Nenek Dukun sepertinya juga bisa merasakan adanya hantu di samping wanita itu. Tapi mungkin juga dia cuma asal karena tiba-tiba saja dia menuduh wanita itu melakukan aborsi dan mengklaim hantu yang yang menempelinya adalah hantu bayi.
Suam sontak ngakak menertawai Nenek Dukun sampai Nenek Dukun jadi kesal dan langsung mengusirnya. Baiklah, Suam pergi. Tapi sebelum itu, Suam memberitahu si wanita muda bahwa hantu yang menempelinya bukan arwah bayi, melainkan arwah wanita.
"Kau berteman dengan Bell, kan?" Tanya Suam.
Seketika itu pula wanita itu langsung menangis meratapi Bell yang secara tak langsung membenarkan pertanyaan Suam, dia bahkan histeris meminta maaf pada arwah Bell entah karena punya salah apa sama Bell. Para pelangggan yang lain langsung heboh menggosipkan Suam.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Suam pada Bell. "Aku sudah melihatmu 3 kali. Kau mengikutiku, kan?"
Lamyai yang mulai merasa bisnis perdukunannya terancam, sontak kesal melabrak Suam dan menantangnya untuk bersaing dengan mereka. Salah satu pemilik warung usul meminta nomor lotre keberuntungan pada mereka. Siapa yang bisa memberikan nomor keberuntungan paling akurat, maka dialah pemenangkan.
Nenek dukun menyebutkan 3 angka: 401. Semua orang langsung mencatatnya, hanya Suam yang masih fokus menatap Bell. Tiba-tiba Bell mendekat padanya dan mulutnya tampak bergerak-gerak menyebutkan dua angka: 18. Lamyai langsung sinis. Seharusnya dia ngasih 3 nomor.
"Hei! Ini tuh hantu bukan mesin ATM. Kalau kau tidak percaya, tanya saja sendiri padanya!"
Tapi ternyata Bell sudah menghilang saat itu. Lamyai berusaha meyakinkan semua orang untuk memakai nomor dari Nenek Dukun saja, tapi sepertinya orang-orang mulai mempercayai Suam.
Malam harinya, Suam baru ada waktu untuk membuka barang-barang pemberian Suk tadi. Tapi yang tak disangkanya, isinya ternyata baju-baju dan kostum s~~~~i. Iiiih, Rut suka model begituan? Suam sontak jijik.
Saat Suam ke dapur malam harinya, dia mendapati Rut lagi makan es krim seperti biasanya. Tapi lagi-lagi dia melihat penampakan Bell di belakangnya Rut yang kontan saja membuat Suam melompat ketakutan. Rut bingung, dia lihat apa? Hantu?
"Hantu tidak lebih menakutkan dari manusia, Khun. Kau benar-benar tidak bisa tidur yah? Aku mendengar suaramu di lantai bawah hampir setiap malam."
"Kau diam-diam menyelidiki urusanku?" Goda Rut.
Suam canggung menyangkal. Dasar gila. Siapa juga yang mau menyelidiki urusan Rut. Narsis banget. Dia langsung ambil sendok untuk ikutan makan es krim. Rut mengaku memang tidak bisa tidur, banyak pikiran.
"Penyakitnya orang kaya." Sinis Suam.
Ngomong-ngomong, apa Rut sudah berhasil membuka password Line yang tadi? Itu ponselnya siapa sih? Kenapa dia jadi stres?
Bukannya menjawab, Rut tiba-tiba mendekat padanya. Suam jadi gugup dan langsung mengancam akan menagih uang kalau Rut menyentuhnya. Rut santai mengambil tisu lalu mengelap bibir Suam, dia tidak akan menyentuh Suam soalnya dia tidak punya uang.
"Dan juga... tolong cuci rambutmu. Tadi pagi waktu aku mencium kepalamu, bau banget, aku sampai mau muntah."
Saat kembali ke kamarnya tak lama kemudian, Bell mendadak muncul lagi sampai Suam langsung menutup mata saking takutnya.
"Kenapa kau mengikutiku? Apa yang kau inginkan Bell?"
Hantu Bell tidak bisa bicara, jadi dia mencoba berkomunikasi dengan isyarat. Dia memegang ponsel itu dan memencet-mencetnya. Suam akhirnya memberanikan diri mendekat untuk melihat apa yang dia pencet.
Ternyata dia memencet beberapa kombinasi angka yang jelas sebuah password: 6-4-7-9-2-4. Suam tetap tidak mengerti apa maksudnya dan apa maunya hingga dia melihat aplikasi chat itu terbuka... Dan Suam terbangun dari mimpi menakutkan itu.
Tapi akhirnya sekarang dia mengerti apa yang diinginkan Bell. Dia langsung mencatat nomor itu dan berniat memberikannya ke Rut tapi malah mendapati ada Neung yang baru saja selesai masak dan sedang menyajikan bebagai hidangan ala-ala Korea untuk Rut bak seorang istri yang sedang melayani suaminya.
Dia bahkan langsung menyindir Suam sebagai istri yang tidak becus mengurus suami. Ini hari libur, seharusnya dia bangun pagi dan menyiapkan makanan untuk Rut. Dasar tidak berguna. Suam sampai heran dengan banyaknya wanita yang naksir Rut. Dia tuh orang baik atau seorang penggoda.
"Usir dia." Bisik Rut.
"Aku bisa tidak mengusir Khun Neung."
"Harus bisa! Sekarang!"
Tapi Suam malah cuek, menyilahkan mereka makan berdua lalu balik ke kamarnya. Neung sontak merasa menang dan Rut jadi galau. Sekarang mari makan saja. Tapi sebelum itu, Rut harus bilang
Jal moke get seumnida.
"Hai bpai gin tee hasamila." Teerak mencoba menirunya tapi gagal.
Tepat saat itu juga, Padet datang. Rut mendadak menyambutnya dengan ramah dan dengan senang hati mengajaknya makan bersama. Dia berusaha mengusir Neung secara halus dengan alasan dia dan Padet punya pekerjaan penting.
Tapi Neung nggak nyambung, malah dengan senang hati menyatakan bahwa dia akan menyiapkan makanan untuk Rut sepanjang hari ini dan tidak akan mengganggu mereka.
"Dia menyuruhmu pergi." Ujar Padet terus terang.
Tapi Neung ngotot tak percaya. Rut Oppa bukan pria kasar semacam itu. Dia pria yang lembut dan hangat.
Suam galau memikirkan angka-angka itu dan langsung menyingkirkan tas-tas pemberian Su itu dengan kesal... saat tiba-tiba saja dia punya ide.
Tak lama kemudian, tiba-tiba dia turun dan mengejutkan semua orang dengan kostum suster s~~~i-nya, dia bahkan bicara sambil menggoyang-goyangkan d~~anya yang jelas saja membuat para pria melongo lebar.
Rut sampai harus menegur Padet untuk menyadarkannya kembali ke dunia nyata. Neung sontak protes mengkritiknya, dia sudah gila apa? Ngapain pakai baju itu?
"Ah! Biasanya di hari libur, Khun Rut ingin istrinya memakai baju seperti ini. Rut, kau suka, kan?"
Jelas dia tak senang, tapi menyadari ini kesempatan untuk mengusir Neung, Rut langsung menyuruh Suam untuk ganti baju dengan alasan dia tidak mau istrinya dilihat pria lain. Dia posesif.
Suam jadi tambah gila dan mengeluh manja. "Duh, Rut! Malas ah. Nanti aja dilepas semua."
Neung tak tahan lagi dengan kegilaan ini dan akhirnya pergi juga. Dan Suam seketika berhenti berakting. Dia ingin memberitahu mereka tentang angka-angka itu, tapi Rut terus heboh menyuruhnya ganti baju.
Bahkan saat Suam keras kepala tidak mendengarkannya, Rut langsung menutupinya lalu menggotongnya paksa ke lantai atas lalu membantingnya begitu saja. Suam kesambet setan atau apa? Kenapa dia berpakaian begini?
"Loh? Kau tidak suka? Mantanmu yang memberikan ini padaku."
"Bagaimana kau tahu siapa mantanku?"
"Dia sendiri yang memberitahuku seperti itu. Kau beneran suka gaya seperti ini?"
"Bukan kostumnya, tapi orang yang memakainya."
Tiba-tiba dia mendekati Suam dan menyudutkannya ke tembok dengan senyum menggoda yang jelas saja membuat Suam ketakutan dan langsung kabur ke kamarnya sambil mengatai Rut gila.
Tak lama kemudian, Rut dan Padet mulai serius lagi membahas password chat yang masih belum berhasil mereka pecahkan itu. Suam datang saat itu membawakan minuman untuk mereka dan langsung penasaran dengan apa yang mereka lakukan.
Rut seperti biasanya, ingin menyembunyikan segalanya dari Suam, tapi Padet dengan santainya jujur memberitahu Suam tentang segala hal yang sedang mereka lakukan, bahwa mereka sedang berusaha masuk ke dalam chat wanita yang mati tenggelam itu.
Suam langsung ingin membantu. Rut melarang tapi Padet malah setuju. Suam langsung saja mengambilnya lalu mulai memencet 6 angka yang dia lihat dalam mimpinya. Dan walah! Chat itu terbuka. Padet senang, tapi Rut langsung curiga sama Suam.
Bersambung ke part 4
2 Comments
Lanjut.....
ReplyDeleteTerimakasih atas sinopsisnya 😘
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam