Sinopsis My Secret Bride Episode 3 - 4
Suam akhirnya masuk ke kamar tamu itu dan langsung terperangah melihat betapa mewahnya kamar itu. Ada spring bed besar, TV ukuran besar, sofa empuk, bahkan kamar mandinya luas dan mewah. Apalagi ada di kesayangannya di sana, toilet yang mewah.
Suam senang banget ketemu toilet kesayangannya dan langsung duduk di sana dengan antusias.
Baru juga dia mau melangkah masuk ke bathtub, ponselnya mendadak berbunyi dari Thuan. Suam sontak protes karena Thuan malah menghilang saat dia sedang ada masalah, Thuan pergi ke mana?
Thuan mengaku bahwa dia pergi dinas ke Kamboja untuk urusan pemerintahan. Suam sekarang ada di mana? Suam ragu mengatakan yang sebenarnya dan memutuskan berbohong kalau dia ada di rumah.
Tapi yang tak disangkanya, Thuan ternyata tahu kalau dia tidak sedang berada di rumahnya sendiri... Soalnya Thuan sudah menginstal alat pelacak di ponsel yang dia berikan ke Suam itu.
"Terus kenapa juga Paman tanya kalau sudah tahu?"
"Rumah Deputi Danurut, kan?"
"Iya. Kalau Paman ingin aku pergi, aku akan pergi."
Tidak perlu. Malah bagus Suam ada di sana, soalnya dia ada misi buat Suam. Nanti malam, Suam harus pergi ke dapur sambil pura-pura ambil minum, amati apakah di rumah itu ada sesuatu yang mencurigakan atau tidak. Pokoknya apa saja yang sekiranya mencurigakan dan berhubungan dengan Sia Ha.
Setelah semua lampu mati dan yakin semua orang sudah tidur, Suam pun mulai melaksanakan misinya turun ke dapur. Dia memotret beberapa hal di sana. Tapi tiba-tiba saja lampu menyala, Teerak bingung melihatnya berdiri di kegelapan, Suam sedang apa?
Suam buru-buru berakting kalau dia haus, mau ambil minum tapi dia tidak tahu di mana saklar lampunya. Untung saja Teerak dengan lugunya percaya dan dengan senang hati mengambilkan air untuk Suam.
Suam berusaha menolak dengan alasan tak ingin merepotkan Teerak, mending dia ambil sendiri saja. Tapi Teerak ngotot mau mengambilkannya, dia tidak merasa repot kok. Terpaksalah Suam menerimanya saja.
Gagal mengecek dapur, Suam memanfaatkan kesempatan untuk mengecek ruang kerjanya Rut yang berada di sebelah kamarnya. Tak lupa dia menggunakan sarung tangan karet untuk menutupi jejak sidik jarinya.
Dia lalu memotret beberapa foto di album foto, dan menemukan beberapa foto wanita yang berbeda-beda yang pernah Rut temui di berbagai macam negara, termasuk fotonya Su. Suam mendadak kesal melihat semua foto-foto wanita itu, dia itu polisi apa duta negara?
Tapi saat dia keluar tak lama kemudian, Rut mendadak muncul di hadapannya dan jelas penasaran melihat Suam baru keluar dari ruang kerjanya, apa yang Suam lakukan di sana.
Suam dengan tenang beralasan kalau dia cuma mau ambil air, tapi karena gelap, dia jadi salah kamar. Rut tak percaya... Suam pasti bermaksud masuk ke kamarnya, kan? Pfft!
"Kau gila apa? Kau sendiri apa yang kau lakukan tengah malam begini? Kau mau menyelinap ke dalam kamarku, kan?"
"Aku mau makan es krim. Mau ikut?"
Jadilah mereka makan es krim tengah malam. Suam lagi-lagi mengucap terima kasih dengan bahasa tidak formal sampai Rut harus mengingatkannya sekali lagi untuk berterima kasih dengan bahasa yang lebih sopan.
Suam langsung tanya-tanya tentang hobi fotografinya Rut. Kalau dia suka memotret, kenapa dia malah jadi polisi dan bukannya jadi fotografer?
Rut mengaku bahwa ayahnya adalah seorang fotografer, makanya dia ingin menjadi seperti ayahnya. Tapi Ayahnya meninggal saat dia masih kecil, Pamannya-lah yang membesarkannya dan akhirnya dia menjadi polisi seperti pamannya.
"Semudah itu? Kau tidak memikirkan dirimu sendiri?"
"Kadang mimpi dan kenyataan tidak sesuai. Bagaimana denganmu? Apa mimpimu?"
"Mimpi itu hanya untuk orang yang punya uang. Orang miskin sepertiku, memikirkan makanan untuk dimakan besok saja merupakan sebuah kemewahan."
"Mimpi adalah sebuah kebebasan."
"Orang kaya sepertimu bisa bicara begini. Tapi bagi orang miskin, mimpi itu mahal."
"Lalu kenapa kau tidak menerima Khun Aik untuk mengurusmu?"
"Dari mana kau tahu kalau aku tidak menerimanya?"
Karena jika Suam benar-benar menerima uangnya Aik, maka dia tidak mungkin masih bekerja mencuci piring. Malah seharusnya dia sudah kehilangan keperawanannya sekarang.
Suam tersinggung mendengarnya. Kalau ngomong tuh yang enak dikit, napa? Dia memang miskin, tapi bukan berarti Rut bisa sembarangan ngomong tentangnya.
Rut sontak gemas menyentilnya pakai es krim. Dengerin baik-baik. Maksud Rut adalah dia percaya bahwa Suam punya harga diri untuk tidak membiarkan orang lain mengurusnya.
Tiba-tiba dia mendekat sangaaaat dekat pada Suam yang jelas saja membuat Suam gugup... lalu mendorong bungkus kosong es krimnya dan menyuruh Suam membuangkannya untuknya. Pfft!
Keesokan harinya, Suam melaporkan foto-foto yang diambilnya kemarin itu pada Thuan. Tapi dia malah lupa kalau semalam dia memotret bungkus es krim kosong mereka berdua yang jelas saja membuat Thuan heran, Suam tinggal di sana untuk jadi mata-mata atau untuk flirting sama Rut? Suam menyangkal, jangan menggodanya terus lah.
"Baguslah kalau kau tidak jatuh cinta padanya. Jika tidak, akan sulit bagimu untuk bekerja. Aku punya tugas baru untukmu mulai besok."
"Tugas apa, Paman?" Tanya Suam antusias.
"Menjadi pelayan di acara pernikahan (pernikahannya Da dan Aik)."
Suam langsung sepet mendengarnya. Tapi apa boleh buat, dia tidak bisa menolak dan jadilah dia jadi pelayan pesta pernikahaan itu keesokan harinya.
Satu per satu para tamu berdatangan untuk memberikan ucapan selamat dan foto-foto bersama kedua pengantin. Rut benar-benar perhatian banget sama semua orang dan menawarkan diri untuk menggantikan Direk dan Nueng untuk menyambut para tamu, siapa tahu mereka capek.
Neung menolak. "Aku baik-baik saja kok, P'Rut. Mari kita saling membantu satu sama lain. Fighting!"
Da sontak menggoda mereka dan mengomentari betapa serasinya mereka berdua. Bagaimana kalau mereka berdua yang menikah selanjutnya? Ayahnya Aik langsung setuju, kalau mereka menikah, maka sekarang dia yang akan menjadi pihak yang meminta mahar. Dia akan minta yang banyak sama Direk. Semua orang juga setuju dengan perjodohan mereka.
Tepat saat itu juga, Su datang bersama ayahnya. Setelah berbasa-basi mengucap selamat, Da mengajak mereka berfoto bersama. Direk tampak tak senang dengan kehadiran Sia Ha, tapi dia juga tampak terintimidasi olehnya dan langsung mundur memberikan tempatnya pada Sia Ha.
Da lalu meminta Rut untuk menjaga Su. Neung menyapanya dengan ramah dan setulus hati memuji betapa cantiknya Su. Su balas memujinya dengan sopan, tapi jelas dia tidak terdengar tulus.
Apalagi kemudian dia dengan sengaja menggandeng tangan Rut dengan sok manja tepat di hadapan Neung, meminta Rut untuk membawanya masuk ke tempat jamuan.
Kaget, Neung langsung protes karena Rut harus menemaninya menyambut tamu. Tapi Rut lebih memilih menuruti Su. Neung jelas cemburu dan kesal.
Direk terus menatap Sia Ha dengan tajam. Tapi saat Sia Ha berpaling padanya, Direk langsung menyapanya dengan ramah. Lama tak bertemu.
"Tidak ada urusan untuk kita bertemu. Bagaimana kabarmu, Tuan?"
"Jika aku tidak melihatmu, aku mungkin akan baik-baik saja."
"Keponakanmu dan anakku sepertinya sangat dekat. Jika kita menjadi keluarga, mungkin akan aneh. Bagaimana menurutmu?"
"Jika Nu'Su berasal dari keluarga yang bersih dan jujur, aku mungkin tidak akan membencinya. Bagaimana menurutmu, Sia?" Sinis Direk. (Hmm, Direk ini aneh. Dia kayaknya memang benci Sia Ha, tapi kayaknya juga tunduk sama Sia Ha. Dia polisi jujur apa nggak?)
Bersambung ke part 5
1 Comments
Terimakasih atas sinopsisnya 😘
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam