Berusaha membujuk Ayah yang masih ngambek, Ibu meyakinkan Ayah bahwa pemuda itu punya kualifikasi yang bagus. Dia tampan, berbakat dan kaya. Lagian Xing Yun kan sudah besar, wajar kalau dia jatuh cinta. Dan lagi, mendapatkan pria yang baik itu sulit loh. Jadi sebaiknya jangan ganggu mereka.
Ayah tersinggung, bagaimana bisa Ibu menuduhnya mengganggu? Ayah tidak mengganggu. Ayah hanya khawatir. Tidak tahukah Ibu berapa banyak lelaki di dunia ini yang seperti hewan buas?
Dia tampan dan berbakat? Apanya yang tampan dan berbakat? Menurut Ayah, tuh cowok kayak tiang listrik. Ibu juga bilang kalau Chu Nan tampan dan berbakat. Tapi apa nyatanya?
"Dia beda dari Chu Nan! Jangan membanding-bandingkan mereka. Lagipula, apa kau senang kalau putri kita tidak menikah dan terus tinggal bersama kita seumur hidupnya?"
"Tentu saja aku senang."
"Cih! Dasar membosankan. Kau itu sakit, kau takut jadi bapak mertua. Hatimu dipenuhi kecemburuan terhadap pria muda."
"Aku cemburu? Aku cemburu sama dia? Demi apa? Aku sedang menegakkan keadilan!"
Lagian pria macam apa yang meminta seorang wanita menyewakan rumah untuknya. Apa tuh cowok bahkan tidak merasa malu?
"Masalah menyewa itu kan urusan putrimu. Biarkan saja dia mengurusnya sendiri."
"Tidak bisa!" Ayah tiba-tiba beranjak bangkit yang jelas saja membuat Ibu panik.
Pintu rumah mereka diketuk seseorang lagi, Xia Ke jelas kesal dan langsung keluar untuk membuka pintu. Xing Yun mendadak cemas, takut ayahnya yang datang dan sontak lari mengejarnya. Tapi terlambat.
Xia Ke sudah terlanjur membuka pintu. Tapi syukurlah ternyata yang datang bukan ayahnya melainkan Shen Qing dan Xiao Xi.
Ternyata Ayah pergi ke kulkas dan mengambil dua kaleng bir, dia mau mabuk malam ini. Hatinya sedang galau, kalau tidak mabuk maka dia tidak akan bisa tidur.
Tapi Ibu tegas memerintahkan Ayah untuk mengembalikannya kembali ke kulkas. Tapi jangan khawatir, Ibu punya cara lain untuk mengobati hati Ayah yang hancur lebur.
Ibu lalu mengeluarkan sebotol wine mahal yang dulu pernah mereka beli di Spanyol dan selama ini Ibu sembunyikan di dalam laci paling bawah. Dan itu sukses membuat Ayah langsung bahagia lagi.
Tapi sebelum meminumnya, Ibu punya syarat. Ayah tidak boleh lagi melihat jam setiap 5 menit dan bertanya-tanya kapan putrinya akan pulang. Tidak usah memikirkan istri orang lain, pikirkan saja istri Ayah sendiri! Ayah setuju saking senangnya.
Xia Ke sebal memprotes Shen Qing karena datang pada saat yang tidak tepat. Terang saja Shen Qing jadi curiga. Ngaku aja deh, mereka sedang ngapain tadi?
"Bagaimana bisa kau menanyakan itu di hadapan Shen Xiao Xi?" Protes Xia Ke.
"Xiao Xi, beritahu ayahmu kalau dia kalah taruhan."
Xiao Xi sontak teriak-teriak bahagia, Xia Ke dan Xing Yun akhirnya bersama! Xing Yun sampai harus membungkam mulutnya. Xia Ke jelas bingung, memangnya mereka taruhan apa?
"Kami bertaruh butuh berapa kali mengantarkan pesanan sampai kalian bersama."
Kabar sebagus ini, mereka harus merayakannya. Shen Qing langsung saja menghubungi Chu Nan dan yang lain untuk merayakan momen ini sekarang juga. Lagian besok kan hari minggu, jadi tidak masalah biarpun mereka minum-minum tengah malam begini.
Tak lama kemudian, He Yu juga datang membawakan hadiah sebotol wine dan mengucap selamat untuk Xia Ke dan memperingatkannya untuk menghargai Xing Yun dengan baik. Dia merelakan Xing Yun untuk Xia Ke hanya demi persahabatan mereka. Jangan mengecewakan kebaikan hatinya.
Tapi saat dia masuk, dia malah mendapati Yao Qing ada di sana juga. He Yu sontak terdiam canggung. Tapi Yao Qing seperti biasanya, bersikap biasa-biasa saja sambil mengomentari betapa lambatnya perkembangan hubungan Xing Yun dan Xia Ke.
Dia yang seharusnya jadi rival cinta, malah berubah jadi mak comblangnya mereka gara-gara mereka lemot banget. Tapi sekarang Yao Qing bisa lega juga melihat mereka akhirnya bersama.
"Kenapa kau ada di sini?" Sapa He Yu.
"Mungkin menurut Kak Shen Qing, aku telah melakukan jasa besar untuk membuat mereka bersatu. Makanya dia tidak akan bisa tenang kalau aku tidak ada di sini."
"Jelas-jelas kau menghindari teleponku."
Canggung, Yao Qing buru-buru mengalihkan topik dan mengajak semua orang untuk bersulang untuk pasangan baru ini.
Xing Yun akhirnya pulang setelah mengira keadaan aman. Tapi begitu menutup pintu, Ayah mendadak muncul dan langsung mengomelinya. Kalau saja Xing Yun belum pulang lewat jam 12, Ayah pasti akan mengetuk pintu rumah sebelah! Cepetan tidur!
Tapi baik Xing Yun dan Xia Ke susah tidur malam itu saking bahagianya. Keesokan harinya, mereka menjalani kehidupan percintaan mereka dengan penuh kebahagiaan.
Hari itu, Xia Ke sedang lari pagi saat Xing Yun tiba-tiba menyusulnya pakai sepeda. Dia tidak sanggup kalau harus mengejar Xia Ke dengan lari. Akhirnya mereka jalan-jalan bersama sambul menuntun sepeda itu.
"Besok kau ada acara apa?" Tanya Xia Ke.
"Kau tanya sebagai bos atau sebagai pacar?"
"Memangnya beda yah?"
"Tentu saja beda."
"Sebagai pacar."
"Besok aku mau shopping bersama Yi Yi."
"Sepertinya jadwal kerja yang fleksibel, membuatmu jadi malas-malasan, yah?"
Tuh kan! Xia Ke bersikap jadi bos lagi sekarang. Lagipula perkembangan proyek belakangan ini memang agak lambat. Tapi dia janji, kalau Xia Ke sudah menemukan investor, dia akan bekerja keras dengan giat dan tidak bermalas-malasan. Terus apa rencana Xia Ke sendiri untuk besok
"Aku akan pergi menemui Direktur Qin dari perusahaan investasi Tiange. Jangan mengalihkan topik, kau mau shopping ke mana?"
"Ke mall Yang Guang."
"Kalau begitu, belikan aku sebuah dasi."
"Hah?"
"Kenapa? Ada masalah."
Xing Yun canggung menyangkal, dia mau dasi yang seperti apa? Nanti Xing Yun belikan. Terserah saja, Xia Ke suka apa yang Xing Yun suka.
Keesokan harinya, Xia Ke mempresentasikan proyek game mereka pada para investor. Sepertinya investor kali ini positif pada mereka dan tampak benar-benar tertarik pada game mereka.
Tapi mereka perlu menunggu keputusan Direktur Qin, kebetulan sekarang ini Direktur Qin masih di luar negeri. Mereka akan menghubungi lagi setelah Direktur Qin kembali nanti.
Usai rapat, Xia Ke pulang ke vila mewahnya yang ternyata belum dijual. Xing Yun sendiri yang salah paham mengira Xia Ke jadi gelandangan dan Xia Ke sengaja membiarkan Xing Yun berpikir seperti itu. Dia bahkan sengaja mengganti password rumahnya biar terlihat meyakinkan.
Shen Qing datang saat itu sambil bertanya-tanya keheranan kenapa Xia Ke tidak pulang ke Xing Yun? Xia Ke santai, soalnya hari ini Xing Yun ada acara di luar.
Tapi dia heran sama Xing Yun, belakangan ini Xing Yun selalu shopping tapi tidak beli apa-apa. Kenapa yah?
"Apa akting pura-pura bangkrutmu sudah kelewatan?"
"Apa maksudmu?"
"Membesarkan seorang tuan muda itu tidak murah. Bagaimana mungkin dia punya cukup uang untuk shopping?"
Xing Yun ternyata bukan shopping, melainkan lembur bersama seorang rekannya sampai hampir lupa waktu dan hampir saja lupa kalau dia harus beli dasi. Haduh, gawat! Mana mall-nya jauh banget lagi.
Xing Yun sontak bergegas naik taksi sambil menelepon Shen Qing, meminta Shen Qing untuk membantunya mencari tahu dasi seperti apa yang Xia Ke inginkan. Dia belum sampai di mall sekarang, mungkin dia baru akan tiba jam 10 malam.
"Sekarang sudah malam, kenapa tidak beli lain kali saja?"
"Dengan harga dirinya yang sangat tinggi, kurasa tidak mudah baginya untuk memintaku membeli dasi. Lebih baik aku pergi sekarang."
Baiklah, Shen Qing berkata kalau dia akan mengirimkan informasi model dan warna favorit Xia Ke nanti. Padahal sebenarnya Xia Ke juga ikut mendengarkan percakapan mereka.
Dan jelas saja Shen Qing langsung mengomeli adiknya satu-satunya itu. Bagaimana bisa dia tega menyuruh seorang gadis beli dasi tengah malam begini? Dasinya kan sudah banyak! Xing Yun benar-benar mengira kalau Xia Ke jatuh miskin sampai tidak bisa beli dasi, makanya dia sangat berhati-hati menjaga harga diirnya Xia Ke.
"Aku hanya ingin tahu apakah dia benar-benar shopping."
"Astaga, Tuan Muda. Apa kau punya penyakit narsis jadi CEO? Lihatlah, sekarang sudah tengah malam. Seorang wanita sendirian di luar itu sangat berbahaya. Dan lagi, menurut prakiraan cuaca, malam ini akan hujan."
Xia Ke jadi cemas dan langsung bergegas pergi menyusul Xing Yun. Hujan mengguyur deras saat Xing Yun hendak pulang. Taksi satu per satu berdatangan, tapi semuanya direbut orang lain.
Parahnya lagi, saat dia hendak masuk taksi terakhir, tiba-tiba dia malah diserobot orang lain yang mendorongnya dengan kasar. Untung saja Xia Ke mendadak muncul saat itu.
Dia langsung menyuruh Xing Yun memegangi payungnya, memberikan jaketnya pada Xing Yun lalu menggendong Xing Yun biar sepatunya tidak basah. Karena di sini susah parkir, jadi mereka harus jalan sebentar ke parkiran jalanan.
Xing Yun bahagia. dia ingat pertama kalinya Xia Ke menggendongnya adalah saat dia hampir diculik waktu itu. Dia juga mengenakan baju yang sama waktu itu.
"Iya. Waktu itu kau bilang kalau kau paling benci kapitalis seperti aku."
"Sekarang kau kapitalis yang terpuruk, kau jadi lebih cute."
"Apa kau ingin aku terus terpuruk?"
"Tentu saja tidak. Tapi dulu kau sangat agung dan tak terkalahkan, seolah kau tidak butuh siapapun. Sekarang..."
"Maaf."
"Minta maaf buat apa?"
Karena dulu Xia Ke selalu menganggap dirinya yang paling benar. Selalu merasa kalau dia bisa memutuskan dan menyelesaikan segala masalah hingga dia tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, malah sebenarnya justru menyakiti mereka. Xia Ke janji akan berubah.
"Pertama kalinya aku mendengarmu mengakui kesalahanmu. Menjadi pacar memang beda daripada menjadi pegawai."
"Tentu saja ada banyak perbedaan. Setelah kau mengetahui semua perbedaannya, tulis laporan padaku."
Di rumah, Xing Yun menyelesaikan gambar bianglalanya dan Xia Ke senyam-senyum bahagia melihat dasi barunya. Sementara mereka berbahagia, He Yu justru sedang galau memikirkan Yao Qing.
Bersambung ke episode 20
1 Comments
Lanjut....💖💖💖
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam