Sinopsis The Crown Princess Episode 3 - 1
Dawin dan Alice saling mengucap sumpah setia sehidup semati di hadapan pastur dan saling bertukar cincin sebelum kemudian Dawin mulai mendekat untuk mencium pengantinnya.
Tapi belum juga nempel, beberapa ibu-ibu mendadak muncul dengan heboh. Jadi ceritanya, Istrinya Ling tadi tak sengaja lewat depan gereja dan jelas kaget melihat Dawin menikah tanpa sepengetahuan mereka. Dia langsung memotret kejadian itu lalu mengirimnya ke teman-teman sekompleks.
Dan begitulah bagaimanan kemudian ibu-ibu itu menyerbu gereja dan langsung mengeluarkan ponsel masing-masing untuk memotreti mereka bak reporter ganas. Dawin berusaha menutupi wajah Alice, sementara yang lain berusaha menghadang ibu-ibu itu.
Dawin buru-buru menyeret Alice pergi. Bisa kacau kalau wajahnya sampai muncul di medsos. Tapi mereka dengan cepat dihadang oleh Khun Ying, istrinya Chatchai.
Mereka akhirnya duduk di hadapan Chatchai dan Khun Ying yang mendadak bersikap kayak ibu mertua yang sedang menginterogasi menantunya. Siapa orang tuanya? Apa pekerjaan orang tuanya? Bagaimana mereka bertemu?
Alice jujur mengakui kedua orang tuanya sudah meninggal dan mereka bertemu pertama kali di Phuket. Tapi Khun Ying memperhatikan mereka duduk agak berjauhan yang jelas membuatnya semakin penasaran. Sudah berapa mereka pacaran?
"2 tahun." Ujar Alice.
"2 tahun?" Khun Ying tiba-tiba mau memegang tangan Alice, tapi Alice sontak menarik tangannya.
Khun Ying heran sama Alice. Dawin memacarinya 2 tahun secara diam-diam, bahkan mengadakan pesta pernikahan kecil padahal dia seorang komandan, apa Alice tidak merasa marah.
"Tidak." Tegas Alice. "Mungkin karena kami menikah demi cinta dan bukannya demi pangkat ataupun harta."
"Tidak ada seorang wanita pun yang bisa menerima hal itu, kecuali wanita yang buta dan satu-satunya tujuannya hanya menangkap pria."
"Mungkin dia hanya seorang wanita yang mencintai dan menghormati keputusan suaminya."
Khun Ying sudah mau nyolot lagi, tapi Chatchai buru-buru menyela dan mengingatkan bahwa kedua pengantin baru ini masih lelah karena pernikahan mereka. Khun Ying ngotot kalau dia belum selesai bicara, tapi Alice dengan cepat mengakhiri pertemuan ini sampai di sini dengan pamit dan bergegas pergi meninggalkan Dawin.
Dawin mengingatkannya bahwa di sini dia adalah Naree dan bukan Putri Alice, jadia jangan bicara seperti itu pada Khun Ying. Berhati-hatilah dengan setiap kata yang dia ucapkan.
Dan lagi, mereka adalah pasutri. Jadi mereka harus bersikap selayaknya pasutri di hadapan orang lain. Jangan lagi bergegas pergi seperti tadi. Seharusnya Alice menunggunya dan pergi bergandengan tangan dengannya selayaknya pasangan suami istri.
Alice sinis mendengarnya, ada banyak pasangan yang tidak mesra di dunia ini. Jadi jangan berpikir aneh-aneh. Lebih baik dia meluruskan kesalahpahaman Khun Ying yang menuduhnya cuma ingin menangkap Dawin.
Khun Ying tidak setuju dengan gadis itu. Apalagi dengan fakta bahwa Dawin menikah tanpa memberitahu ibunya. Dawin pasti tahu kalau ibunya tidak akan bisa menerima gadis itu.
Chatchai berusaha memintanya untuk tidak ikut campur masalah mereka. Tapi Khun Ying tidak mau mendengarnya. Yakin kalau Dawin itu sedang dibutakan oleh cinta, Khun Ying bertekad untuk menyadarkan Dawin.
Dawin membawa Alice ke rumahnya. Dia bahkan sudah melengkapi rumahnya dengan beberapa peralatan fitness karena katanya Alice suka fitness. Tapi masalahnya, rumah itu cuma punya satu kamar tidur. Pfft!
"Apa maksudnya itu? Aku harus tidur sekamar denganmu?"
Tidak. Dawin akan tidur di ruangan lain. lice tidur di kamar ini, dia sudah menyuruh Pan untuk mengatur barang-barangnya Alice di lemari.
Terkait pengamanannya Alice, ada Letnan Kan yang akan berjaga dari rumah sebelah dan mereka juga sudah menempatkan CCTV di sekeliling rumah. Semua rekaman diawasi oleh Ling dan Hin dari markas mereka yang berada tak jauh dari rumah Dawin. Sedangkan JC mereka tempatkan di lantai atas markas mereka.
"Jangan khawatirkan masalah kamera pengawas. Kami adalah profesional. Selebihnya tergantung sikap Yang Mulia. Berdasarkan situasi sekarang ini, saya rasa saya dan Putri harus bersikap selayaknya suami dan istri."
Karena Alice menipunya untuk menikah dan menerima misi ini, maka Alice juga harus memercayainya sebagai suami. Mereka berdua harus terlihat meyakinkan sebagai suami dan istri.
"Itu tidak sulit. Aku berakting untuk menipumu, kenapa juga aku tidak bisa menipu orang lain? Sangat mudah."
Di tempat lain, Pan sedang menemani Alan di arena motor cross. Tapi tiba-tiba saja Pan melihat Alan keluar jalur. Cemas, dia bergegas mengejarnya dan berhasil menghadangnya di tengah jalan.
Alan kesal, dia sedang balapan sekarang. Pan tak percaya, tapi ternyata Alan benar-benar balapan dan keluar jalur cuma untuk mencari jalan pintas. Tapi sekarang dia jadi kalah gara-gara Pan. Alan kesal banget sama dia, Pan jadi tak enak padanya.
Saat dia baru selesai mandi tak lama kemudian, Alan mendapati Pan sedang cengar-cengir sambil menatap ponselnya. Alan jadi penasaran dan langsung merebut ponselnya.
Pan berusaha merebutnya kembali dan mengingatkan kalau ini adalah urusan pribadinya. Tapi Alan malah jadi semakin penasaran. Panik, Pan malah tak sengaja melepaskan handuknya Alan. Tapi alih-alih merasa malu, Pan malah ngakak.
"Kenapa kau tertawa?"
"Kecil, Yang Mulia." (Wkwkwk! Frontal amat, neng)
Terang saja Alan jadi kesal dan langsung berusaha merebut handuknya. Mereka jadi saling berebut hingga Pan sukses mengambil kembali ponselnya lalu kabur. Untung saja, soalnya di ponsel itu ada foto-foto pernikahannya Alice dan Dawin. Bisa kacau kalau Alan melihat foto-foto ini.
Saat Dawin dan Alice pulang, Dawin malah mendapati para tetangga sedang mengawasi mereka dengan penasaran. Maka Dawin pun menyuruh Alice untuk mulai berakting jadi pasutri yang saling mencintai. Alice bisa menipunya, jadi Alice juga pasti bisa menipu orang lain dengan mudah.
"Mudah banget, aku bahkan tidak perlu berakting. Kau bopong aku masuk rumah, itu saja sudah sangat romantis."
"Ide bagus, Yang Mulia."
Dawin langsung saja melaksanakan ide itu padahal Alice cuma bercanda dan terang saja dia langsung berusaha melawan. Tapi Dawin menegaskan kalau dia serius dan memperingatkan Alice untuk berakting dengan baik. Kalau dia melawan, para atetangga akan mencurigai mereka.
Kesal, tapi akhirnya dia menyerah juga dan membiarkan Dawin membopongnya. "Bopong aku dengan benar. Kalau kau sampai menjatuhkanku, tamatlah riwayatmu."
Praew - istrinya Ling langsung heboh melihat pemandangan itu. Cewek itu jelas bukan cewek biasa dan langsung mencoba menanyakannya pada Suaminya. Apa wanita itu beneran istrinya Dawin?
"Ya iyalah. Kalau nggak, ngapain mereka nikah?"
"Tapi kenapa mereka main rahasia-rahasiaan?"
Ling mengklaim tak tahu, mungkin karena Dawin berpikir kalau itu adalah masalah pribadinya, makanya dia tidak mau memberitahu siapapun. Tapi Preaw merasa semua ini sangat aneh.
Begitu banyak wanita berusaha mengejar Dawin, tapi tak ada satupun yang berhasil mendapatkannya. Tapi tiba-tiba saja wanita itu muncul dengan sangat miterius. Padahal tuh cewek mukanya biasa banget, tidak ada elegannya sama sekali.
"Hei, Preaw! Bicaralah yang sopan! Jangan mengatai Yang... jangan mengatai bosku. Lagipula dia itu wanita sama sepertimu, hormati dia dikit dong."
Praew tidak terima mendengar Ling membela wanita lain dan langsung menjewer kuping Ling. Memangnya seberapa hebat wanita itu? Hah?! Katakan! Panik, Ling mengklaim tak tahu, wanita itu cuma wanita baisa kok, dia juga baru beberapa hari yang lalu tahu kalau Dawin mau menikah. Dia buru-buru beralasan kalau dia harus kerja lalu kabuuuuurrrr.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam