Padet sedang menyiram tanamannya saat tiba-tiba saja terdengar suara lagu K-Pop yang entah datangnya dari mana. Padet sontak celingukan bingung sampai akhirnya menyadari suara itu adalah ringtone HP-nya sendiri.
Neung yang menelepon, Padet sontak protes karena Neung mengganti ringtone-nya tanpa izin. Neung geli mendengarnya, habisnya Padet suka sekali mematikan volume HP-nya. Bagaimana kalau Neung ada masalah mendesak dan tidak bisa melapor polisi?
"Telepon 191 saja."
"Mereka tidak akan secepat dirimu. Err, Khun. Hari ini bisakah kau menjemputku?"
"Kenapa?"
Tapi Neung malah tidak mau menjawab. Yah sudah, Padet tidak memaksanya untuk menjawab dan setuju untuk menjemputnya. Tapi entah kenapa Neung menyuruhnya untuk menjemputnya dengan mengenakan seragam.
Suam tampak antusias sepanjang perjalanan. Dia benar-benar senang karena ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya dia duduk di kursi private. Dulu dia hanya pernah naik bus, itupun harus berdesak-desakan dengan banyak orang.
Tapi dia penasaran, tumben Rut membawanya main hari ini. Rut mengaku kalau dia hanya bosan. Mengalihkan topik, Rut berkata kalau dia tidak akan keberatan jika ibunya Suam sering-sering datang.
Suam sinis. Lebih baik tidak-lah. Lagipula ibunya tidak mungkin datang kalau dia tidak tertembak.
"Bisakah kau berhenti berkata kalau ibumu tidak mencintaimu?"
"Ibu memang tidak mencintaiku."
"Jika ibumu tidak mencintaimu, dia pasti akan menjejalimu mulutmu dengan kotoran dan membiarkanmu mati."
"Hmm... Menurutku Ibu sudah melakukannya. Hanya saja aku tidak mati, cuma pingsan."
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, mereka akhirnya tiba di sebuah sungai yang letaknya sangat terpencil tapi pemandangannya sangat indah dan kontan membuat Suam terkagum-kagum. Rut kok bisa tahu ada tempat yang seindah ini?
"Ibuku membeli tanah dan membangun rumah di sini. Kita akan piknik di sini dulu lalu menginap di rumah itu." Ujar Rut. Suam jelas langsung penasaran tentang hartanya Rut itu.
Paiboon sudah datang untuk menjemput Neung. Neung keluar tak lama kemudian dan langsung menyapanya sebagai Paman Paiboon tak peduli biarpun Ibu menegurnya untuk memanggilnya P'.
Ayah tanya mereka mau pergi ke mana hari ini? Neung mengaku bahwa dia mau nonton film, lalu makan daging panggang, lalu mencari dessert yang enak. Paiboon langsung setuju, dia akan melayani apapun yang Neung inginkan.
"Awww... Tapi aku tidak akan pergi denganmu, Paman."
Hah? Terus Neung mau pergi bersama siapa? Tepat saat itu juga, pembantu mereka datang mengantarkan Padet. Neung langsung menggandeng tangan Padet dan memperkenalkannya pada mereka semua.
"Ini adalah Inspektur Padet... Pacarku."
Hah?! Bahkan Padet pun kaget. Tapi Neung semakin mempererat cengkeraman tangannya sambil bersandar sok manja di bahunya, seolah mengisyaratkannya untuk bekerja sama.
Tak lama kemudian, Neung dengan riang gembira mengantarkan kepergian Paman Paiboon... Sampai saat dia berbalik dan sontak melompat kaget melihat pelototan tajam kedua orang tuanya dan Padet.
Ibu langsung menuntut penjelasan. Neung santai mengklaim kalau dia ingin sekali menjelaskannya, tapi dia lagi ada janji makan sama Inspektur Padet sekarang. Dia dia permisi dulu.
Tapi Ayah tegas melarang mereka pergi, makan saja di sini. Mereka harus membicarakan masalah ini sekarang.
Begitu kedua orang tuanya masuk, Neung langsung meminta maaf sama Padet. "Tapi kumohon, tolonglah aku, yah? Kumohon. Tolong aku, yah? Yah? Yah?"
Padet cuma menanggapinya dengan tatapan kesal. Jadilah mereka duduk di hadapan kedua orang tua Neung yang langsung kesal menuntut penjelasan Neung. Permainan macam apa yang sedang Neung mainkan ini?
"Aku tidak main-main, Ayah." Sangkal Neung.
Tepi tentu saja Ayah heran, sejak kapan mereka saling mengenal dan saling menyukai? Dan kenapa Ayah dan Ibu tidak pernah tahu?
"Sejak aku jarang di rumah. Aku punya... Khun Padet yang menjagaku."
Ayah tak senang, seharusnya perkenalkan dulu Padet pada mereka baru pacaran. Ibu buru-buru menengahi mereka dan menenangkan suaminya. Karena mereka sudah pacaran, sebaiknya mereka bicara baik-baik. Iya kan?
Ibu tanya ke Padet, tapi Padet malah diam saja. Ibu jadi canggung dan bingung. Neung buru-buru menjelaskan bahwa Padet adalah orang yang tidak banyak bicara, jadi harap maklum.
"Kalau begitu, mari kita makan sambil berbincang."
Saat Rut mulai mengeluarkan peralatan makan, Suam tidak tahan lagi dan langsung menginterogasi Rut. Dia itu polisi, tapi bagaimana bisa dia sangat kaya? Rut punya uang banyak untuk mempekerjakannya, bahkan bisa pergi liburan ke tempat seperti ini. Apa dia polisi korup?
"Menurutmu bagaimana? Kau mungkin sudah punya beberapa informasi tentangku."
Hmm... Dia mencurigai Suam, kah? Suam sontak panik mendapat serangan itu dan buru-buru menyangkal dengan canggung. Kalau dia punya informasi, ngapain juga dia tanya?
"Kalau begitu, cepat atur semua ini. Kita akan makan sambil bicara. Hari ini kita akan membuka hati kita. Ada yang mau kutanyakan padamu juga."
Suam tampak jelas canggung dan Rut memperhatikan itu, tapi dia tidak mengatakan apapun.
Neung sok perhatian banget sama Padet sampai Ayah harus menegur sikapnya. Ibu sepertinya mulai suka sama Padet dan mencoba menanyakan karirnya Padet yang sudah jadi Inspektur di usia semuda ini. Mengingat dia mendapat promosi pangkat begitu cepat, Ibu penasaran dia anaknya siapa?
"Bu, Khun Padet mendapatkan posisi ini karena hasil kerja kerasnya."
"Kalau begitu, tolong beritahu kami hasil kerjamu."
Maka Padet pun dengan muka lempengnya mulai menceritakan tentang kasusnya Bee. Tapi dia hanya menceritakan tentang kondisi mayat korban dengan sedetil-detilnya yang pastinya tidak bisa diterima semua orang. Ibu ngeri banget mendengarnya dan buru-buru menghentikannya. Tidak perlu diceritakan deh. Ayo makan saja.
Tapi Ayah langsung terus terang tidak mengizinkan Padet pacaran dengan putrinya. Ayah tidak takut, jangan pernah Padet berpikir kalau Padet bisa menggunakan jabatannya untuk mengancam Ayah. Tidak penting apa jabatan Padet, yang paling penting adalah seberapa banyak dia mengenal putrinya. Dan berapa banyak yang Neung ketahui tentang Padet?
Mendengar itu, Padet langsung meletakkan sendok dan garpunya lalu mulai nyerocos mengutarakan segala hal yang dia ketahui tentang Neung. Bahwa Neung tidak suka makan timun, perutnya suka sembelit saat sedang stres, suka berlama-lama di kamar mandi, suka berdiam diri di tempat gelap saat sedang gundah dan suka mengajak orang makan daging panggang saat sedang kelaparan.
Neung juga suka membuat tanda pada daging panggang kesukaannya. Kalau sampai ada yang mencurinya, Neung akan marah besar. Saat mabuk, dia suka menelepon orang dan mengganggu orang tersebut. Dan saat ponselnya lowbet, dia akan langsung tertidur.
"Tidak masalah biarpun Khun Neung belum mengenal saya. Tapi saya akan mengenal Khun Neung sebanyak mungkin."
Ayah dan Ibu cuma bisa melongo mendengar Padet ternyata tahu banyak hal tentang putri mereka. Bahkan Neung pun kagum. Tumben banget hari ini Padet bisa bicara sebanyak ini.
"Mengagumkan, bukan?"
Saat mereka mulai menikmati makan siang mereka, Suam penasaran dengan ucapan Rut tadi. Rut ingin mereka membuka hati terhadap satu sama lain dengan status sebagai apa?
"Kau mau aku menjawab apa? Dengan status sebagai teman dekat juga bisa. Aku tidak punya banyak teman sampai aku bertemu denganmu."
"Kau bicara seolah kita akan bersama cukup lama."
"Mungkin."
"Kukasih tahu kau. Aku akan menganggap itu serius."
"Kalau begitu, mari kita saling mengenal. Apa kau percaya padaku?"
Bersambung ke part 5
1 Comments
💕💕💕💕
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam