Sinopsis My Secret Bride Episode 5 - 4

Sinopsis My Secret Bride Episode 5 - 4

Suam pulang tak lama kemudian bersama Padet. Teerak jelas bingung melihat mereka pulang bersama. Padet beralasan bahwa dia tak sengaja bertemu Suam di depan gang, jadi sekalian saja dia bawa Suam.


Dia lalu beralasan minta detergen sama Teerak. Untung saja Teerak tak curiga apa-apa dan langsung pergi mengambilkan detergen-nya dengan senang hati. Suam langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk naik ke kamarnya Rut untuk menginstal alat itu... dan kembali beberapa detik kemudian.

Padet kira dia sudah berhasil menginstalnya secepat tapi. Eh, tapi ternyata Suam malah gagal gara-gara kunci kamarnya Rut terkunci. Padet heran, apa dia tidak punya kuncinya?

Ya nggak lah, Suam kan baru beberapa hari tinggal di sini. Tidak mungkin Rut mempercayakan kunci pintu rumahnya padanya semudah itu. Coba Padet pikir sendiri, apa mungkin dia bakalan memberikan kunci rumahnya pada orang asing?

"Tidak akan. Baiklah kalau begitu, tapi nanti malam, kau harus mencari cara untuk menginstal alat itu bagaimanapun caranya."


Tapi saat Padet kembali ke rumahnya sendiri, dia malah mendapati pintu rumahnya terbuka dan ada beberapa barang dekorasi rumah yang tak pernah ada sebelumnya. Parahnya lagi, barang-barang itu rata-rata bernuansa girly dan pink.

Ternyata Neung yang membawa semua barang itu. Dia bahkan menyambut kedatangan Padet dengan sapaan ala Koreanya dan bersikap seolah ini rumahnya sendiri. Bukan cuma itu saja, dia bahkan membelikan banyak sekali makanan dan minuman untuk kulkas kosongnya Padet.

"Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

"Aku mengambil kunci dari rak di depan rumahmu. Aku membawa banyak makanan untukmu, tapi kau tidak perlu berterima kasih." Ujar Neung dengan pedenya.

Padahal jelas-jelas Padet tidak suka dan tak senang dengan semua ini. Dia mau protes, tapi tiba-tiba dia ditelepon dari kantor polisi yang menyuruhnya segera datang.

Melihat Padet bawa detergen, Neung dengan senang hati menawarkan diri untuk mencucikan bajunya, Padet pergi kerja saja.

"Tidak perlu! Tolong pergi dari rumahku secepat mungkin. Mengerti?"

Neung mengangguk saja, tapi juga tidak segera pergi. Malah santai saja dadah-dadah mengantarkan Padet keluar, lalu mulai kembali mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga di sana.


Begitu tiba di kantor polisi, Padet menyerahkan harddisk berisi semua rekaman CCTV yang diperlukan. Dia juga sudah mengecek nopol mobilnya, nopolnya palsu.

Tim mereka pun dipanggil ke ruang rapat, di mana mereka melihat wajah seorang pria mencurigakan yang tampak memarkir mobilnya di sebuah mini market. Padet yakin dia orangnya Sia Ha karena pria itu sering jadi supirnya Sia Ha. Kalau tidak salah, namanya Tum.

Padet usul untuk meminta surat penangkapan untuk menangkap si Tum itu. Rut setuju, jika mereka menangkap Tum, mereka bisa tahu apakah dia benar orangnya Sia Ha. Dia juga menyuruh Letnan Kom untuk memanggil Sia Ha untuk dimintai keterangan.


Saat Padet pulang tak lama kemudian, dia malah mendapati rumahnya yang biasanya kaku dan dingin, sekarang berubah lebih berwarna dan homey. Neung sudah menghias rumahnya jadi begitu cantik.

Dia bahkan menyediakan sepasang mug lucu di meja. Kulkasnya sekarang terisi penuh dengan berbagai macam makanan dan minuman. Tapi jelas Neung berniat untuk terus datang karena kemudian Padet menemukan pesan: Sampai jumpa besok.


Malam itu juga, Suam memulai misinya. Dia mendatangi kamarnya Rut dengan membawa papan tulis mini. Tapi terlebih dulu dia meminta gaji bulanannya dibayar sekarang, kan katanya Rut mau ngasih dia gaji bulanan. Rut setuju dan langsung memberinya 2.500 Baht. Hah? Kok cuma segini?

"Kau kan tidak bilang aku harus bayar berapa. Kebanyakan? Sini, balikin."

Jelas Suam tidak mau. Yah dia memang tidak ngasih tahu, tapi 2.500 ini terlalu sedikit. Kalau cuma segini, mending dia kerja shift malam saja. Tapi Rut dengan seenaknya mengancam akan membatalkan perjanjian mereka jika Suam kerja shift malam lagi. Dan Suam harus bersiap mencari uang untuk membayar kompensasinya.


Berusaha bersabar, Suam langsung ganti topik membahas beberapa daftar harga yang dia tulis di papan tulis mininya. Ini namanya papan point. Karena Rut cuma mau memberinya 2.500 tapi suka menganiayanya, maka Suam harus punya penghasilan tambahan.

Setiap kali Rut menganiayanya, maka dia akan menandainya di tiap-tiap kolom harga tergantung bagian mana dari dirinya yang Rut sentuh. Seperti yang pernah dia sebutkan sebelumnya. Pegang tangan, wajib bayar 500. Peluk, bayar 5000. Kecup-kecup, bayar 12000, dst. Semuanya harus dibayar pada akhir bulan.

Rut menolak dan langsung menarik paksa Suam keluar, dia harus kerja. Suam sontak berusaha melawan dan jadilah mereka otot-ototan hingga membuat jarinya Suam tergores papan.


Entah lukanya separah apa, tapi Suam langsung teriak-teriak heboh banget dan ngotot meminta Rut untuk turun sekarang juga untuk mengambilkan hansaplas untuknya.

Padahal begitu Rut keluar, Suam sontak mencari-cari tempat terbaik untuk meletakkan alat sadapnya. Tapi dia bingung di mana harus meletakkan alat itu.

Rut tidak melihat ada hansaplas satupun di kotak P3K. Teerak sampai harus memberikan hansaplas miliknya pada Rut. Tapi dia heran juga, dia yakin waktu terakhir kali dia membuka kotak P3K itu, kotak itu isinya masih penuh.

Saking bingungnya mencari tempat yang bagus, Suam malah jadi tak sengaja menjatuhkan buku-buku di meja. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Waduh! Rut mau masuk.


Tapi saat dia membuka pintu, kamar itu sudah kembali seperti sedia kala seolah tak pernah terjadi apa-apa dan Suam langsung berakting teriak-teriak kesakitan dengan heboh. Rut cemas, lukanya parah banget yah?

"Iya. Aku bisa melihat tulangnya."

"Kalau begitu, ayo dijahit." (Pfft!)

Suam mendadak berubah sikap. Tidak perlu dijahit, tulangnya tidak kelihatan kok. Rut lalu minta tangannya buat mengecek lukanya, tapi sedetik kemudian dia mendadak berubah pikiran, apa ini juga dipungut biaya?

"Aduh, Khun. Pegang tangan kan cuma 500. Jangan pelit lah. Pertimbangkanlah gaji bulananku."

Rut akhirnya mengalah dan mengecek lukanya yang cuma tergores sedikit. Astaga, luka begini saja Suam hebohnya bukan main kayak tangannya mau putus saja. Tapi akhirnya dia mulai mengobati luka Suam dengan lembut, dan Suam tampak mulai terpesona padanya.


Mengalihkan perhatiannya ke dokumen-dokumennya Rut, Suam langsung mengenali pria bawahannya Sia Ha itu. Suam yakin banget dia orangnya Sia Ha, soalnya dia orang yang memanfaatkan keponakannya untuk mengemis sekaligus orang yang mau menabrak Rut. Memangnya masalah apa yang dibuat oleh orang ini?

Tapi Rut menolak mengatakan apapun dan mengusir Suam secara halus dengan menyuruhnya balik ke kamarnya dan tidur sekarang.


Tapi sebentar, Suam mendadak menyodorkan bibirnya dan menawari Rut good night kiss, cuma perlu bayar 5000 kok, entar dia kasih diskon. Rut sontak gregetan mendorongnya keluar lalu mengunci kamarnya. Padahal sebenarnya dia senang juga digodain Suam.


Keesokan harinya saat Rut pergi kerja, Suam memasang sertifikat pernikahan mereka di seluruh rumah. Tiba-tiba ada tamu yang datang, tapi yang tak disangkanya tamu itu adalah Direk.

Suam jelas panik harus menghadapinya seorang diri dan langsung menelepon Rut, menyuruhnya untuk segera pulang sekarang juga. Dia bingung harus ngomong apa sama Direk.

Direk memang menyapanya dengan ramah, tapi Suam gugup banget dan langsung lega bukan main saat Teerak akhirnya pulang dari supermarket, lalu Rut menyusul tak lama kemudian.


Rut meminta maaf pada Direk karena dia tidak membawa Suam menemui Direk sampai Direk sendiri yang datang kemari. Belakangan ini dia sangat sibuk.

Suam datang saat itu membawakan cemilan, dan berniat mau langsung pergi. Tapi begitu Direk tanya apakah Rut sibuk menangani kasus wanita tenggelam itu, Suam mendadak cari-cari alasan biar bisa tinggal lebih lama.

Direk juga merasa kasus ini aneh. Kelihatannya seperti kasus tenggelam biasa, tapi cukup rumit juga. Rut yakin ini bukan kasus bunuh diri. Dia baru mau bilang tentang rekaman CCTV-nya. Tapi tepat saat itu juga, dia melihat Suam sedang mendengarkan mereka dan seketika itu pula Rut mendadak berhenti bicara.

"Ada apa, Suam?"

"Tidak ada. Aku cuma mau bilang bahwa aku sendiri yang menyiapkan kudapan ini. Silahkan dicoba, saya berusaha yang terbaik untuk membuatnya."


Sama seperti kemarin, Rut tidak mau membicarakan kasus ini di hadapan Suam dan langsung mengajak Direk ke ruang kerjanya. Dan saat itulah Suam baru menyadari kesalahannya. Dia tidak memasang alat sadap di ruang kerjanya Rut. Kacau!

Bersambung ke part 5

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam