Sinopsis My Secret Bride Episode 3 - 6

Sinopsis My Secret Bride Episode 3 - 6

Padet langsung terdiam, teringat dulu saat pertama kali dia melihat Neung menjemput Suam di kantor polisi, sayangnya Neung dulu tak pernah memperhatikannya. Jadi dia tidak tahu kalau mereka pernah bertemu dulu.


Tanpa menjawab pertanyaan Neung, Padet langsung mendorong paksa Neung dan memakaikan sabuk pengamannya... dan kontan membuat mereka mendadak jadi canggung melihat satu sama lain dalam jarak sedekat itu.

Cepat-cepat menguasai diri, Padet langsung mundur dan tegas memerintahkan Neung untuk pulang. Saat Neung masih saja keras kepala, Padet langsung mengancam akan mengantarkan Neung pulang dan saat itulah Neung akhirnya menyerah dengan terpaksa.

Tolong sampaikan pesannya ke Rut Oppa... P'Rut maksudnya, dia tidak masalah mereka tidak bisa makan bersama. "Dan kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi... Tuan Zombie!"


Su menyerahkan sebuah amplop besar yang entah apa isinya pada Kepala polisi. Ini titipan ayahnya. Dia mengklaim kalau dia dan ayahnya akan melakukan derma di kuil minggu depan. Kepala Polisi sungguh berterima kasih padanya dan Sia Ha, mereka benar-benar baik. Tapi tentu saja Rut langsung curiga, itu bukan suap atau semacamnya, kan?

"P'Rut, kenapa kau bercanda seperti itu?"

"Aku masih baru di sini. Jadi aku tidak tahu banyak hal. Dan tentang suap, aku tidak bisa menerimanya. Tapi jika kantor polisi ini tidak ada hal semacam itu, maka itu bagus. Kasus orang yang berpengaruh semacam ini, membuat polisi pusing. Benar, kan, Pak?"

Kepala Polisi sontak menatapnya dengan kesal, tapi dengan cepat dia menguasai diri dan sinis mengomentari kedekatan Rut dan Su. Kalau mereka dekat, berarti Rut juga pasti dekat dengan Sia Ha. Sekali lagi dia berterima kasih pada Su lalu pergi.


Tak lama kemudian, Rut pun mengantarkan Su keluar. Su berkomentar bahwa ada polisi baik seperti Rut di daerah ini, masyarakat pasti akan merasa nyaman.

"Kadang polisi juga bisa hancur karena uang masyarakat." Tukas Rut.

Su langsung mengeluh manja tentang sikap Rut terhadapnya hari ini. Dia tidak ingin membicarakan masalah pribadi di tempat kerja. Tapi di luar jam kerja, mereka masih dekat kan? Dia mencoba menggoda Rut, tapi Rut tegas mengusirnya dengan sopan tanpa menjawab pertanyaannya.


Suam lagi-lagi harus berurusan dengan polisi. Begitu dikeluarkan, dia santai saja pamit pada semua orang dengan sopan... sampai saat langkahnya membeku melihat Rut di hadapannya.

Dia mau menghindar, tapi Rut malah terus menerus menghalangi jalannya... lalu tiba-tiba saja dia menyeret paksa Suam ke dalam kantornya dan para polisi lain cuma diam, tak ada yang berani menolongnya.

"Mari kita bicara."


Suam nggak mau dan langsung beranjak bangkit... saat tiba-tiba saja tatapan matanya jatuh ke gorengan di meja dan langsung batal pergi. Dia mau makan dulu. Rut mau ngomong apa? Masih belum puas juga memarahinya?

"Waktu aku hampir ditabrak mobil, bagaimana kau tahu?"

"Tahu apa?" Suam pura-pura bodoh.

"Tahu bahwa aku akan ditabrak mobil!"

Suam menolak memberitahu, itu urusan pribadinya, yang penting kan Rut selamat. Tapi Rut malah curiga, jangan-jangan Suam bersekongkol dengan pelaku. Suam tersinggung, kalau dia bersekongkol dengan pelaku, ngapain juga dia menyalamatkan Rut sampai tangannya terluka? Dia pasti akan membiarkan Rut ditabrak.


Rut ngotot memaksanya untuk menjawab dengan jujur. Tak bisa menghindar lagi, terpaksalah Suam jujur mengaku bahwa dia melihat masa depan.

"Kau melihat masa depan?"

"Itu... tidak sering. Hanya denganmu. Dan juga... kadang aku melihat hantu."

Tapi tentu saja jawabannya itu terdengar konyol bagi Rut. "Apa kau tahu bahwa kau tidak boleh berbohong di kantor polisi?"

"Hei! Karena kau seperti ini, apa-apa tidak boleh. Aku tidak mendapatkab apapun dari kalian semua, satu-satunya yang bisa kuberikan adalah kebenaran."

"Aku tidak percaya."

"Terserah kau mau percaya atau tidak"


Suam mau pergi, tapi tiba-tiba dia melihat ke pojokan dengan takut-takut dan langsung melakukan Wai (salam hormat) pada tempat kosong itu. Bahkan sebelum pergi, dia menyuruh Rut untuk memberikan derma untuk pemilik lama ruangan ini kalau dia ada waktu.

Ucapannya kontan membuat Rut mendadak merasa ngeri. Apalagi saat dia mencoba menanyakan ke mana Deputi yang lama pindah, Sersan memberitahu bahwa Deputis yang sebelumnya tidak pernah dipindahkan... Beliau tertembak mati saat berusaha menangkap kasus narkoba.

Parahnya lagi, saat dia berpaling ke pojokan itu, Sersan sontak cemas apakah dia diganggu hantu? Soalnya mendiang Deputi yang dulu suka berdiri di pojokan itu. Wui! Serem!

 

Saat Suam melewati rumah meditasinya Nenek Dukun, tiba-tiba saja Nenek Dukun menyuruh Lamyai untuk membawa Suam masuk. Nenek Dukun tampak sangat dihormati para warga desa karena dia dipercaya sebagai Nong Kuman (Anak yang diberkati).

Tapi Suam seperti biasanya, malah ngakak dan sinis meledek Nenek Dukun. Masa Nong Kuman tua keriputan begitu. Seharusnya Nong Kuman pilih-pilih wajah dulu sebelum merasuki orang, suruh oplas gih.

Lamyai ngotot mau menyerat Suam masuk dengan paksa, tapi Suam lagi-lagi berakting lagi kesurupan yang jelas saja membuat Nenek Dukun kesal.


Di tempatnya Sia Ha, seorang wanita penghibur bernama Bell tampak ragu-ragu saat disuruh menandatangani kontraknya. Setelah beberapa lama, dia akhirnya memutuskan untuk menolak karena dia tidak ingin melakukan pekerjaan ini lagi.

Sia Ha memang diam saja, tapi dia sontak menatapnya tajam. Cuchai - tangan kanannya Sia Ha, sontak marah dan memaksa Bell untuk menandatangani kontraknya.

Bell dengan sangat ketakutan berusaha memohon-mohon pada mereka untuk melepaskannya, dia benar-benar tidak ingin melakukan pekerjaan ini lagi. Tapi Cuchai malah semakin kejam menjambak rambut Bell.

Sia Ha tiba-tiba saja memutuskan menuruti keinginan Bell, bahkan berbaik hati menawarkan bantuan untuk Bell jika Bell butuh bantuan apapun. Err... tapi kayaknya dia tidak tulus. Bahkan setelah Bell pergi, dia langsung menatap kedua anak buahnya dengan penuh arti.
 

Da termenung kesal. Su ternyata sudah melaporkan apa yang disaksikannya antara Aik dan Suam waktu itu, bahkan menunjukkan fotonya sebagai bukti. Da jadi semakin cemburu dan kesal.


Suam dengan penuh semangat menceritakan betapa menegangkannya suasana pesta saat Sia Ha dan para anak buahnya datang ke pesta pernikahan kemarin. Rut dan Pamannya seolah siap bertarung melawan Sia Ha. Pamannya Rut bahkan terlihat seolah dia ingin sekali memborgol Sia Ha saat itu juga seandainya dia bisa.

Yang tak disangka-sangka, Thuan lalu membawa Suam ke barnya Sia Ha dan menyuruh Suam untuk menyelinap masuk ke tempat itu dan menyelidiki sesuatu. Mereka bahkan sudah menyiapkan baju samaran untuk suam.
Tapi baju yang mereka siapkan baju s~~~i, Suam jelas kaget menyadari apa yang mereka mau. Mereka suruh dia jadi wanita penghibur?

"Ayo, aku akan meriasmu." Ujar Damkerng. "Aku biasanya merias orang mati." (Pfft! Serem!)


Tak lama kemudian, Suam pun masuk ke bar itu dalam dandanan serba menor dan s~~~i. Thuan menginstruksikannya untuk menyelidiki tempat itu, terutama ruang ganti, cari tahu apa-apa yang tampak mencurigakan. Karena sekarang masih siang, jadi dia yakin sedang tak ada orang di sana.

Tapi ternyata ada penjaga di sana. Suam jadi bingung harus ngomong apa dan akhirnya beralasan kalau dia mau melamar kerja di sini... Jadi resepsionis. Pfft!

Tapi si penjaga menyuruhnya datang lagi nanti, soalnya manajer belum datang sekarang. Suam ngotot tak mau, buang-buang ongkos taksi saja kalau harus bolak-balik. Dia sudah bokek sekarang. Jadi, bisakah dia masuk dan menunggu di dalam saja?

"Kumohon, P'. Sepatuku sempit, kakiku sakit banget."


Untungnya si penjaga percaya dan langsung menyilahkannya masuk lalu pergi. Sesuai instruksi Thuan, Suam pun mulai menjelajahi dan memotreti tempat itu. Bagian muka tempat itu memang kelihatan normal, tapi semakin masuk ke dalam, suasananya jadi semakin suram.

Parahnya lagi, saat dia masuk ke gudang penyimpanan, tiba-tiba saja dia melihat penampakan hantu wanita. Eh, itu kan... Bell? Hmm, kayaknya dia dibunuh. Suam ketakutan dan berniat mau kabur, tapi Bell langsung menghadangnya dan memohon pertolongan Suam.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam