Suam langsung ngibrit secepat mungkin dari tempat itu sambil komat-kamit merapal doa. Tapi dengan cepat dia mulai berubah mengasihani si hantu. Kasihan banget dia, kenapa mati dengan cara sekejam itu? Kasihan sekali.
"Ada apa, Suam?" Bingung Thuan.
"Aku melihat hantu. Oh yah, aku belum bilang. Aku bisa melihat hantu."
Waktu Suam masih kecil, dia menangis terus menerus, jadi Ibu memberiku pada Jao Mae (Dewi) yang tak dikenal. Setelah itu dia demam tinggi dan pingsan selama 3 hari. Lalu setelah dia bangun, dia terus melihat hantu. Dia memberitahu mereka karena mereka sudah dekat, terserah kalau mereka tak percaya.
"Terus, apa kau tidak takut?" Tanya Thuan.
"Itu tergantung, Paman. Kadang aku tidak takut. Tapi yang kutemui barusan, wuih... menakutkan banget! Bayangannya masih menempel di mataku. Itu bar apa kuburan? Paman, apa kau takut hantu? Tidak usah takut, manusia lebih menakutkan daripada hantu."
Da mendatangi rumah Rut, dia beralasan datang untuk melihat dan memahami apa alasan Rut ingin pindah ke rumah ini. Tapi dia sudah berkeliling dan dia tetap tidak paham. Bagaimana bisa Rut tinggal di rumah kecil kayak begini?
"Tapi ini hasil jerih payahku, Khun Da. Aku tidak mau terus menyusahkan Paman."
"Itu lagi. Kau berpikir seperti itu terus. Yang penting kau adalah bagian dari keluargaku. Hartaku adalah hartamu juga. Sama saja."
Buru-buru mengalihkan topik, Rut menanyakan bagaimana kehidupan Da pasca menikah. Da langsung kecut mendengarnya, baik-baik saja, Khun Aik juga masih sama. Lalu apa Rut sudah bertemu dengan Neung?
"Belum. Belakangan ini aku sibuk kerja."
Da tak percaya, dia kan sekarang jadi deputi, kerjaannya pasti tidak terlalu sibuk. Tiba-tiba Da menyinggung tentang warung nasi rebus di depan jalan dan langsung meminta Rut membawanya ke sana, dia beralasan kalau dia ingin sekali makan nasi rebus.
Rut usul untuk menyuruh Teerak memasakkan nasi rebus untuknya saja, warung itu panas dan kotor. Tapi Da sontak protes dan ngotot dengan manja untuk makan di warung itu. Dan Rut seperti biasanya, tak bisa menolak permintaan wanita dan terpaksa menurut Da.
Setibanya di sana, Rut ditelepon Teerak yang baru saja kembali dari rumah Padet dan bingung mendapati Rut tidak ada di rumah. Rut ke mana? Apa dia perlu menyiapkan makan malam?
"Tidak usah. Khun Da memintaku membawanya makan nasi rebus. Dia bilang kau yang memberitahunya kalau aku sering makan di warung ini."
Tapi Teerak malah bingung, dia tidak pernah bilang apa-apa pada Da. Rut sontak cemas menyadari apa maunya Da. Parahnya lagi, tepat saat itu juga, Suam tiba-tiba datang bersama Aik. Gawat! Dia langsung berbalik, tapi malah tak melihat Da di tempatnya.
Karena tepat saat itu juga, Da tiba-tiba menyiram Suam dengan semangkok nasi rebus dan langsung membulinya sambil teriak-teriak mengumumkan pada semua orang bahwa Suam adalah selingkuhan suaminya. Dan jelas saja insiden itu menarik perhatian semua orang.
Aik berusaha menarik Da dan memprotes Rut karena membawa Da kemari, tapi itu malah membuat Da semakin marah dan menggila. Tidak tahan lagi, Suam langsung melarikan diri.
Rut cemas dan bergegas mengejarnya. Dia berusaha menyuruh Suam masuk mobilnya, tapi Suam masih sakit hati dan melampiaskannya ke Rut, mengira Rut mau menyeretnya kembali ke sana untuk dipukuli. Pura-pura jadi orang baik, padahal mereka semua kotor.
"Cukup, Suam. Tak perlu bicara kasar padaku. Menurutmu apa yang harus Khun Da pikirkan saat melihatmu keluar dari mobilnya Aik."
"Akhirnya kau sama seperti adikmu. Melihat orang lain seperti kotoran. Membawa adikmu untuk mengikuti dan menarik pria. Menjijikkan! Jahat!"
Rut berusaha memaksanya masuk mobil, tapi Suam terus melawannya. Rut heran, apa Suam main kasar seperti ini waktu Aik menyuruhnya masuk mobilnya? Suam mengingatkan bahwa dia punya hutang budi pada Aik.
"Hutang budi. Lalu beginikah caramu membayarnya? Dengan menghancurkan keluarganya tanpa perasaan?"
"Aku tidak pernah menghancurkan keluarga siapapun. Aku tidak pernah menjual diriku pada Khun Aik. Apa hakmu menyalahkanku?"
Oh, apa sekarang Rut juga sedang balas budi pada pamannya dengan cara membawa adiknya ke sana untuk menamparnya? Jika dia berkata kalau dia tidak bisa menolak adiknya karena hutang budinya pada pamannya, maka Suam pun sama. Dia tidak bisa menolak Aik karena hutang budinya pada Aik.
"Aku benar-benar kecewa padamu, Thanamat."
"Kenapa juga kau berharap pada orang sepertiku? Kau pikir hanya kau saja yang kecewa? Di matamu, aku hanya seorang wanita yang menjual diri. Wanita yang haus akan uang. Tapi lihatlah kenyataannya. Mulai sekarang, aku akan memandangmu sebagai polisi mendapat promosi karena pengaruh pamanmu. Kuharap kau menghabiskan hidup sialmu bersama dengan orang-orang palsu di sekitarmu. Sebaiknya kita tidak usah bertemu dan tidak berhubungan lagi." Kesal Suam lalu pergi dengan berlinang air mata.
Keesokan harinya, para ibu-ibu mulai berkumpul di rumahnya Suam, seperti biasa, main judi. Dan Suam lagi-lagi dipaksa berjaga di luar. Suam protes tak suka dan berusaha mengingatkan Ibu bahwa melakukan bisnis semacam ini adalah dosa, tidak bisakah Ibu berhenti? Ibu menolak. Kalau dia berhenti, lalu dari mana dia bisa punya uang untuk makan? Cepetan jaga di depan!
Suam termenung sedih di pinggir sungai saat Suk tiba-tiba datang membawakan sebungkus minuman untuknya. Suam tinggal di rumah lagi sekarang? Bagaimana dengan ayahnya, dia bilang apa?
"Belakangan ini dia punya selingkuhan, P'. Makanya dia jarang pulang."
"Kau tidak bisa bersembunyi darinya selamanya, Suam."
Heran dia, mereka kan ayah dan anak, masa Suam tidak bisa bicara dengannya? Tapi kalau dilihat dari mukanya Suam, kayaknya masalahnya dia bukan ayahnya... tapi cowok?
Tiba-tiba terdengar teriakan para ibu-ibu memanggil Lamyai. Ketubannya pecah! Lamyai mau melahirkan! Tapi Lamyai malah jalan ke rumah sakit dengan santainya kayak cuma mau ke pasar.
Dan dia baru sadar kalau dia harusnya kesakitan saat ibu-ibu lain mengingatkannya untuk kesakitan. Lamyai mendadak lemas dengan lebay dan ibu-ibu sontak menggotongnya ke rumah sakit.
Neung dan Su lagi-lagi datang secara bersamaan ke kantor polisi sambil saling melempar tatapan setajam golok. Rut hendak keluar, tapi Padet langsung menariknya kembali ke dalam sebelum kedua wanita itu sempat melihatnya.
Syukurlah, Rut benar-benar berterima kasih padanya. Padet menyarankannya untuk keluar lewat jalan belakang saja. Tapi jalan mereka malah terhalang sekumpulan polisi lain yang baru turun membawa banyak barang. Hadeh!
Tapi entah bagaimana, Rut berhasil juga melarikan diri dan sekarang main golf bersama pamannya. Direk heran sekaligus kagum sama Rut. Dia deputi yang biasanya berlarian menangkap penjahat, tapi sekarang dia malah lari dari para wanita.
Apa Rut tidak menyukai siapapun? Baik Neung maupun Su sama-sama baik. Jika saja bukan karena ayahnya, Direk mungkin akan lebih setuju Rut bersama Su. Atau Rut lebih suka Neung? Rut suka gadis yang lebih muda, kan?
Rut geli menyangkal. "Kurasa aku bukan pria Korea."
"Coba katakan padaku. Seperti apa kriteriamu?"
Pertanyaan itu sontak membuat Rut mendadak jadi tidak konsen sampai-sampai dia gagal memukul bolanya. Terang saja Direk jadi yakin kalau Rut punya seorang gadis yang disukainya. Gadis yang sedang Rut pikirkan itu, dialah yang harus Rut jaga. Rut mendadak bergidik mendengarnya. Tapi tiba-tiba Direk mengalihkan topik menanyakan tentang Da.
Aik berusaha bersikap manis dan romantis pada Da, tapi Da masih marah. Dia sengaja menyiapkan makanan pedas semua, lalu tak segan sedikitpun menyindir Aik dan ibu mertuanya. Ibu jadi kesal dan langsung pergi, tak mau ikut campur dalam urusan mereka.
Dan seketika itu pula Da jadi semakin menggila, dia melempar semua makanan ke piringnya sebelum kemudian membanting semua piring-piring itu sambil terus heboh menghina Aik.
2 Comments
Thankyou
ReplyDeleteSemangat!!!!
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam