Gara-gara kejadian semalam, Suam jadi canggung dan malu sama Rut sekarang. Rut bahkan jadi penuh perhatian padanya sekarang. Tapi belum apa-apa, mendadak mereka terganggu oleh kehadiran Da yang baru balik dari bulan madunya.
Suam langsung sebal melihatnya dan berniat mau makan di dalam saja lalu nanti dia mau pergi menemui ibunya. Tapi mendengar itu, Da langsung nyinyir menyuruh Rut untuk memeriksa barang-barangnya. Karena siapa tahu 'pelayannya' itu mencuri barang-barangnya Rut untuk dibawa ke daerah kumuhnya.
Dia langsung ganti topik memamerkan acara bulan madunya, berapa banyak uang yang dia habiskan untuk shopping, dan betapa romantisnya Aik padanya.
Apa Suam dengar? Khun Aik dan dia sangat bahagia. Mungkin sebentar Khun Aik tidak akan mau kembali makan makanan murahan, jadi sebaiknya Suam simpan saja ketidakbahagiaannya.
Kesal, Suam langsung balas dendam dengan sok mesra sama Rut dan dengan sinis mengingatkan Da bahwa sekarang dia bisa makan makanan mahal. Dia suka banget sama suaminya, berkualitas bagus dan bernilai tinggi. Mungkin dia tidak akan kembali makan barang lama, barang bekas.
Dan akan lebih baik jika mulai sekarang, Da memanggilnya sebagai 'Kakak Ipar'. Karena sekarang suaminya adalah kakaknya Da. Da jadi kesal dan langsung pergi.
Tapi Rut langsung memprotes sikap Suam pada Da barusan. Tidak seharusnya dia bicara begitu pada Da. Dia memang menyuruh Suam untuk mengusir wanita, tapi bukan adiknya.
"Kalau begitu kenapa adikmu bicara begitu padaku? Aku sudah mengikuti kesepakatanmu. Kau juga sudah berjanji untuk tidak membiarkan adikmu menggangguku." Kesal Suam lalu pergi.
Dia lalu pergi menghibur diri ke warungnya Suk. Tiba-tiba dia melihat penampakan hantu wanita setengah baya. Tapi hantu yang ini tidak tampak menakutkan, dia malah mengawasi Suk dengan tatapan sayang. Hmm, pasti arwah ibunya Suk.
Melihat ada tukang jual tiket lotre, Suam langsung menyuruh Suk untuk membelinya dan usul agar dia membeli tiket dengan nomor yang sesuai dengan usia ibunya. Dia langsung saja menanyai si hantu ibu tentang usianya, dan hantu ibu langsung menjawabnya dengan isyarat seolah memberi restu biar putrinya menang. Suam jamin Suk pasti akan menang banyak kali ini.
Di kantor polisi, Sersan Dan membawakan barang-barang tersangka yang Rut minta. Tapi sepertinya tak ada apapun yang berarti. Cuma ini barang-barangnya? Dia cuma tanya, tapi Sersan Dan malah mendadak mewek, mengira Rut sedang memarahinya.
"Sersan Dan, aku bahkan belum memarahimu."
Dan seketika itu pula, Sersan Dan mendadak berhenti mewek. Memang cuma ini barang-barangnya. Apa Rut masih mencurigai kasusnya Tum?
Di markas Snow White, Songkram tiba-tiba menemukan sesuatu dan langsung melaporkannya ke Padet. Tak lama kemudian, Padet mendatangi sebuah apartemen milik seorang wanita yang ternyata istri aslinya Tum.
Tapi bahkan sebelum dia selesai bicara, wanita itu bisa menduga kalau dia adalah polisi dan langsung menyilahkannya masuk... Karena di sana, ternyata sudah ada Rut.
Kedua polisi itu tercengang melihat satu sama lain di sana, dan sontak saling curiga tentang alasan masing-masing berada di tempat ini.
Tapi akhirnya mereka mengesampingkan masalah itu dan mulai menginterogasi istrinya Tum. Tapi dia mengaku bahwa mereka tak pernah menikah dan hanya hidup bersama.
"Lalu apa yang anda tahu tentang Bell?"
"Ada berita yang mengatakan dia istrinya Ai-Tum. Aku tidak tahu."
"Lalu kenapa anda tidak mengungkapkan bahwa andalah istrinya Ai-Tum."
"Apa gunanya, Pak? Bagaimana pun, Ai-Tum tidak akan pernah bangun lagi. Lagipula, kata-kata orang miskin, seberapa besar pengaruhnya?"
Padet tanya apakah dia tahu apa pekerjaan Tum? Wanita itu mengaku tak tahu, tapi dia menduga bukan sesuatu yang baik. Jika tidak, maka tidak mungkin dia mati dalam keadaan seperti itu.
Dia sangat tidak percaya kalau Tum mati karena bunuh diri. Tum adalah orang yang mencintai dirinya sendiri dan takut mati. Dan dia juga tidak percaya kalau tum berselingkuh dengan Bell karena Tum sudah tidak bisa melakukan 'itu' pada wanita karena dulu dia pernah menindik itunya dan membusuk.
Dia lalu memberikan sebuah ponsel pada mereka. Dia tidak tahu ponsel itu milik siapa, tapi dia yakin bukan miliknya Tum. Sebelum mati, Tum menyuruhnya untuk memegang ponsel ini. Sekarang dia serahkan ponsel itu ke mereka. Mungkin saja bisa membantu. Hanya ini yang bisa dia bantu.
Suk benar-benar menang banyak dari nomor tiket lotre pilihan Suam. Ibu-ibu sekompleks langsung heboh. Suk penasaran dari mana dia dapat nomor itu, tapi Suam hanya menjawabnya dengan senyum manis.
Di markas Snow White, Thuan kagum juga melihat uang hasil kemenangan tiket lotrenya Suk. Dia langsung menanyakan kemampuan istimewanya Suam itu, tapi pertanyaannya malah tak digubris gara-gara Suam dan Suk sedang sibuk sendiri mengagumi para pria yang tampak begitu hot saat berolahraga.
Apalagi waktu Songkram buka kaos dan menunjukkan tubuhnya yang berotot kekar, kedua wanita itu jadi tambah heboh. Thuan jadi kesal dan langsung menyuruh para pria olahraga di luar sekarang juga.
Akhirnya bisa mendapatkan perhatian penuh kedua wanita itu, Thuan langsung menyuruh Suam untuk mengungkapkan segala hal tentang kemampuannya melihat roh itu. Suam tidak mengerti apa hubungannya kemampuannya dengan misi mereka?
Tak lama kemudian, Thuan mendadak mengumumkan bahwa dia ingin membuat unit baru... Unit tahayul. Pfft! Dia serius. Ingat, di negara ini, bahkan polisi pun terkadang percaya sama dukun.
Bukan berarti dia menyuruh Suam untuk berkomunikasi dengan roh atau semacamnya. Ini hanya cara untuk mendapatkan lebih banyak informasi, terutama dari bawahannya Sia Ha. Karena itulah, Thuan menyuruh Suam untuk membuka rumah meditasi.
Rut dan Padet sengaja menyembunyikan ponsel itu dari polisi lainnya. Rut tidak ingin orang lain tahu sampai dia benar-benar yakin dulu. Padet heran, apa Rut tidak percaya orang-orang di sini?
"Bukan aku tak percaya. Tapi aku hanya ingin memastikan segalanya dulu."
"Kau tidak akan memegang ponsel ini sendiri, kan? Wilai memberikannya pada kita berdua. Aku juga berhak tahu."
"Aku tahu. Baiklah. Kita akan mengaktifkan ponsel ini bersama-sama. Tapi semuanya dilakukan di rumahku."
"Oke."
Saat Padet pulang malam harinya, lagi-lagi di mendapati Neung ada di rumahnya dan mengurusnya seolah itu rumahnya sendiri. Tapi kali ini Padet tak punya ampun lagi dan langsung melempar surat penangkapan Neung atas tuduhan masuk rumah orang tanpa izin.
Kaget, Neung sontak protes tak terima. Dia sudah mengurus rumahnya Padet, mencucikan bajunya, bahkan memasakkan makan malam untuknya. Bagaimana bisa Rut malah mau menangkapnya?
"Pergi! Kembalikan semua kunci rumahku dan tinggalkan rumahku."
"Tidak bisa! Aku tidak bisa pergi!"
"Kalau begitu kau harus masuk penjara."
"Khun!"
"Pergi! Sekarang! Cepat!"
Tak bisa melawannya lagi, Neung dengan lemas berjalan pergi sebelum kemudian jatuh terduduk dan langsung menangis tersedu-sedu, tidak terima dirinya diusir begitu saja. Dia tidak bisa pergi.
Padet pikir dia mau apa melakukan semua ini? Menyiapkan makanan untuk Padet, bahkan mencucikan dalemannya Padet. Dia melakukan semua itu karena terpaksa. Jika tidak, dia tidak bakalan mau.
Padet jadi panik mendengar tangisannya dan akhirnya melunak juga. Dia bahkan langsung merobek surat penangkapan itu dan memohon Neung untuk berhenti menangis. Tapi Neung malah terus menangis.
Padet jadi bingung dan dengan canggung berusaha menghiburnya dengan menepuk-nepuk kepalanya kayak lagi men-dribble bola. Dan usahanya itu akhirnya berhasil juga menenangkan Neung.
Bersambung ke part 2
2 Comments
Lanjut....💖💖💖
ReplyDeleteTerimakasih 😘
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam