menahannya sedikit. Tapi dia tidak pernah melakukan itu.


Dan lagi, pernah suatu hari dia terbangun tengah malam dan mendapati orang itu berdiri memandanginya dan Oil yang sedang tidur. Caranya menatap mereka benar-benar menakutkan.

"Aku masih mengingatnya. Sangat menjijikkan! Sejak malam itu, aku tidak pernah mempercayainya lagi. Aku tidak mau dia mendekatiku dan P'Oil lagi!"

Prihatin melihat ketakutan Suam, Rut dengan lembut menggenggam tangannya sampai Suam bisa tenang.


Demi menghibur Suam, Rut memberikan cemilan terakhir untuk Suam. Ini hadiah untuk orang yang kuat. Setelah mendengarkan ceritanya Suam, Rut merasa masalah hidupnya jadi sangat sepele dibanding masalah hidupnya Suam.

Tidak Suam masih beruntung. Setidaknya dia masih punya ibu dan kakak yang sangat menyayanginya. Sedangkan Rut bahkan tidak memiliki siapapun. Mendengar itu, Suam langsung menghadiahkan separuh cemilannya untuk Rut. Itu hadiah untuk orang yang pintar membuat drama. Dia tidak rela jadi satu-satunya orang yang sedih yah?

Usai makan, Rut langsung memotreti pemandangan. Suam mau mencuci piring sungai, tapi Rut sontak mengomelinya untuk cuci piring di rumah saja, jangan mengotori sungai. Suam kesal.


Tepat saat itu juga, tiba-tiba Thuan menelepon. Suam sontak bersembunyi di belakang mobil dan mengangkat teleponnya dengan berbisik-bisik. Thuan kesal karena Suam tidak datang ke markas, malah pergi ke Suan Phueng.

Suam meyakinkan kalau dia tidak sekedar main, ini juga bagian dari pekerjaan. Dia mendapatkan sesuatu. Awalnya Suam agak ragu untuk mengutarakannya, apalagi saat teringat kesepakatan mereka untuk saling percaya.

Tapi akhirnya dia memberitahu Thuan bahwa Rut memang punya warisan tapi dia merahasiakannya karena dia tidak mempercayai pamannya.


Usai bicara dengan Thuan, Suam mendadak usil dengan tiba-tiba muncul di depan kameranya Rut. Suam penasaran apakah dia sangat suka memotret? Rut mengaku kalau dia sudah lama tidak memotret lagi, baru sekarang dia mulai memotret lagi.

"Kenapa? Kalau kau bahagia dengan itu, kenapa harus berhenti?"

"Karena ini mengingatkanku akan ayah dan ibuku."

Suam tidak mengerti, bukankah bagus kalau dia memikirkan ayah dan ibunya? Tapi Rut mengingatkan bahwa dia sudah tidak bisa lagi bertemu kedua orang tuanya. Apanya yang bagus? Mengerikan malah.

"Tapi menurutku, mereka berdua selalu bersamamu setiap saat."

Rut tahu itu. Tapi menurutnya, itu hanyalah kata-kata hiburan yang indah. Seandainya dia bisa memilih, dia ingin memeluk ibunya. Ingin membuka pintu rumah dan melihat ayahnya duduk menunggunya.

Prihatin, Suam berusaha mengalihkan perhatian Rut dengan meminta Rut untuk memotretnya. Tapi Rut malah menolak, dia tidak suka memotret orang. Suam langsung sebal mendengarnya. Tapi diam-diam dia meminta maaf sama Rut karena menceritakan dirinya pada Thuan tadi, tapi dia hanya mengatakan yang perlu-perlu saja kok.


Tak lama kemudian, Rut membawa Suam ke vilanya yang ternyata mewah dan tanahnya sangat luas. Astaga! Ini yang Rut sebut tanahnya kecil?


Thuan termenung menatap fotonya Direk yang membuatnya kembali mengenang masa lalu mereka. Dulu saat mereka masih muda dan masih satu tim.

Waktu itu mereka sudah merencanakan suatu penangkapan. Namun entah apa yang terjadi, sepertinya rencana mereka mendadak berubah haluan dan itu kontan membuat Thuan jadi marah besar sama Direk.


Biarpun vila itu mewah, kamarnya ternyata cuma satu dan tempat tidurnya juga satu. Wkwkwk! Terus bagaimana mereka akan tidur?

"Kita tidur bersama." Santai Rut. Menurut Rut itu bagus, dia jadi bisa mengawasi Suam, siapa tahu Suam demam lagi. Suam jadi tegang dan jelas menolak.

"Apa kau keras kepala seperti ini saat bersama Khun Aik?"

Suam dengan canggung mengklaim kalau dia tidak keras kepala sama Aik, dia dan Aik kan sudah dekat. Mereka sangat i~~~m malah. Tapi bukannya marah seperti sebelumnya, Rut malah tertawa geli. Apa yang dia tertawakan?


"Aku kasihan dengan Khun Aik."

"Kasihan apa?"

"Kau sudah latihan selama bertahun-tahun, tapi kau payah dalam ciuman."

"Khun!"

"Kenapa? Memang benar, kan? Kau bilang kalau kau adalah wanitanya sejak lama. Berarti kau sudah latihan cukup lama, kan? Tapi apa, waktu aku menciummu..."

"Diam! Kau dilarang bicara! Jangan bicara lagi! Baiklah! Aku akan tidur di sini! Tidur bersama di sini!"

Rut senang. Tapi Suam tiba-tiba berjalan ke pintu, dia mau ke mana? Suam mengklaim kalau dia mau ke kamar mandi. Apa Rut mau dia tidur dalam keadaan badan bau kayak begini? Rut santai menunjuk ke pintu yang satunya, kamar mandinya di sana. Pfft!


Tapi saat mereka mulai tidur, Suam mendadak terbangun gara-gara Rut yang bergerak-gerak dalam tidurnya. Awalnya hanya tangannya yang terus menerus terguling ke arah Suam. Tapi tiba-tiba saja Rut bergerak memeluk Suam.

Suam sontak melepaskannya dengan kesal sambil protes heboh. Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi. Dia tidak terima dipeluk seperti ini.

"Apa sih? Aku tidur dengan nyaman."

"Nyaman dengan hantu? Hei, kukasih tahu, kalau kau tidur memelukku seperti ini terus, kau bakalan kehilangan keperjakaanmu."

"Aku tidak serius."

"Tapi aku serius. Apa maumu, hah?"

"Tentang aku yang kehilangan keperjakaanku padamu?"

"Khun!"


Baiklah, baiklah. Tapi bisakah Suam berhenti membuatnya marah dengan mengklaim dirinya adalah selingkuhannya Aik? Lain kali kalau Aik datang menemuinya lagi, Suam tidak boleh berduaan saja dengannya.

Suam menyangkal, dia tidak pernah berniat membuat Rut marah. Rut sendiri yang meyakini kalau dia adalah selingkuhannya Aik.

"Aku tidak percaya, aku hanya tidak suka. Kau adalah orangku. Aku tidak suka orang lain mengganggu orangku. Mengerti?"

"Mengerti."

"Ka!"

"Mengerti-ka! Terus bagaimana kita akan tidur sekarang?"


Mendengar itu, Rut langsung beranjak bangkit. Bukan untuk pindah tempat tidur, melainkan mengambil banyak sekali bantal-bantal lain lalu menyusunnya jadi tembok penghalang di tengah-tengah mereka.

Suam penasaran apakah Rut setiap malam tidak bisa tidur? Dia sering mendengar langkah kaki Rut setiap malam. Kenapa? Rut susah tidur?

"Iya."

"Sudah berapa lama kau seperti ini?"

"Sudah sangat lama. Sejak kecil, aku sering mimpi buruk. Sangat sering hingga aku takut untuk tidur."


Mendengar itu, Suam langsung menyelipkan tangannya melewati bantal-bantal dan menawari Rut untuk memegang tangannya. Saat Suam masih kecil, dia suka memegang tangan kakaknya setiap kali dia mimpi buruk. Menyentuh seseorang akan membuat kita tidak takut akan mimpi buruk.

Rut menurutinya dan memegang tangannya, dan itu benar-benar berhasil membuatnya tidur dengan nyenyak. Tapi lama kelamaan, bantal-bantal yang menghalangi mereka, entah bagaimana tersingkir sehingga tanpa sadar mereka tidur tanpa penghalang apapun dan pada akhirnya, Suam berakhir tertidur dalam pelukan Rut.

Bersambung ke episode 11

Post a Comment

3 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam