Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 16 - 2

Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 16 - 2

Keesokan harinya, Ha Jin jalan-jalan sendirian, berniat mau membeli oleh-oleh khas Korea buat dibawa ke Amerika untuk temannya. Dia santai saja jalan-jalan tanpa memakai samaran atau apapun karena pakai samaran hanya akan membuatnya terlihat lebih mencurigakan, lagipula tak ada yang tahu dia sudah balik ke Korea.


Awalnya memang tak ada seorang pun yang mengenalinya, memperhatikannya pun tidak. Tapi tiba-tiba ada seorang pria yang mengenalinya. Tapi Ha Jin berbohong menyangkal dan pura-pura seolah dia cuma seseorang yang mirip banget sama Ha Jin.

Banyak orang yang bilang begitu tentangnya. Makasih loh sudah bilang dia mirip aktris cantik. Dia memang aktris yang hebat (Pfft! Narsis banget). Untung saja pacar pria itu percaya, Ha Jin kan lagi di Amerika.


Jeong Hoon sedang di toko buku saat tiba-tiba saja dia melihat Ha Jin. Jeong Hoon sontak membuntutinya melewati rak-rak buku. Tapi tiba-tiba saja Ha Jin menghilang.

Kecewa mengira itu cuma bayangannya, Jeong Hoon akhirnya berbalik... dan langsung membeku di tempat melihat Ha Jin berdiri tepat di hadapannya. (Aaah, akhirnya mereka bertemu).

Tapi tentu saja pertemuan kembali setelah bertahun-tahun lamanya membuat mereka jadi canggung pada satu sama lain. Jeong Hoon dengan penuh harap bertanya apakah sekarang Ha Jin akan menetap kembali di Korea. Tapi Ha Jin mengaku kalau dia hanya berkunjung sebentar dan harus kembali ke Amerika.

Tapi tiba-tiba pertemuan mereka terpotong singkat saat ada dua orang wanita yang mengenali Ha Jin dan teleponnya Jeong Hoon berbunyi. Ha Jin pun buru-buru pergi.


Jeong Hoon berusaha mengejarnya. Sayangnya dia melewatkan Ha Jin sebenarnya berada cukup dekat dengannya tapi dia tidak melihatnya.

Ha Jin akhirnya menyesal dan langsung bergegas kembali ke toko buku, tapi tentu saja dia tidak bisa menemukan Jeong Hoon di mana-mana. Jeong Hoon pun tak bisa menemukan Ha Jin di luar. Bahkan saat dia mencoba menghubunginya, nomornya Ha Jin sudah tidak aktif lagi.


Jeong Hoon akhirnya pergi dengan kecewa. Di tengah jalan, tiba-tiba saja mobilnya bertubrukan dengan taksi yang hendak belok. Namun sungguh tak disangka, penumpang taksi itu adalah Ha Jin. Akhirnya takdir memertemukan mereka kembali, Jeong Hoon dan Ha Jin pun senang.

"Kau tidak terluka kan?"

"Iya, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik-baik saja. Dari semua taksi, aku mengalami kecelakaan dengan taksi yang kau tumpangi. Jadi, itu takdir kita. Kita ditakdirkan untuk jatuh cinta."

Ha Jin tiba-tiba ingat dengan naskah dramanya yang pernah Jeong Hoon komentari dulu. Bahwa kedua pemeran utamanya bertemu tiga kali di tempat yang sama, saling melewatikan satu sama lain, lalu mengalami sebuah kecelakaan konyol.

Waktu itu Ha Jin berargumen bahwa itu namanya takdir, mereka ditakdirkan untuk bertemu dan jatuh cinta. Dan itulah yang mereka alami sekarang ini, sama persis seperti yang tertulis di naskah drama itu.

"Cara kita bertemu menunjukkan kita ditakdirkan bersama. Bukankah begitu? Kau mau ke mana? Biar kuantar. Kurasa akan lebih sulit bagimu untuk kabur sekarang." Ujar Jeong Hoon.


Jeong Hoon lalu mengantarkan Ha Jin pulang ke rumah lamanya. Ha Jin masih agak canggung padanya dan buru-buru pamit, tapi Jeong Hoon tiba-tiba mengaku dia menyesal pernah melepaskan Ha Jin dulu.

Dia sudah berusaha sebaik mungkin, tapi dia sangat merindukan Ha Jin dan ingin sekali bertemu dengannya. Tidak seharusnya dia putus dengan Ha Jin. Seharusnya dia memohon pada Ha Jin dan berkata mereka harus mengatasinya bersama agar mereka bisa bahagia.

"Aku menyesali semuanya sejak kau pergi."

"Aku juga menyesalinya. Maaf karena meninggalkanmu di sini sendirian."

Bahagia, Jeong Hoon langsung menariknya ke dalam pelukannya dan memeluknya erat.


Saat Ha Jin masuk rumah tak lama kemudian, Ha Kyung mendadak menyambutnya sambil jejeritan heboh. Dia sudah melihatnya barusan, Ha Jin dan Jeong Hoon pelukan. Apa mereka sudah balikan sekarang?

"Iya."

"Syukurlah. Jangan pernah putus dengannya lagi."

"Aku tidak akan pernah putus dengannya lagi. Tapi kau yang harus berusaha. Jangan sampai putus sama Reporter Jo. Hubungan kalian mungkin akan berakhir lebih dulu."


Memikirkan ucapan Ha Jin itu, Ha Kyung akhirnya berhenti jual mahal dan mengirim pesan ke Il Kwon, minta ketemuan hari ini.

Il Kwon senang banget akhirnya Ha Kyung mau bertemu dan bicara langsung dengannya. Ha Kyung mengaku dia benar-benar kesulitan selama dia di Amerika. Dia ingin bertemu Il Kwon tapi tidak bisa, ingin menghubungi Il Kwon pun sulit karena masalah perbedaan waktu.

Terlalu lama berpisah membuat Ha Kyung jadi semakin cemas. Dia sudah memikirkan ini dengan matang. Entah kapan dia akan kembali ke Amerika dan tampaknya Il Kwon tidak akan terpilih untuk menjadi koresponden ke Amerika.

"Sebentar! Apa maksudmu?" Il Kwon mulai cemas mendengar arah pembicaraan ini. "Kau tidak ingin minta putus denganku, kan?"

Ha Kyung tiba-tiba berdiri menghadapinya dan berkata bahwa mereka tidak bisa terus berkencan seperti ini. Karena itulah, dia langsung menyodorkan kedua tangannya yang tertulis empat buah kata: Mari kita hidup bersama.

"Tamatlah riwayatmu kalau menolaknya."

Il Kwon bahagia. Tentu saja dia mau dan langsung memeluk Ha Kyung erat-erat. Mari hidup bersama selama-lamanya. Bagaimana kalau mereka hidup bersama mulai hari ini?


Tae Eun diundang ibu tiri dan adik tirinya makan di restoran. Ibu tiri dan adik tirinya menyambutnya dengan hangat, tapi ternyata ayahnya juga ada di sana dengan muka cemberut.

Ibu Tiri mengaku sengaja melakukan ini biar ayah dan anak itu bisa bertemu. Ibu Tiri berusaha membujuk suaminya untuk menyambut Tae Eun, tapi Tuan Yoo masih ngambek. Lagian Tae Eun kan tidak melakukan hal istimewa banget, tapi pada akhirnya dia tetap menyilakan Tae Eun duduk.

Dia terus saja diam dengan muka cemberut saat Tae Eun ngobrol dan bercanda tawa bersama ibu tiri dan adik tirinya. Bahkan saat Tae Eun berusaha menunjukkan perhatian dengan menanyakan kabarnya, Tuan Yoo menolak menjawab, membuat Tae Eun jadi semakin canggung dan tak enak padanya.


Saat mereka akhirnya punya waktu bicara berdua, Tae Eun bertanya-tanya apakah Tuan Yoo masih menyalahkannya. Dia dengar dari ibu tiri bahwa setelah kejadian itu Tuan Yoo berhenti mengajar dan terus berdiam diri di ruang baca.

Tae Eun memang merasa bersalah dalam beberapa aspek, tapi dia tidak menyesalinya. Karena apa yang dia lakukan waktu itu juga demi Tuan Yoo.

"Tidak usah dibicarakan lagi. Lagipula semua itu sudah berlalu. Jadi, kau melakukan ini untuk protes? Jika tidak, lalu kenapa kau tidak pulang dan terus bepergian? Apa karena aku?"

"Bukan begitu. Aku benar-benar suka melakukan ini. Rasanya sangat bermanfaat berada di sana untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Aku benar-benar merasa hidup."

"Astaga, aku bekerja keras menjadikanmu dokter, tapi kau merasa dihargai dengan melakukan hal seremeh itu?"

"Aku jauh lebih bahagia sekarang daripada saat menjalankan klinikku. Tapi tentu saja Ayah pasti takkan menyukainya."

"Kau harus hidup sesuai dengan takdirmu. Jangan pergi ke tempat yang terlalu berbahaya. Ayo masuk."

Tae Eun tercengang mendengar ayahnya ternyata mencemaskannya juga. Senang, dia langsung mengundang Tuan Yoo untuk menghadiri pamerannya bersama ibu tiri.


Jeong Hoon baru saja tiba di kantor saat Il Kwon mendadak mengonfrontasinya tentang CLBK-nya sama Ha Jin. Tapi begitu Jeong Hoon balas mengancam akan memberitahu Ha Kyung tentang apa yang Il Kwon lakukan selama ini, Il Kwon mendadak berubah sikap sok manis.

"Tidak perlu berlebihan begitulah. Aku akan mendukungmu sepenuhnya agar hubungan kalian selalu lancar."

"Hubunganku akan kuurus sendiri. Fokus saja pada Ha Kyung. Balik kerja, sana."

Il Kwon memeringatkannya untuk berhati-hati, LDR itu susah loh. Sebaiknya mereka kencan sesering mungkin sebelum Ha Jin kembali ke Amerika. Benar juga, Jeong Hoon sontak memikirkan saran itu dengan serius.


Saat mereka bertemu di taman malam harinya, Jeong Hoon langsung mengusulkan hal itu pada Ha Jin. Dia ingin menebus semua kencan mereka yang terlewatkan selama dua tahun ini dan berkencan sebanyak mungkin sebelum Ha Jin kembali ke Amerika. Ha Jin setuju.

Mereka pun memulai kencan malam itu dengan jalan-jalan sambil bergandengan tangan. Tapi Ha Jin diam terus sedari tadi, membuat Jeong Hoon jadi penasaran tentang apa yang sedang Ha Jin pikirkan.

Ha Jin mengaku bahwa dia memikirkan tentang skandal mereka yang pasti belum sepenuhnya terlupakan. Beberapa orang mungkin masih akan mengkritik mereka. Mungkin masalah itu takkan pernah terlupakan.


"Apa kau takut?" Tanya Jeong Hoon.

"Tidak. Yang paling kutakutkan adalah tidak bisa memegang tanganmu lagi."

"Aku juga."

"Karena itulah aku tidak takut selama kau baik-baik saja."

"Aku selalu baik-baik saja selama kau baik-baik saja."

"Kalau begitu kita baik-baik saja. Akhirnya aku tahu prioritas utamaku."

"Apa itu aku?"

"Kita."

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments