Sinopsis My Secret Bride Episode 2 - 3

Sinopsis My Secret Bride Episode 2 - 3

Mereka lalu membawa Suam ke sebuah rumah di mana Thuan mengakui identitasnya yang sebenarnya adalah Kolonel polisi Thuanthep. Dia menyamar jadi pemulung sampah karena punya misi penting di daerah tempat tinggalnya Suam.


"Sekarang kau tahu siapa aku. Apa kau akan memberitahukannya pada orang lain?"

"Nggak, Paman. Err... Tidak, Pak."

Lagipula dia tidak yakin bakalan ada orang yang percaya biarpun dia bilang ke orang-orang. Ini juga urusannya kok. Thuan dengan ramah meyakinkan Suam untuk tetap memanggilnya Paman seperti biasanya.

Kalau begitu, Suam mau tanya. Dia kan kolonel polisi. Terus kenapa dia yang menyamar? Kenapa dia tidak menyuruh kedua polisi muda itu saja yang menyamar?

"Lihatlah wajah dan badan mereka. Mereka mencurigakan atau tidak? Mereka sangat mencurigakan. Dengan menjadi seorang pria tua pemulung sampah, takkan ada yang curiga kalau aku adalah polisi yang menyamar. Suam, kau tahu Sia Ha, kan? Dia adalah target kita. Aku dekat denganmu, tapi bisakah aku memercayaimu?"


"Oi! Biarpun aku mulut anjing tapi aku bukan mulut keji, Paman. Dan aku juga tidak suka Sia Ha."

"Akua percaya padamu. Tapi masalah ini lebih penting daripada suka atau tidak suka."

Sia Ha melakukan bisnis ilegal dan itu sangat berdampak pada negara. Tapi masalahnya, Sia Ha mengatur jaringannya dengan sangat baik. Banyak petinggi politik dan polisi yang melindunginya.

Suam nggak nyambung. Dia tahu kalau Sia Ha itu bukan orang baik. Tapi dia tidak menyangka kalau masalahnya sebesar ini. Terus, apa maksudnya semua ucapan Thuan itu? Dia sama sekali tidak mengerti.

Sayangnya Thuan tidak bisa memberikan banyak informasi sekarang ini. Hanya itu saja yang bisa dia katakan. Tapi yang pasti, pekerjaan ini sangat beresiko. Musuh-musuh mereka ada di sekitar mereka. Setiap kali mereka ingin menangkap Sia He, kabar itu selalu sampai ke Sia Ha lebih dulu. Makanya Thuan sulit memercayai siapapun.

Dan Suam pasti bingung kan kenapa dia malah mengungkapkan rahasia negara pada Suam? Itu karena Thuan ingin bekerja sama dengan Suam. Dia ingin Suam menjadi mata-mata mereka Hah?


Suam sontak ketakutan dan langsung berusaha kabur. Tapi kedua polisi muda menangkapnya dengan muda dan langsung menyeretnya kembali ke Thuan. Suam menolak keras, dia tidak bisa melakukan itu. Itu pekerjaan level nasional, bagaimana bisa dia membantu Thuan saat dia sendiri tidak bisa bertahan hidup?

Thuan memberitahu bahwa yang perlu Suam lakukan hanyalah tetap melakukan segala perbuatan ilegalnya seperti main lotre dan berjudi. Dia hanya perlu melakukan semua itu di daerah kekuasaan Sia Ha, biar Sia Ha yakin kalau Suam bisa bebas dari polisi karena kekuatannya.

"Bebas apa, Paman? Kemarin ibuku baru saja tertangkap."

"Itu karena si Deputi baru. Dia ingin menunjukkan dirinya. Kurasa orang ini tidak biasa."

Yang perlu Suam lakukan adalah menarik orang-orangnya Sia Ha sebanyak mungkin untuk menjadi pelanggan lotrenya lalu laporkan hasilnya padanya. Tapi Suam takut. 

Thuan meyakinkannya untuk percaya padanya, Suam tidak perlu takut. Dia punya banyak mata-mata di sekitar daerah itu. Suam penasaran siapa mata-mata itu, tapi Thuan menolak menjawab.


Pulang dari sana, Suam melamun di warungnya Suk, memikirkan kejadian barusan. Suk heran melihatnya melamun, ada apa dengannya? Tumben hari ini nggak cerewet.

"Aku sedang memikirkan sesuatu."

"Kau akan punya suami"

Oh-ho! Seandainya dia beneran punya suami. Dia bisa ongkang-ongkang kaki dan makan enak di rumah tanpa perlu bekerja.

"Orang sepertimu? Tidak mungkin."

Suam hampir saja tersinggung mendengarnya. Tapi maksud Suk bukan seperti itu. Suam bukan jenis orang yang terlahir dengan mulut jelek, menjual lotre lalu pergi begitu saja dari dunia ini... Dia adalah orang baik yang bekerja keras mencari nafkah, ada banyak hal yang bisa Suam lakukan di dunia ini. Pujian Suk itu membuat Suam jadi punya semangat baru.


Rut mendapati Teerak lagi ngobrol dengan Padet, sedang mempromosikan jenis detergen yang biasanya dia gunakan soalnya Padet kali ini minta detergen sama mereka. Rut kesal, mini market kan dekat dari sini.

"Tapi rumahmu lebih dekat."

"Kalau kau berani datang untuk meminta sesuatu, kenapa kau tidak makan malam bersama saja?"

Dia ngomong cuma nantang doang, tapi Padet malah serius menerima undangannya itu. Rut kesal.


Malam harinya, Aik datang lagi menjemput Suam di warung dan mencoba mengajaknya makan bersamanya. Tapi kali ini Suam dengan sopan menolak, bahkan meminta Aik untuk tidak lagi datang menjemputnya mulai sekarang lalu bergegas pergi sebelum Aik sempat mengucap apapun.

Aik tak sadar kalau mereka sedang diperhatikan oleh Rut. Dia lalu menyusul Suam dan tanya kenapa Suam tidak pulang bersama orang yang menjemputnya tadi?

"Kau kan yang bilang padaku bahwa jika dia datang lagi, aku harus menolaknya."

"Kau patuh juga ternyata."

"Aku hanya tidak ingin mendapatkan kesialan lagi. Baguslah kau ada di sini. Bisa aku bicara sesuatu?"

Dia jujur mengakui dirinya hanya orang rendahan dari daerah kumuh. Bisakah dia dan Aik membiarkannya pergi dan mengikuti jalan hidupnya sendiri? Tolong Rut bilang ke adiknya itu untuk segera menikahi Aik dan berhentilah mengganggu hidupnya.

"Aku hanya... ingin lulus dengan cepat. Itu saja. Kumohon padamu."


Tapi ucapannya itu malah membuat Rut menatapnya terus. Suam bingung, dia lihat apa? Nggak pernah lihat cewek cantik yah?

"Lukamu sudah sembuh?"

"Sudah. Kulitku tebal." Kesal Suam lalu pergi.

Tapi Rut malah terus mengikutinya. Ngapain Rut masih mengikutinya terus? Oh, Rut mau nganterin dia pulang yah? Rut menyangkal, rumahnya di sekitar sini, makanya dia lewat sini. Baguslah kalau lukanya Suam sudah sembuh, dadah! Suam pura-pura kesal, padahal dia senang juga dengan perhatian Rut.


Setibanya di rumah, dia membawakan beberapa bungkus makanan untuk Teerak. Tapi dia masih gelisah memikirkan Suam dan mendadak tanya apakah Teerak pernah memiliki cinta? Atau pernahkah dia mengurus seorang anak secara diam-diam?

Tentu saja tidak pernah, Teerak tidak pernah memiliki sesuatu yang lucu dan lugu. Rut penasaran. Seandainya Teerak memiliki seorang wanita, apa Teerak bakalan membiarkan wanita itu tinggal di kos? Apakah dia akan membiarkan wanita itu menjadi tukang cuci piring?

Tentu saja tidak, sugar daddy tidak boleh melakukan itu. Dia tidak akan membiarkan wanita itu hidup susah. Itu namanya tidak peduli.

"Betul kan? Yah sudah. Terima kasih, Teerak." Ujar Rut lalu pergi, meninggalkan Teerak yang kebingungan dengan sikap anehnya itu.


Keesokan harinya, Rut pergi menyelidiki kamarnya Nai bersama Letnan Kom yang memberitahunya bahwa tak ada yang keluar masuk apartemen ini selain pengurus rumah. Dan terakhir kali dia datang itu 2 hari yang lalu.

Rut ingin melihat rekaman CCTV di sekitar TKP, tapi Letnan Kom malah berkata bahwa rekamannya sudah tidak ada. Terang saja Rut sontak menatapnya dengan kesal.

"Apa kau sudah mengecek buku catatan korban?"

"Seharusnya sudah, tapi..."

"Kata 'Seharusnya' adalah kata menebak. Aku ingin kebenaran." Tegas Rut.


Dia lalu mengecek balkon. Letnan Kom penasaran apa sebenarnya yang dia curigai? Rut berkata kalau ini hanya perasaannya saja. Letnan Kom langsung sinis, perasaan mungkin tidak berguna juga untuk menangani kasus ini.

"Perasaan sebagian orang mungkin tidak berguna, tapi perasaan orang yang menyelidiki kasus ini, tidak seharusnya diabaikan."

Letnan Kom canggung mendengarnya. "Baik, Pak."

"Gambar ini masih belum sempurna karena ada bagian yang hilang. Karena itulah para reporter bertanya-tanya. Tugasku adalah menemukan bagian yang hilang itu untuk memberikan kebenaran kepada almarhum. Adapun orang-orang di sekitar dan apa yang mereka pikirkan tentangku, aku tidak peduli."

Bersambung ke part 4

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam