Sinopsis My Secret Bride Episode 4 - 2

 Sinopsis My Secret Bride Episode 4 - 2

Padet mendapati Neung masih setia menunggu Rut di depan kantor polisi. Rut sudah pulang sedari tadi, ngapain Neung masih duduk di sini? Wanita duduk di tempat gelap sendirian itu berbahaya.


"Ini kan kantor polisi. Jika tempat ini berbahaya, lalu di mana aku harus duduk?"

Padet heran sama dia, dia duduk seharian di sini, apa dia tidak punya pekerjaan? Malas menanggapinya, Neung santai saja menyesap kopi starbuck-nya.

"Kau hanya minum kopi mahal."

"Memangnya kenapa? Aku punya uang. Aku bahagia."

"Kalau kau benar-benar bahagia, kau mungkin tidak akan duduk di sini dengan wajah seperti anjing jalanan begini."

"Anjing?!" Neung tidak terima.

Padet ngotot memaksanya pergi. Bahkan saat Neung masih saja keras kepala, dia langsung menyorot matanya pakai senter sampai akhirnya Neung menyerah juga dan pergi.


Suam sekarang pindah kerja di mini market terdekat, tapi dia tidak sadar ada seseorang yang diam-diam memotretinya lalu mengirimkan foto-foto itu ke Da.

Dan kesal banget melihat foto itu. Kalau tahu begini, mending dia tidak menikah. Menyebalkan. Dia ingin bercerai saja. Su tak setuju dan melarangnya bercerai, masa Da mau membiarkan Aik bebas dan berbahagia bersama cewek itu? Kalau dia bercerai, berarti dia kalah sama cewek itu. Dan tidak boleh kalah dari cewek itu.

Su menyarankannya untuk pergi berbulan madu saja, jalan-jalan ke luar negeri, shopping sepuasnya, pilih hotel yang paling bagus dan biarkan Aik yang membayar segalanya. Upload foto-foto yang bagus di medsos biar seluruh dunia iri sama Da.

Bukankah Da menikah dengan Aik karena reputasi dan statusnya? Lakukanlah semua hal-hal itu, maka itu baru bisa disebut menikah demi reputasi dan status.


Benar juga. Da sontak memuji-muji kepintaran Su. Makasih banget sarannya. Dia bahkan langsung berubah pikiran mau mendukung Su untuk jadian sama Rut saja daripada Rut sama Neung.

Su tersenyum manis banget padanya. Tapi saat Da sedang tidak memperhatikannya, ekspresi Su langsung berubah. Tampak jelas dia tidak menyukai Da, dan hanya berusaha bersabar menghadapi Da.


Saat Rut tiba di rumah malam itu, dia malah mendapati Padet ada di sana, sedang makan dengan santainya seolah itu rumahnya sendiri. Rut sontak protes tak senang, tidak mau makan bareng Padet.

Tapi tak ada yang bisa dilakukannya, akhirnya terpaksa dia duduk dan makan bersamanya. Dia lalu mengambil sambal dan langsung suka sama rasanya. Di mana Teerak beli sambal ini?

"Oh, itu..."

"Keluargaku yang mengirimnya dari luar provinsi." Ujar Padet. "Makanya aku memberikannya padamu. Aku punya cukup sopan santun. Aku tidak mau memakan makananmu saja."

Rut mendadak ilfil dan langsung menyuruh Teerak menyingkirkan sambal itu. Teerak tiba-tiba mengalihkan topik membahas Suam, tapi itu malah membuat Rut menatapnya tajam.

Padet santai memberitahu mereka bahwa Suam sekarang pindah kerja ke mini market di depan gang. Dan informasi itu sontak menarik perhatian Rut, dan ekspresinya itu tak luput dari mata jeli Padet.


Maka keesokan harinya, dia langsung mendatangi Suam di mini market itu. Tapi Suam kesal melihatnya dan langsung buang muka. Tapi saat Rut jalan ke rak, Suam mendadak penasaran dan langsung mengikuti setiap pergerakannya... sampai saat Rut tiba-tiba berpaling padanya. Suam sontak memalingkan pandangannya.

Rut mencoba menanyakan bagaimana kabarnya dan apakah dia sudah sembuh. Tapi Suam terus diam mengabaikannya. Bahkan saat Rut cuma tanya berapa jumlah yang harus dia bayar, Suam cuma menyuruhnya untuk melihat ke monitor.

Rut dengan sengaja menunjuk ke bagian kue, Suam jadi terpaksa harus buka suara untuk menanyakan Rut mau roti panggang atau kukus. Rut sengaja tanya ini-itu untuk membuat Suam bicara terus dan meminta Suam untuk memanaskan rotinya.


Tapi Suam langsung sinis. Dia mau dipanaskan karena dia ingin memberikannya pada adiknya buat dilempar ke wajah orang lagi?

"Suam! Apa kita tidak bisa bicara baik-baik? Kupikir kita berdua adalah teman?"

"Teman?" Suam geli mendengarnya. "Jangan jatuhkan statusmu dengan menjadi temanku, Khun. Gunakanlah waktumu untuk memikirkan perasaan adikmu. Apa yang akan dia pikirkan jika dia tahu kalau kau berteman dengan selingkuhan suaminya."

"Baiklah. Maka mulai sekarang dan seterusnya, kita tidak saling mengenal!" Rut langsung membanting uangnya, memberikan belanjaannya ke seorang pemulung sampah lalu pergi dengan kesal.


Dalam perjalanan pulang malam harinya, Suam mendadak dihadang preman suruhannya Da yang mengancamnya dengan sebilah pisau. Dia bukan mau merampok Suam, melainkan membawa pesan peringatan dari Da. Berhentilah mengganggu suami orang.


Aik ingin membicarakan masalah di antara mereka, tapi Da dengan cepat menyela dan dengan manja menuntut untuk bulan madu entah ke Perancis atau Italia. Aik sampai heran sama dia, dia sudah tidak marah.

"Masih, sedikit. Aku istrimu, wajar kalau aku marah. Tapi sekarang aku ingin bulan mau, aku ingin kita sendirian. Aku ingin memberikan hukuman untukmu dengan menyewa hotel yang paling mahal dan membeli apapun yang kumau. Dan di malam hari aku akan memberimu hukuman sekali lagi."

Aik jadi senang dan langsung mendekat, tapi Da langsung mendorongnya. Tidak sekarang, dia masih marah sekarang. Jadi Aik dilarang menyentuhnya malam ini. Jika Aik benar-benar menginginkannya, maka Aik harus membayarnya dengan perjalanan bulan madu dulu.


Di kantor polisi keesokan harinya, Padet diberitahu para sersan tentang Suam yang diancam orang. Dia dituduh sebagai selingkuhan orang. Mereka tahu siapa yang mengancamnya, tapi mereka tidak bisa menuntutnya, makanya mereka frustasi.

Rut yang diam-diam mendengarkan itu, langsung pergi menemui Da untuk menanyakan hal itu. Da mengakuinya, itu karena Suam masih saja belum berhenti mengganggu suaminya.

Rut berusaha mengingatkan bahwa perbuatannya itu melanggar hukum. Da bisa kena masalah jika Suam sampai menuntutnya. Da tak peduli, dia kan punya ayahnya dan Rut.

Tugas Rut adalah membelanya dan bukannya memihak wanita itu. Pokoknya dia tidak akan berhenti. Kalau Suam tidak mau berhenti berhubungan dengan orang-orangnya, maka dia akan membunuh Suam. Rut ebnar-benar frustasi mendengarnya, tapi tak ada yang bisa dilakukannya.


Saat dia hendak pergi, tiba-tiba dia mendapat telepon penting. Rut pun bergegas ke TKP, ternyata mereka menemukan mayatnya Bell yang hanyut di sungai sekitar tempat tinggalnya Suam. Dua anak kecil yang waktu itu sedang bermain-main, tak sengaja menemukannya.

Awalnya mereka hanya melihat ada robot di atas tumbuhan yang mengambang di sungai, mereka sama sekali tidak menyadari yang ada di antara tumbuhan itu adalah mayat dan mereka santai saja mengambil tongkat untuk mengambil robotnya. Tapi saat Nenek mereka datang, Nenek langsung bisa melihat yang mengambang itu mayat.

Melihat tak ada kontraksi otot dan tanda-tanda perjuangan sebelum dia meninggal, bisa dipastikan wanita ini sudah mati sebelum jatuh ke air. Jadi, kemungkinan bukan karena bunuh diri.


Suam hendak pulang saat rekannya memberitahunya tentang kabar penemuan mayat itu. Saat dia makan siang, berita di TV mulai menyiarkan penemuan mayat itu. Identitas korban adalah Bell Nangsamut.

Suam merasa familier saat melihat fotonya, tapi dia tak sempat memikirkannya lebih jauh karena teleponnya tiba-tiba berbunyi dari Aik lagi. Suam berniat mengabaikannya awalnya, tapi telepon itu terus berbunyi.

Suam seperti biasanya, tak enak hati sama Aik dan akhirnya mengangkatnya juga. Aik berkata kalau dia akan pergi selama beberapa hari, jadi dia ingin bertemu Suam sebelum pergi, hari ini. Suam setuju untuk menemuinya. Berniat untuk mengakhiri segalanya hari ini.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam