Sinopsis My Secret Bride Episode 3 - 1

 Sinopsis My Secret Bride Episode 3 - 1

Setelah mengetahui Rut adalah salah satu polisi yang dicurigai komplotannya Sia Ha, Suam sontak melampiaskan kekesalannya, melempar semua bantal-bantalnya pada Bu yang malang sambil merutuki Rut. Pura-pura baik, pura-pura tampan, tapi ternyata penjahat!


Bu sepertinya sudah tahu dan menasehati Suam untuk menerima pekerjaan itu saja. Dengan begitu dia akan bisa menyelidiki orang-orang itu, ini kesempatan bagus. Selain itu, dia bisa terbebas dari kampung kumuh ini selamanya. Dengan melakukan pekerjaan itu, Suam turut membantu banyak orang juga.

Tapi Suam masih saja galau. Tiba-tiba dia ditelepon kakaknya, sepertinya ada masalah di rumah dan Suam sontak melesat pergi ke sana dan mendapati ayahnya berulah lagi.


Kali ini dia bahkan datang dengan membawa wanita simpanannya dan menuntut Ibu untuk memberikan KTP-nya dan menuntut uang pada Oil. Bahkan saat mereka tak ada yang menurut, dia langsung menyeret Nat pergi bersamanya.

Suam sontak menghadangnya dan mengancam akan melaporkannya ke polisi kalau Ayah membawa Nat pergi. Ayah mengklaim kalau dia hanya mau membawa Nat bermain di luar, tapi tentu saja Suam tak percaya dan langsung memisahkan Nat dari Ayah. Dia tidak akan membiarkan Nat pergi bersama Ayah.

Mereka jadi otot-ototan memperebutkan Nat sampai saat Ayah menyadari para tetangga sedang melihat mereka. Ayah langsung berubah pikiran dan ganti menarget Suam. Dia bahkan kurang ajar mau menyentuh Suam.


Terang saja Suam jadi emosi dan langsung melayangkan tinjunya. Tapi tepat saat itu juga, polisi mendadak muncul dan Ayah langsung berakting lebay seolah dia dibuli dengan kejam sama Suam.

Jadilah mereka semua berakhir di kantor polisi, tapi Suam malah disuruh membayar ganti rugi dua ribu Baht. Suam tidak terima, kenapa harus dua ribu Baht, di drama-drama saja cuma bayar 500 Baht. Ini namanya pemerasan rakyat kecil!

Tapi Sersan mengingatkan Suam untuk diam saja, hukumannya bisa lebih berat kalau dia menghina polisi. Letnan menegaskan bahwa sekarang aturannya sudah berubah dan jumlah kompensasinya tergantung situasi.

Kalau Suam tidak ingin menjadi penjahat sosial, maka seharusnya dia memperbaiki dirinya juga. Suam jelas tidak terima dituduh seperti itu. Ayahnya duluan yang melecehkannya.


Ayah langsung menyangkal dengan muka sok melas bin lebay dan mengklaim kalau dia hanya menyapa Suam selayaknya ayah menyapa anaknya. Bagaimana bisa Suam menganggapnya begitu, Suam bahkan tega menonjoknya, sakit banget.

Suam jelas kesal dan hampir saja melabrak Ayah tentang apa yang Ayah lakukan pada Nat. Tapi bahkan sebelum dia sempat mengucap apapun, Ibu malah mencegahnya dan lagi-lagi lebih membela Ayah dan menyuruh Suam untuk bayar saja kompensasinya.


Rut melihat hal itu dari luar dan langsung memanggil Sersan ke ruangannya untuk dia tanyai tentang itu. Siapa pria itu dan apa sebenarnya yang terjadi.

Sersan melapor bahwa pria itu adalah Ayahnya Suam. Tapi Sersan juga kurang jelas masalahnya apa. Dia hanya tahu bahwa Suam tidak terima ayahnya mau membawa keponakannya dan Suam jadi menyerang ayahnya gara-gara itu. Tapi alasannya, Sersan tidak tahu. Oh yah... Mungkin Inspektur Padet tahu, soalnya Suam membawa keponakannya menemui Padet kemarin.


Suam termenung sedih menatap struk ATM-nya yang dia gunakan untuk bayar kompensasi barusan. Rut mendadak muncul, dia sudah mendengar semuanya dari Padet. Dan dia juga sudah bertemu dengan keponakannya Suam.

Tapi dia malah tak percaya kalau ayahnya Suam menyewakan cucunya pada orang untuk mengemis. Sebagian besar anak-anak Thailand mengemis dengan sukarela karena berbagai macam alasan. Karena keluarga yang tidak harmonis, karena kecanduan game. Bahkan ada yang karena alasan sepele, rumah panas.

Misalnya mereka ingin ngadem di AC mall. Lalu orang-orang yang lewat, kasihan pada mereka yang penampilannya lusuh dan akhirnya orang-orang memberi mereka uang. Anak-anak itu jadi kecanduan mengemis untuk mendapatkan uang dari orang-orang yang mengasihani mereka.

Sebaiknya Suam kembali dan manjaga keponakannya dengan baik. Mungkin anak itu tidak betah di rumah gara-gara kakeknya dan bibinya selalu bertengkar setiap hari.


Suam tak percaya mendengarnya. Jadi maksud Rut, Nat mengemis di jalan adalah salahnya? Baiklah, mungkin Rut benar. Orang miskin memang selalu salah. Bersalah karena tidak bisa melakukan apapun dan tidak bisa tidur saling berpelukan seperti orang kaya.

Benar, mungkin karena kepanakan. Orang miskin seperti dirinya, setiap kali dia menyalakan kipas, dia selalu bertanya-tanya apakah dia akan mampu membayar listriknya atau tidak. Tidak bisa menyalakan AC dan tidur berpelukan sepanjang waktu seperti orang kaya.

"Suam, tenanglah dulu. Dengarkan aku dulu."

"Aku tidak mau dengar! Sudah cukup aku mendengarkan orang sepertimu. Mendengarnya sampai hidupku jadi sengsara, uang untuk kuliah pun aku tak punya! Aku bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk keponakanku yang mengemis di jembatan. Datang ke kantor polisi, tapi polisi malah bilang kalau ini salahku. Sekarang dengarkan aku. Jika ada polisi dan aku tidak bisa meminta tolong, lalu buat apa negara butuh polisi?!" Kesal Suam lalu pergi.


Masalah barusan membuat Suam langsung mendatangi Thuan untuk memberitahukan keputusannya. Akhirnya dia mau juga menerima tugas ini, dia akan bekerja pada Thuan dan menjadi mata-matanya.


Tak lama kemudian, Suam pulang dengan membawa seamplop uang untuk biaya kuliahnya dan juga ponsel baru pemberian Thuan. Itu ponsel mahal, jadi kalau ada orang tanya dari mana Suam mendapatkannya, Thuan menyuruhnya untuk bilang bahwa dia menang undian tutup botol minuman ringan. Kebetulan memang perusahaan minuman itu belakangan ini lagi bagi-bagi hadiah.

Yang perlu Suam lakukan hanyalah melakukan kegiatannya sehari-hari. Kuliah, mengumpulkan lotre, pokoknya dia hidup normal saja seperti biasanya sambil merekrut lebih banyak orang dari pabriknya Sia Ha untuk menjadi pelanggan lotrenya. Keamanan pabrik itu sangat ketat, tak ada satupun yang bisa masuk ke sana.

Tapi ingat, Suam tetap harus menjaga keselamatannya, dia tidak boleh mengambil resiko. Satu lagi, Suam juga harus mengawasi si deputi baru itu. Bukankah Suam dekat dengannya? Suam langsung mau muntah mendengarnya. Dekat apaan?

"Kalau kalian tidak dekat, maka kau harus mendekatinya. Karena ini adalah misi pertamamu." Itulah perintah Thuan.


Maka keesokan harinya, Suam pun mulai melaksanakan misinya dan membuntuti Rut secara diam-diam ke mana pun dia pergi. Tapi errr... kayaknya Rut sadar kalau dia sedang dibuntuti.

Saat Rut kembali ke kantor polisi, Way mendadak muncul lagi di hadapannya dan dengan senang hati menawarkan diri untuk ditangkap sama Rut. Wkwkwk!


Para warga desa sedang antri untuk menerima sumbangan sembako dari Sia Ha. Tampak jelas dia sangat amat dihormati para penduduk desa. Hanya Suam seorang yang menatapnya dengan tak suka.

Dia bahkan sinis menghina semua orang itu kayak pengemis... tapi malah mendapati ibunya juga ikutan antri. Wkwkwk! Parahnya lagi, Ibu bahkan berusaha menyuruhnya ikut antri juga biar mereka bisa dapat dua paket sembako.


Suam jelas tidak mau dan langsung memprotes Ibu sepanjang jalan pulang. Ngapain sih Ibu mengambil sembako itu? Ibu tidak mengerti apa salahnya? Sia Ha memberi ini pada mereka, kenapa juga mereka tidak boleh mengambilnya?

"Karena dia orang jahat! Kembalikan padanya, Bu!"

Ibu tak percaya, bagaimana dia tahu kalau Sia Ha itu orang jahat? Nggak usah sok tahu. Mending Suam cari saja suami kaya raya yang bisa mengurus mereka biar Ibu tidak perlu lagi minta-minta sama Sia Ha.

Lihatlah tetangga mereka. Si tetangga itu menggadaikan rumahnya dan mendapatkan banyak uang untuk ibunya. Suam tak setuju, jangan menggadaikan rumah ini pada Sia Ha. Pokoknya tidak boleh! Tapi Ibu tak peduli dan langsung pergi. Augh! Suam stres.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam