Sinopsis My Secret Bride Episode 4 - 3

Sinopsis My Secret Bride Episode 4 - 3

Tapi setibanya di rumah, dia malah mendapati rumah mereka diserbu sekumpulan preman yang mengacak-acak rumah mereka. Jelas saja Suam tidak terima, mereka siapa dan apa yang mereka lakukan di rumahnya?!


"Rumah siapa? Tanya sama ibumu dan lihatlah! Jika dalam 3 hari kalian tidak bisa bayar. Kalian harus minggat dari sini!" Bentak si preman lalu pergi.


Ternyata Ibu benar-benar menggadaikan rumah mereka gara-gara dipaksa Ayah. Ibu terpaksa karena Ayah pasti akan memukulnya kalau dia melawan.

Tetap saja Suam kesal. Terus apa yang harus mereka lakukan sekarang? Kalau mereka memberikan rumah itu pada Sia Ha, lalu di mana mereka harus tinggal? Dari mana mereka bisa mendapatkan uang 200 ribu dalam waktu 3 hari? Memangnya uang bisa jatuh dari langit?

Oil berkata ada cara. Sia Ha memintanya untuk bekerja padanya, maka dia akan mengembalikan rumah mereka. Suam jelas tak setuju. Pekerjaan apa yang bisa menghasilkan 200 ribu? Itu pasti bukan pekerjaan yang baik.

"Tapi wanita sepertiku. Mungkin inilah jalan terbaik."

"P'Oil. Jangan berkata seperti itu. Kau adalah wanita terbaik yang pernah kutemui."


Suam meyakinkan Oil untuk tidak memikirkannya, biar Suam cari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Dia akan pergi menemui Aik sekarang.

"P', jangan bilang kalau kau mau minta uang pada Khun Aik?" Duga Bu.

"Awalnya tidak. Tapi sekarang, aku tidak yakin lagi. Aku pergi." Sayangnya, Suam pergi tanpa menyadari dia dibuntuti si preman suruhannya Da.


Da menelepon Rut dan mengajaknya makan malam bersama sebelum dia pergi bulan madu. Tapi ternyata dia bukan cuma mengajak Rut makan berduaan, melainkan bersama Su juga di butiknya Su.

Rut minta minum air putih saja, dia tidak bisa minum alkohol karena harus kembali bekerja. Da langsung sinis, dia bekerja sekeras apapun juga tidak akan jadi kaya. Tapi Rut menegaskan bahwa dia lebih suka jadi polisi yang tidak kaya, itu lebih bagus malah.

Saat Rut mengomentari makanan-makanannya, Su langsung menyentuh tangan Rut dan berusaha menggodanya padahal Rut jelas-jelas tak suka dengan sentuhannya. Mengalihkan perhatiannya ke Da, Su penasaran kenapa Aik tidak ikut bersamanya?

"Dia pergi kerja. Katanya mau menyelesaikan sesuatu sebelum pergi. Kuharap dia benar-benar pergi kerja. Dan bukannya membersihkan toilet (suam) di suatu tempat."

Aik sudah menunggu restoran hotel. Suam datang tak lama kemudian. Tapi mereka tidak sadar si preman langsung melaporkan hal itu pada Da. Saat Rut kembali dari toilet tak lama kemudian, Da sudah tidak ada tapi ponselnya ketinggalan.


Aik senang banget Suam mau bertemu dengannya lagi. Tapi Suam dengan cepat menyela dan tegas meminta Aik untuk tidak lagi berhubungannya. Tapi tiba-tiba saja Da muncul dan langsung menyiram Suam dengan champagne.

Tak ada seorang pun yang berani melawan Da, apalagi saat Da dengan sombongnya mengancam akan menutup hotel ini kalau ada orang yang berani ikut campur. Dia mampu melakukan itu karena dia memiliki segalanya. Dia bahkan menantang Aik untuk membawa selingkuhannya ini pergi dan meninggalkan istrinya yang punya segalanya ini, dan Aik malah diam saja.

Dia bahkan tak berani membela Suam saat Da menghina Suam habis-habisan, menuduh Suam cewek murahan yang ingin merasakan barang-barang mahal. Suam benar-benar sakit hati, tapi saat dia hendak melawan, dia malah terpeleset.

Dan terang saja Da jadi semakin sinis menghinanya dan berkoar-koar memperkenalkan Suam sebagai selingkuhan suaminya pada semua orang di sana, bahkan menyuruh mereka memotretinya. Dan Aik bahkan tak melakukan apapun untuk menyelamatkan Suam dan cuma bisa diam dengan tak berdaya.


Tepat saat itu juga, Rut tiba-tiba muncul dan langsung memberikan jaketnya pada Suam. Da jelas kesal melihat itu, kenapa Rut malah melindungi wanita kotor itu?

"Aku berhak... Karena kami berdua akan menikah!" Ujar Rut.

Suam sontak menatapnya dengan terkejut. Bukan cuma Suam, semua orang pun kaget.


Rut lalu membawa Suam ke kamar hotel agar Suam bisa membersihkan diri. Gara-gara pernyataan Rut tadi, Suam sekarang jadi canggung sama dia. Terima kasih sudah menolongnya.

"Apa kau lapar? Aku memesankan makanan untukmu, kupikir kau mungkin belum makan apapun."

Tapi Suam tidak mengerti kenapa Rut menolongnya, lawannya kan bukan musuhnya Rut, dia adiknya Rut. Rut santai saja menawarkan segelas jus padanya dan Suam langsung meminumnya saking hausnya.

Tapi seketika itu pula Rut tiba-tiba berkata bahwa dia tidak menolong Suam dengan gratis, Suam juga harus menolongnya. Suam sontak curiga, jangan-jangan Rut mau macam-macam sama dia. Jangan-jangan dia mencampur minuman itu dengan obat yah?

Rut geli mendengarnya. "Hei, Khun! Kau itu punya otak, pakai buat mikir!"

"Lalu apa yang bisa kubantu?"

"Aku sudah bilang padamu."

"Kapan kau bilang padaku? Bilang apa?"

"Yang kukatakan di lantai bawah tadi."

"Hei, Khun. Pernikahan itu bukan lelucon."

Suam mau kabur, tapi Rut langsung menangkapnya dan menegaskan bahwa dia tidak bercanda. Dia benar-benar ingin menikah dengan Suam.


Keesokan harinya, para polisi rapat mendiskusikan kasusnya Bell. Hasil otopsi menyebutkan bahwa korban mati lemas dan bukan karena tenggelam. Jadi Padet menyimpulkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan. Ditambah lagi ada sidik jari yang jelas di leher.

Tapi Kepala Polisi malah tak menyetujui pendapatnya. Cuma karena ada sidik jari di leher, masa dia langsung menyimpulkan bahwa ini adalah pembunuhan? Bisa saja itu karena korban berjuang untuk bertahan hidup saat dia tenggelam.

Rut membantahnya. Tubuh korban tak menunjukkan adanya kontraksi otot, dan juga tak ada air di dalam paru-paru korban. Itu artinya korban tidak berjuang untuk bertahan hidup saat dia tenggelam. Jika dia mati tenggelam, maka air pasti memenuhi paru-parunya. Sudah pasti korban mati sebelum ditenggelamkan.

Rut lalu menyebutkan 4 alasan yang mungkin mendasari pembunuhan itu. Sekarang ini mereka sedang memanggil semua orang yang terkait dengan korban untuk dimintai keterangan. Kedua orang tua korban juga akan datang lusa.

Tapi Kepala Polisi malah ngotot tak mau dengar apapun alasan itu dan memaksa Rut untuk menutup kasus ini secepatnya. Dia beralasan kalau dia muak sama para reporter yang terus meminta jawaban. Pokoknya minggu depan kasus ini sudah harus ditutup. (Bah! Kayaknya nih kepala polisi sudah kongkalikong sama Sia Ha!)


Suam lagi nyantai bersama Thuan cs saat teleponnya berbunyi dari Rut. Tapi Suam sengaja tak menjawabnya. Thuan sampai stres karenanya. Jawab saja telepon itu dan tegaskan pada Rut apakah dia mau menikah atau tidak. Suam ngotot tidak mau menikah, dia tidak suka polisi.

Tapi yang tak disangkanya, Thuan malah memaksanya untuk menikah. Jika Suam menikah dengan Rut, itu akan sangat bermanfaat untuk pekerjaan mereka.

"Terus bagaimana denganku? Apa manfaat yang aku dapatkan? Pikirkanlah bidadari ini. Pikir! Pikir!"

"Tolong pertimbangkan statusku."

Suam sebal. Dia lagi nggak mood untuk bermain-main dengan Thuan. Heran dia, apa orang kaya yang punya banyak duit, menikah segampang ini? Tentu saja tidak, Thuan rasa, Rut punya alasan lain. Dan kalau Suam ingin mengetahui apa alasannya, maka menikahlah dengan Rut. Suam Tak terima, Thuan benar-benar ingin menggunakan tubuhnya sebagai tumbal?

"Aku tidak menyuruhmu untuk melakukan sesuatu dengannya."

"Paman! Ini pernikahan. Bagaimana bisa kami tidak melakukan sesuatu, Paman? Ini bukan lakorn."

"Kau tidak mencintainya?"

"Tentu saja tidak."

Kalau tidak cinta, maka menikahlah dengannya. Thuan yakin Rut punya alasan tertentu, lebih baik tanyakan langsung padanya. Secepatnya. Tak mau membicarakan ini lagi, Suam langsung pergi tanpa memberi jawaban.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam