Sinopsis My Secret Bride Episode 1 - 5

Sinopsis My Secret Bride Episode 1 - 5

Panik, Suam akhirnya menuruti Thuan dan memakan kertas-kertas itu dengan susah payah. Thuan juga ikut membantunya menelan beberapa.

Dan rencana itu berhasil. Saat polisi menghadang mereka dan memeriksa tasnya Suam, mereka tidak bisa menemukan apa-apa.


Suam pun dengan ahlinya berakting pura-pura bodoh. Mengklaim kalau dia tidak punya apapun dan dia terburu-buru cuma karena mau kuliah, dia sudah hampir terlambat sekarang. Dia pemuda masa depan bangsa, tahu! Jadi jangan membuang-buang waktunya. Pergi, sana!


Kejadian barusan membuat Suam ketawa ngakak sekeras-kerasnya saat dia berjalan di jembatan penyeberangan. Tiba-tiba dia melihat anak kecil sedang mengemis.

Suam prihatin melihatnya dan berniat memberinya uang, tapi malah kaget mendapati pengemis kecil itu ternyata Nat. Terang saja Suam langsung berusaha menanyakan siapa yang menyuruhnya mengemis di sini, tapi Nat diam terus.

Si preman hampir mau marah, tapi saat mendengar anak ini adalah keponakannya Suam dan Suam menuduhnya sebagai orang yang menyuruh keponakannya ini mengemis, si preman langsung pura-pura tak mengenal anak ini dan mengklaim kalau dia mendatangi mereka cuma karena dia melihat Suam memarahi anak ini.

Yah sudah kalau anak ini keponakannya, dia urus sendiri saja anak ini. Tapi jelas Suam masih curiga padanya. Apalagi saat si preman berbalik, dia melihat si preman memiliki sebilah pisah.

 

Way mendatangi kantor polisi untuk menemui Rut dan langsung melompat-lompat heboh dengan gaya kecentilan begitu Rut muncul di hadapannya. Duh, cakepnya! Hot banget kayak api! Suami idaman!

Tapi dengan cepat tiba-tiba dia berubah sikap malu-malu lalu pamit, dia akan datang lagi lain kali. Dadah!

Rut dingin menolak kedatangannya, dia tidak perlu datang lagi kemari lain kali. Itu tidak pantas. Apalagi dia masih memakai seragam.

Tapi ucapannya terakhirnya itu malah membuat Way jadi tambah suka sama dia, perhatian banget sih. Yah sudah deh, dia pergi dulu yah. Daaaah...


Tak lama setelah dia pergi, Suam datang bersama Nat dan langsung minta bicara berdua dengan Padet. Padet pun membawa mereka ke ruangannya, tapi Nat hanya bisa menangis.

Suam mengaku tak ingin melaporkan masalah ini secara resmi karena dia takut masalah ini malah akan jadi masalah besar, dia juga tidak mau orang rumah sampai tahu masalah ini.

Dia berusaha membujuk Nat untuk bilang siapa orang yang menyuruhnya melakukan ini, tapi Nat takut bicara. Suam jadi kesal hingga suaranya makin lama makin meninggi dan jelas itu membuat Nat jadi semakin ketakutan.


Memahami ketakutannya, Padet dengan lembut bertanya apakah suatu hari nanti Nat ingin menjadi polisi. Nat mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Maka Padet pun langsung membawa Nat duduk di kursinya dan memakaikan topi polisinya.

"Bagaimana? Duduk di sini, terasa seperti sudah menjadi polisi kan? Polisi harus bisa berkata jujur. Nat, katakanlah padaku. Siapa yang menyuruhmu mengemis di sana?"

Dan bujukan lembutnya sukses membuat Nat mau bicara juga dan mengaku kalau dia disuruh sama kakeknya. Suam langsung murka mau membawa Nat menemui Ayah sekarang juga. Sikapnya itu kontan membuat Nat jadi ketakutan lagi.

Padet pun dengan cepat menghentikannya dan menyuruh Suam menunggu di luar saja, dia mau bicara berdua dengan Nat. Kesal, terpaksalah Suam keluar.


Tapi tiba-tiba dia melihat Rut mau menyeberang jalan yang kontan saja membuatnya teringat akan penglihatannya. Cemas, Suam buru-buru menyusulnya dan berhasil menariknya tepat saat ada sebuah mobil melintas.

Suam berakhir dalam pelukannya gara-gara itu. Tapi itu malah membuat Rut jadi salah paham, mengira Suam sedang berusaha menggodanya. Suam menyangkal dan hampir saja mau menjelaskan. Tapi pada akhirnya dia mengurungkan niatnya dan mau pergi saja.

Rut menolak melepaskannya begitu saja dan terus ngotot menuduh Suam menggodanya. Dia cuma mau menyeberang jalan tapi Suam tiba-tiba memeluknya, jelas itu artinya Suam sedang menggodanya, biar dia mau mengurus Suam menggantikan Aik.


"Kuperingatkan kau sekali lagi, Suam. Kau bersikap seperti ini tidak akan membuatmu terlihat lebih baik."

"Kau pikir aku peduli, Pak Deputi. Punya makanan untuk dimakan dan punya uang untuk dihabiskan saja cukup bagiku. Masalah khawatir terlihat baik atau tidak itu adalah masalah orang kaya seperti kalian."

"Harga diri seseorang tidak hanya dinilai dengan uang, Suam."

"Kenapa kau tidak mencoba berdiri di posisi seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan, baru kau bisa bicara seperti itu. Sifat seseorang adalah ingin memiliki. Duduk diam dan memiliki seseorang yang menjaganya, siapa juga yang tidak menginginkan itu? Jika harga diri seseorang tidak dinilai dengan uang, kau mungkin tidak perlu lari dan menggunakan koneksimu untuk menjadi deputi di sini."

"Suam!"

"Kenapa? Mau menangkapku atas tuduhan fitnah? Silahkan saja. Kata-kata yang keluar dari mulut orang miskin itu tidak berharga. Koneksimu sebesar ini, aku mungkin tidak bisa melakukan apapun. Karena itulah, jangan pernah berkata bahwa nilai seseorang tidak ada hubungannya dengan uang."


Perdebatan mereka tadi membuat mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur. Suam akhirnya melampiaskan frustasinya dengan membersihkan toilet kosannya, sementara Rut merenung di dalam bathub sambil makan es krim. Pfft! Keduanya suka kamar mandi yah?


Keesokan harinya saat dia mendatangi rumah ibunya, dia malah mendapati ayahnya sedang menyiksa Ibu dan Oil dan menuntut mereka untuk memberinya uang. Suam sontak mendorongnya dengan kesal dan melabrak perbuatannya pada Nat, tega-teganya dia menyuruh cucunya sendiri untuk mengemis di jalan.

Ayah jadi semakin murka dan langsung membuli Suam. Thuan tak sengaja lewat saat tiba-tiba saja Suam terlempar ke hadapannya dalam keadaan muka babak belur. Tapi Suam tak gentar sedikitpun dan terus memprovokasi dan. melawan Ayah.

Ayah langsung melayangkan tangan mau menggamparnya lagi. Tapi Thuan sontak berusaha menghentikan Ayah dan memintanya untuk menenangkan diri. Tapi Ayah malah makin kelewatan menuduh Thuan adalah suaminya Suam dan langsung melayangkan tinjunya ke Thuan.


Tapi Thuan sigap menamengi dirinya pakai nampan besi lalu pura-pura tak sengaja membanting nampan besi itu ke kaki Ayah. Hmm... nih paman agak aneh. Dia bersikap kayak orang lemah, tapi jelas dia orang yang gesit dan kuat.

Setiap kali Ayah mau menyerangnya, Thuan sigap mendorong Ayah sampai Ayah tersungkur sambil bersikap seolah dia tak sengaja melakukannya untuk membela diri. Nenek dukun dan para tetangga sontak teriak-teriak memanggil polisi dan itu sukses membuat Ayah ketakutan hingga dia langsung melarikan diri.
 

Tak lama kemudian, Suam merenung di taman bermain dan Thuan membelikannya segelas es. Suam benar-benar berterima kasih padanya, Thuan sudah menolongnya dua kali. Kemarin dalam insiden tiket lotre dan hari ini.

"Apa dia benar ayahmu?" Heran Thuan. "Sudah berapa lama kau dipukuli olehnya?"

"Aku tidak ingat berapa lama. Sejujurnya, aku tidak yakin jika dia ayahku. Aku selalu bertanya pada ibuku. Tapi ibu tidak mau memberitahuku. Seorang ayah tidak mungkin melakukan hal ini kepada anaknya, iya kan, Paman?"

Dia bisa tahan disakiti orang itu, tapi orang itu juga menyakiti ibunya, menyakiti kakaknya, dia bahkan menyuruh cucunya untuk mengemis. Karena itulah Suam tidak bisa diam saja. Dia akan membuat laporan resmi pada polisi besok. Inspektur bilang bahwa sekarang ini ada penyewaan anak untuk disuruh mengemis setiap hari.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Thuan.


Dia tak sengaja melihatnya.  Waktu dia mau membawa Nat pergi, tiba-tiba ada seseorang yang berusaha menghentikannya. Biarpun orang itu bersikap seperti orang baik, tapi Suam tidak terpedaya.

"Bagaimana kau tahu kalau dia menipumu?"

Soalnya Suam melihat orang itu bawa pisau yang diselipin di celananya, orang itu juga punya tato di leher belakangnya dan di lengannya. Orang itu juga terlihat sangat gelisah. Suam yakin dia pasti bisa mengenali orang itu kalau dia melihatnya lagi.

Thuan kagum mendengar ketelitiannya dalam mengingat orang. "Kau harusnya menjadi mata-mata polisi."

Pfft! Suam geli mendengarnya. Dia jadi mata-mata polisi? Bagaimana bisa orang sepertinya jadi mata-mata polisi? Lucu sekali.

"Mungkin saja. Mata-mata Suam." Ujar Thuan sambil melirik Suam dengan senyum misterius.

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam