Sinopsis Lucky's First Love Episode 18 - 3

Seusai rapat, tiba-tiba Xing Yun membuntuti Xia Ke sambil mengendus-endus bau tubuhnya. Baunya sangat bersih biarpun Xia Ke tidak pakai parfum. Xia Ke sampai heran sendiri melihat keanehannya.


Siang harinya saat dia tengah makan siang, tak sengaja dia melihat Xia Ke sedang berdiskusi dengan seorang pria. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi Xing Yun mendengar mereka membicarakan masalah penandatanganan kontrak.


Penasaran, Xing Yun langsung mengejar pria itu untuk menanyainya tentang apa yang dia bicarakan dengan Xia Ke tadi. Yang ta disangkanya, pria itu ternyata agen real estate dan dia memberitahu bahwa Xia Ke baru saja menjual apartemennya. Xing Yun jadi semakin yakin kalau Xia Ke sudah tidak punya rumah lagi sekarang.

Entah kenapa selama beberapa hari setelah itu, Xing Yun mendadak jadi aneh. Dia tampak selalu menghindari Xia Ke, merahasiakan sesuatu darinya dan selalu sibuk sendiri entah melakukan apa.


Xia Ke lama-lama tidak tahan lagi dengan sikapnya itu dan langsung mengofrontasinya. Apa belakangan ini Xing Yun menerima pekerjaan lain di luar kantor? Kenapa belakangan ini Xing Yun suka main rahasia-rahasiaan? Xing Yun menyangkal dengan canggung.

"Apa ini tentang He Yu?" Curiga Xia Ke. "Kuberitahu kau, kerja sama dengan Jiawo sudah dihentikan. Jadi kalian berdua tidak perlu lagi saling berhubungan."

"Aku tidak berhubungan dengannya. Bahkan sekalipun proyeknya sudah dihentikan, Manager Yao tetap mengikutimu ke mana-mana." Balas Xing Yun.

Ah, sudahlah. Tidak perlu dibahas lagi, Xing Yun tiba-tiba ganti topik meminta Xia Ke mengantarkannya pulang sepulang kerja nanti.


Tapi sesampainya di rumah, Xing Yun tidak membiarkan Xia Ke langsung pergi, malah memaksanya masuk ke gedung apartemennya. Tapi dia tidak membawa Xia Ke ke rumahnya, melainkan ke unit sebelah yang lagi kosong. Xia Ke bingung, apa ini rumahnya Xing Yun?

"Pak Xia, kudengar anda menjual apartemen anda demi TIG. Aku tahu belakangan ini anda selalu tidur di kantor. Kalau terus begini, kesehatan anda bisa memburuk."

Xia Ke tampak canggung mendengarnya. Jadi, apakah itu artinya Xing Yun menyuruhnya untuk membeli apartemen ini? Atau Xing Yun mau membelikan apartemen ini untuknya?

Bukan dua-duanya sih. Tapi Xing Yun sudah kenal lama dengan pemilik apartemen ini, sekarang beliau tinggal di Amerika bersama anaknya. Xing Yun mengklaim bahwa pemilik rumah ini mengizinkannya menempati rumah ini tanpa perlu bayar uang sewa.

Mereka cukup membayar biaya pemeliharaan gedung dan rajin-rajin membersihkannya saja. Biaya pemeliharaan gedungnya murah kok. Karena ini gedung tua, jadi cukup bayar 1 Yuan per meter.

"Tapi belakangan ini aku sibuk, tidak ada waktu untuk bersih-bersih."

"Aku saja! Aku yang akan bersih-bersih. Aku suka bersih-bersih rumah. Anda cuma perlu tinggal di sini. Pak Xia, mendapatkan sesuatu sebagus ini jangan dilewatkan. Saat keberuntungan menghampiri anda, anda harus menangkapnya. Anda saja ini hadiah dari maskot perusahaan anda."

Xing Yun memberikan kunci rumah itu ke Xia Ke dan meyakinkan Xia Ke untuk tinggal di sini dengan nyaman. Dia lalu buru-buru pamit.


Tapi dia keluar dari rumah itu itu bertepatan dengan Ibu yang baru pulang dan jelas heran melihat Xing Yun baru keluar dari rumah itu. Tak lama kemudian, Xing Yun duduk di sofa dengan takut-takut saat dia mengaku ke Ibu bahwa dia menyewa rumah itu untuk Xia Ke. Ibu tak percaya mendengarnya, demi apa dia menyewa sebuah apartemen untuk seseorang yang membayar gajinya?

Xing Yun meyakinkan Ibu bahw kejatuhan Xia Ke ini hanya sementara saja kok. Lagipula apa salahnya membantu teman yang sedang kesusahan. Apalagi Xia Ke adalah orang yang menyelamatkannya di job fair dulu.

Ibu juga pasti tidak tega kan melihat seorang pria yang masih muda dan memiliki masa depan menjanjikan, tidur di sofa kantor setiap hari? Baiklah, Ibu akhirnya mengalah. Ibu bisa mengerti.

Tapi Ibu tetap harus memperingatkan Xing Yun. Belakangan ini banyak berita di TV tentang para pria licik yang suka menipu gadis-gadis lugu seperti Xing Yun untuk mendapatkan uangnya.


"Dia bukan pria semacam itu. Biarpun dari luar dia terlihat dingin dan kata-katanya tajam, tapi dia orang yang lembut dan baik hati. Dia orang yang sangat baik budi."

Pekerjaan-pekerjaan yang melelahkan selalu Xia Ke lakukan sendiri secara diam-diam biar dia bisa membuka jalan yang lebih lancar untuk orang lain. Mendengar Xing Yun membelanya habis-habisan, Ibu sontak tersenyum geli menyadari perasaan putrinya pada bosnya.

Baiklah, tidak masalah deh. Lagian sekarang Xing Yun sudah tidak punya banyak uang untuk ditipu kan? Ibu akan mendukungnya deh. Tapi ada syaratnya, Ibu harus selalu mendapat update tentang apa-apa yang dilakukan tetangga baru mereka itu.

"Ibu tidak akan memberitahu Ayah, kan?"

"Kalau ibu beritahu ayahmu, dia pasti akan langsung menghancurkan rumah tetangga kita itu. Eh, bagaimana dengan makanannya?"

"Aku sudah menyiapkan beberapa makanan instan untuknya di kulkas." Santai Xing Yun.

PLAK! Ibu sontak mengeplak kepalanya. Dasar bodoh! Dia itu pria yang masih muda dan kuat, bagaimana bisa Xing Yun malah memberinya makanan instan? Ibu mau memaksa untuk Xia Ke sekarang juga.

Tapi Xing Yun dengan cepat melarang. Ibu hanya akan menakuti Xia Ke saja. Ah, baiklah. Kalau begitu, Ibu masak besok pagi saja. Ibu akan masak lebih banyak besok.


Keesokan paginya, Ayah dan Xing Yun bingung melihat banyaknya menu sarapan hari ini. Apa Ibu mau menjamu tamu? Tentu saja tidak, Ibu langsung memberikan beberapa kotak ke Xing Yun dan menyuruhnya untuk membungkus makanan-makanan itu dengan alasan buat dibawa ke kantor.

Ayah jadi prihatin. Ayah dengar perusahaannya Xing Yun belakangan ini sedang kesulitan. Bawalah yang banyak untuk rekan-rekannya untuk menyemangati mereka.

Xing Yun pun bergegas pamit padahal dia cuma ke rumah sebelah. Dia berusaha mengetuk sepelan mungkin, tapi Ayah bisa mendengar ketukannya. Ayah jadi mengira ada tamu dan langsung beranjak bangkit.


Ibu panik menghentikannya dan mengklaim tak ada yang mengetuk pintu. Ibu bahkan berniat menyetel musik untuk meredam suara-suara lain. Tapi lagi-lagi suara ketukan itu terdengar, Ayah jadi semakin yakin ada orang di luar dan langsung keluar sebelum Ibu sempat menghentikannya.

Bersambung ke episode 19

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam