Sinopsis My Secret Bride Episode 5 - 1

Sinopsis My Secret Bride Episode 5 - 1

Neung menangis sedih saat dia berjalan keluar dari rumah Rut dan langsung bersandar lemah di pohon. Tiba-tiba dia menyadari ada orang berjalan di belakang, mengira yang datang Rut, Neung sontak menghapus air matanya dan berbalik dengan antusias... tapi malah mendapati Padet-lah yang berdiri di belakangnya.


Neung lagi sebal. Padet mau menyeretnya masuk ke dalam mobil lagi atau melemparnya ke suatu tempat? Tapi tidak, Padet justru prihatin padanya. Dia datang membawakan tasnya Neung yang ketinggalan dan hanya ingin memastikan Neung baik-baik saja. Apa Neung sudah merasa lebih baik sekarang? Tentu saja tidak.

Dia bahkan merasa tidak sanggup mengemudi untuk pulang saat ini. Tiba-tiba dia menyadari mereka ada di depan rumahnya Padet... dan langsung saja dia nyelonong masuk ke sana tanpa diundang.


Oil baru keluar dari kamarnya Suam dan memberitahu Rut bahwa Suam baik-baik saja. Suam itu tangguh dan bukan orang yang lemah. Dia benar-benar bicara dengan sopan dan hormat pada Rut dengan memanggilnya sebagai 'Khun' walaupun Rut sekarang adik iparnya.

Rut berusaha meyakinkannya untuk tidak memanggilnya 'Khun', tapi Oil tidak bisa. Bagaimanapun, Rut sudah sangat baik pada mereka. Dia sungguh berterima kasih karena Rut sudah menjaga Suam.

Suam mungkin memang agak gila. Tapi itu karena dia harus menjaga semua orang di rumah. Dia tidak punya siapapun untuk menjaganya, sampai saat dia bertemu dengan Rut.

"Aku percayakan adikku padamu. Ibu tidak berani datang, beliau takut menangis jika datang dan Suam akan menggodanya. Tapi Ibu memintaku untuk berterima kasih padamu. Keluarga kami mungkin tidak sederajat denganmu dan kami juga bukan keluarga yang hangat. Tapi kami menyambutmu dalam keluarga kami."

Rut tercengang mendengarnya, terharu mendengar mereka menyambutnya ke dalam keluarga mereka. Tapi ekspresinya itu malah membuat Oil jadi salah paham, mengira dia bicara tidak sopan pada Rut.

"Khun Oil, bila tidak sibuk, bawalah Nat kemari. Aku ingin bermain dengannya."

Oil senang mendengarnya. "Tentu saja. Terima kasih. Aku pergi."


Suam baru mengancingkan kemejanya saat Rut mendadak nyelonong masuk kamarnya. Terang saja Suam langsung heboh memprotesnya, dia tidak pernah diajari untuk mengetuk pintu apa?

"Kalau aku mengetuk pintu, maka aku tidak bisa melihat ini."

"Dasar m~~~m. Menonton pertunjukkan harus bayar."

"Tidak ada hubungannya. Aku tidak mau bayar karena aku tidak menyentuhmu. Lain kali, tolong bicaralah dengan baik-baik pada suamimu!"

"Kalau kau benar-benar baik, maka kau tidak akan berbohong."


Rut mau membahas pekerjaan dan langsung menarik Suam untuk duduk di sofa bersamanya, tapi Suam sontak menjauh dan ngotot untuk jaga jarak.

Terserahlah. Tapi Rut benar-benar kecewa pada Suam karena gagal menangani Neung tadi. Tugas Suam adalah menghalangi semua wanita darinya.

"Bisakah Khun Neung jadi pengecualian?"

"Tidak bisa."

Tapi Suam punya banyak hutang budi sama Neung dan mungkin saja Neung benar-benar mencintai Rut. Tapi Rut yakin tidak begitu. Dan lagi, ini adalah kesempatan yang bagus bagi Suam untuk membayar hutang budinya.

"Bagaimana?"

"Ka! Bagaimana-ka!"

Suam benar-benar harus bersabar menghadapinya. "Bagaimana-ka?!"


Suam harus membuat Neung sadar bahwa Neung tidak benar-benar mencintainya, biar Neung tidak perlu buang-buang waktu untuknya. Suam ragu, bagaimana kalau Neung benar-benar mencintai Rut?

"Buang-buang waktu."

"Kenapa?"

"Aku tidak mencintai siapapun." Rut tiba-tiba mendekat dan berkata. "Aku tidak percaya cinta."

 

Su ditelepon Da yang mengabarkan Rut benar-benar sudah menikah dengan Suam. Su jelas kesal mendengarnya, tapi dia berusaha untuk menahannya dan pura-pura tetap bicara manis pada Da.


Cuchai memberitahu Sia Ha bahwa polisi meminta orang-orang mereka di bar untuk memberikan keterangan. Tapi dia meyakinkan bahwa dia sudah bicara dengan semua orang. Tapi, Cuchai agak khawatir dengan si deputi baru itu. Sia Ha sinis meremehkan si deputi itu, pokoknya bersihkan saja segala jejak yang kotor dan tidak perlu khawatir.

Tiba-tiba Su datang dan langsung menyapa papanya dengan sok manja. Sia Ha heran melihatnya datang menjenguknya hari ini, tumben. Su menyangkal, dia kan sering datang.

"Mungkin tidak sesering menemui Deputi itu."

Su langsung kesal. Tidak akan sering lagi sekarang, karena si Deputi itu sudah menikah. Sia Ha kaget, menikah sama siapa?

"Sama cewek yang nggak jelas asal-usul. Tapi tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa."


Di kantor polisi hari itu, Rut menginstruksikan semua anak buahnya untuk mengumpulkan semua rekaman CCTV dari sekitar daerah TKP dan beberapa daerah lain yang dekat TKP. Sementara Letnan Kom dia tugaskan untuk menghubungi orang tua korban.



Tapi saat Rut pulang, dia malah mendapati Suam mau keluar untuk bekerja shift malam. Rut tak setuju dan langsung menariknya. Dia tidak perlu bekerja.

"Hei!"

"Jangan 'Hei' pada suamimu."

"Hui! Hui! Hai! Aku harus kerja, Pak Suami!"

"Kubilang tidak perlu pergi!"

"Kalau kau melarangku pergi, lalu dari mana aku bisa dapat uang untuk makan, Khun? Ini pekerjaanku. Jika aku tidak perlu, lalu siapa yang akan melakukannya?"

"Siapapun kecuali kau!"

"Hei, bisakah kau jangan egois begini? Kau itu sudah tua!"


Suam ngotot mau pergi, tapi Rut ngotot menariknya dan jadilah mereka otot-ototan sekuat tenaga... sampai saat Rut mendadak melepaskan tarikannya dan jadilah Suam tersungkur ke tanah.

Makanya jangan membantah suami. Suam mau membiarkan suaminya tidur sendirian malam ini? Tidak boleh!

"Suami palsu!"

"Asli atau palsu, pokoknya tidak boleh, Suam!"

Pokoknya Suam harus libur dari pekerjaannya hari ini. Buat alasan apa saja, alasan sakit atau mati, terserah. Ayo masuk! Suam berusaha keras melawannya, tapi tentu saja kekuatannya kalah dari Rut yang dengan mudahnya menyeretnya kembali ke rumah.


Rut berusaha menyuruhnya ini-itu, tapi Suam kesal menolak semua perintahnya sampai Rut harus mengingatkan Suam akan salah satu syarat dalam kontrak mereka bahwa Suam harus patuh padanya.

Kesal, Suam terpaksa menurutinya sambil pura-pura menampilkan senyum manis. Tapi bahkan sebelum Suam pergi, Rut mendadak menambahkan perintahnya, menyuruh Suam untuk memasakkan makan malam untuk suaminya ini, dia capek kerja seharian, rasanya hampir mati kelaparan. Cepat masak!

"Palsu!" Sebal Suam lalu pergi. Rut refleks tersenyum lebar, senang banget dia godain Suam.


Saat Padet tiba di rumah, dia malah mendapati pagar rumahnya terbuka. Ternyata Neung masih belum pergi juga, malah tampak sangat kacau. Dia duduk di sini seharian? Dia masih belum baikan juga? Neung sontak menggelengkan kepala dengan ekspresi mau menangis.

Padet stres. "Kenapa belum baikan? Kenapa kau sedih sepanjang hari?!"

"Aku sudah tidak sedih lagi... Aku lapar! Hiks! Tidak ada apapun yang bisa dimakan di rumahmu! Aku hampir mati rasanya! Hiks! Lapar!"


Suam sudah selesai masak, tapi cuma sepiring sayur yang panjaaaaaaaang banget. Ini sayur apa?

"Tumis kangkung."

"Tumis kangkung? Kenapa sepanjang ini dan kenapa sedikit sekali?"

"Yang 3 porsi gagal."

"Terus cabe dan bawangnya mana?"

"Hilang bersama porsi kedua"

"Suam!"

"Duh, makan sajalah. Aku capek, tahu! Cepat makan saja. Percayalah padaku, ini bisa dimakan kok."


Rut ragu, tapi Suam terus mendesaknya. Terpaksalah dia memakan sesendok dan sontak memuntahkannya. Asin banget! Suam mau membunuhnya apa?! Coba Suam rasain hasil masakannya sendiri.

Suam membela diri tidak terima dituduh begitu. Dia sudah capek-capek masak tapi Rut bahkan tidak berterima kasih padanya. Mereka jadi berdebat seru gara-gara itu. Rut mencoba memaksa Suam mencicipi kangkung itu, tapi Suam lebih sigap mendorong sendoknya kembali ke mulut Rut. Asin!

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

  1. 🤣🤣 ya Allah tuh kangkung apa? Terimakasih atas sinopsisnya 😘

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam