Sinopsis Well Intended Love Season 2 Episode 8 - 1

Sinopsis Well Intended Love Season 2 Episode 8 - 1

Kompensasi yang dimaksud Yi Zhou dan Wen Li ternyata nonton pertandingan sepak bola biar kedua wanita itu bisa puas menonton 22 pria. Bagaimana? Mereka suka? Jelas tidak, tapi Xia Lin iyain ajalah.


Jia Fei benar-benar kesal sama kedua pria itu. Ini sama saja mereka menyerah pada suami-suami mereka.

"Apa maksudmu suami-suami?"

"Maksudku Bos Ling. Kau juga tidak menyangkal menjadi Nyonya Ling kan? Kau bahkan mengharapkannya."

"Lalu bagaimana dengan cowokmu? Sekarang sudah hampir satu bulan. Kau tidak seperti dirimu sendiri."


Tiba-tiba ada bola masuk gawang, Xia Lin dan Jia Fei sontak bersorak heboh sendiri padahal yang lain tidak ada yang bersorak soalnya bola tim lawan yang masuk ke gawang tim mereka. Terang saja para pendukung jadi emosi mengira mereka pendukung tim lawan.

Tapi untung saja segalanya bisa selesai dengan damai usai dari kantor polisi. Tapi saat mereka hendak pulang, Wen Li mendadak mengklaim kalau tangannya cedera biar dia ada alasan untuk segera menyeret Jia Fei bersamanya dan meninggalkan Yi Zhou berduaan dengan Xia Lin.


Xia Lin bertanya-tanya kenapa Yi Zhou memilihnya. Yi Zhou tampan, kaya, berasal dari keluarga terpandang dan dia setia pada pasangannya. Dia adalah suami sempurna dambaan banyak wanita.

"Begitukah menurutmu, Mumu? Aku suami yang sempurna?"

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Baiklah. Jadi kau tanya kenapa aku memilihmu dan bukan orang lain?"

Xia Lin merasa dia bukanlah pilihan terbaik bagi Yi Zhou. Dia juga bukan tipe wanita yang romantis dan bergantung pada Yi Zhou. Dala hal pekerjaan juga dia tidak mampu untuk membantu Yi Zhou.

Pertemuan mereka juga kecelakaan dan Yi Zhou bisa saja menyangkal hubungan mereka, tapi dia malah menggunakan kontrak pertunangan untuk semakin mengeratkan hubungan mereka.

Setelah itu, baik saat mereka berakting jadi pasangan ataupun saat berpartisipasi dalam reality show, Yi Zhou selalu berusaha yang terbaik untuk bekerja sama dengannya.

Dia bisa saja mengakhiri kontrak mereka kapan saja, tapi i Zhou memilih untuk meneruskannya. Dia yakin Yi Zhou tidak mungkin memperoleh keuntungan bisnis apapun dari kontrak pertunangan mereka.


"Pintar. Mumuku semakin pintar dalam memikirkan bisnis. Kau memang benar. Tapi apa yang kau lihat hanyalah puncak gunung es di atas permukaan. Dengan kata lain, aku tidak menyangkal bahwa kontrak pertunangan kita adalah sebuah muslihat."

Dia tidak mau mengakhiri kontrak pertunangan mereka demi tujuan utamanya. Membuat Xia Lin jatuh cinta padanya adalah keuntungan terbaik yang bisa dia dapatkan dari kontrak ini.

Apa yang tidak Xia Lin lihat dibawah permukaan adalah cintanya pada Xia Lin. "Aku - Ling Yi Zhou, ingin bersama denganmu, Xia Lin."

"Kalau itu tujuanmu, maka aku harus mengambil inisiatif."

"Nona Xia, semuanya sudah tertulis jelas di dalam kontrak dan ada masa berlakunya."

"Baiklah. Kalau begitu, sekarang saya umumkan secara sepihak bahwa kontak pertunangan kita berakhir."

"Kuberitahu kau, pembatalan kontrak artinya kau harus membayar denda."

"Kau membuat kesalahan, Tuan Ling. pa kau berani ikut denganku?" Goda Xia Lin.

"Siapa yang takut? Kita mau ke mana?"


Jia Fei kesal banget sama Wen Li karena mendorongnya pergi. agaimana dengan Xia Lin? Wen Li meyakinkan takkan terjadi apapun pada Xia Lin, dia sekarang bersama bosnya. Lebih baik Jai Fei mengkhawatirkannya saja, lengannya sakit ini. Jia Fei sini, Wen Li bahkan tidak ikutan berkelahi tadi, apanya yang sakit?

"Aku menggendongmu seharian ini."

"Kau cuma mengambil keuntungan dariku."

"Aku hanya berharap bisa melindungimu seperti hari ini mulai sekarang... biarpun tidak pakai tangan." Goda Wen Li. Jia Fei pura-pura cuek, padahal diam-diam dia tersenyum.

Mengalihkan topik, Wen Li berkomentar kalau baju mereka hari ini adalah baju couple. Jia Fei mengingatkan bahwa semua penonton di lapangan bola tadi juga pakai baju yang sama, berarti dia pakai baju couple dengan semua orang dong.

"Jadi aku punya banyak pesaing."

"Kau tidak punya pesaing!" Refleks Jia Fei. "Aku cuma punya kau." Akhirnya, dia mengakui perasaannya. Wen Li bahagia.


Xia Lin ternyata membawa Yi Zhou ke kantor dukcapil. Dia mengakhiri kontrak pertunangan mereka biar mereka bisa menikah. Kontrak pertunangan itua kan muslihatnya Yi Zhou, jadi sekarang dia membantu agar muslihatnya Yi Zhou itu membuahkan hasil.

"Bagiku, pernikahan adalah pertaruhan. Apa kau berani bertaruh denganku?"

"Berani. Selama yang kau pertaruhkan bukan dirimu, aku berani mempertaruhkan apapun. Setelah kita menikah, kita tidak boleh saling melepaskan satu sama lain."

"Kalau begitu Tuan Ling Yi Zhou, mohon bimbing aku di masa mendatang."

Tapi sekarang kan kantornya tutup, mending mereka pulang dulu dan kembali besok. Xia Lin menolak, mereka tunggu saja di sini sampai kantor buka besok. Mereka akhirnya duduk-duduk di depan kantor itu sambil membayangkan pernikahan mereka dan keluarga mereka di masa depan kelak.


Keesokan harinya, mereka pun pulang dengan membawa buku nikah. Yi Zhou antusias ingin memajang buku nikah mereka di rak, biar bisa dilihat para tamu mereka.

Tapi Xia Lin tidak setuju. Barang sepenting ini tidak boleh ditaruh sembarangan. Lagipula, bagaimana kalau suatu hari nanti hati Yi Zhou berubah dan menyesali pernikahan ini? Mungkin Yi Zhoua bakalan menyembunyikan atau menyingkirkan buku nikah ini dan Xia Lin-lah yang akan rugi besar. Karena itulah, ini harus disimpan dengan baik.


Dia lalu membawa Yi Zhou ke kamarnya untuk menunjukkan banyak sekali hadiah dasi yang dia belikan untuk Yi Zhou untuk merayakan kembalinya Yi Zhou ke kantornya. Suka tidak?

"Tentu saja aku suka. Tapi sebanyak ini... Mumu, terima kasih sudah memikirkanku saat kau menghambur-hamburkan uang."

"Selamat, Tuan Ling. Aku sudah membelikanmu dasi yang cukup untuk dua tahun ke depan."

Yi Zhou penasaran apakah ada arti khusus dari dasi? Karena Yi Zhou sekarang miliknya, jadi tentu saja dasidasi ini artinya Xia Lin ingin mengikat Yi Zhou dengan erat.

"Kalau begitu, dua tahun tidak cukup. Kuharap kau akan membeli dasi untukku seumur hidup." Ujar Yi Zhou lalu menciumnya mesra... dan selanjutnya bayangin aja sendiri yah. 😝


Xia Lin masih tertidur lelap saat Yi Zhou bangun. Yi Zhou langsung usil meniup wajahnya biar dia bangun, dia sudah kelamaan tidur, ayo bangun. Xia Lin langsung memeluknya manja. Ah, sudahlah, kita tinggalkan saja kedua pengantin baru yang sedang berbahagia itu.😁


Tak lama kemudian, Yi Zhou membawa Xia Lin ke rumah keluarganya untuk menemui neneknya. Xia Lin gugup banget, apa menurut Yi Zhou, akan suka melihatnya memakai baju ini?

"Tidak masalah. Yang penting aku suka."

Dia langsung mendekat mau menciumnya lagi, tapi Xia Lin dengan cepat menghalanginya untuk mengecek penampilannya di cermin.

Nenek menyambutnya dengan hangat, benar-benar bahagia akhirnya bisa bertemu dengan Mumu. Saking sukanya sama Mumu, Nenek sampai mengabaikan cucunya sendiri dan mencurahkan segenap perhatiannya pada Mumu seorang.


Nenek lalu mengajak Mumu ke ruang belajar untuk menunjukan foto-foto masa kecil Yi Zhou. Yi Zhou mau ikut, tapi Nenek menolaknya mentah-mentah.

Nenek memberitahu Yi Zhou bahwa ialah yang membesarkan Yi Zhou dan selalu memanjakan Yi Zhou. Ia lalu memperlihatkan foto-foto masa kecil Yi Zhou sambil berceloteh riang tentang sejarah foto-foto itu.

Tapi kemudian Xia Lin melihat foto keluarga mereka setengah tersobek. Nenek mengaku bahwa Yi Zhou sendirilah yang menyobeknya dan yang dia sobek adalah foto ibunya.


Dan tepat saat itu juga, tiba-tiba terdengar teriakan Yi Zhou dari luar. "Jangan sentuh aku! Buat apa kau datang? Pergi!"

Ternyata Nyonya Nan, Ibunya Yi Zhou-lah yang datang dengan membawa sebuket bunga. Dia berusaha meyakinkan Yi Zhou kalau dia datang cuma untuk melihat Yi Zhou, dia tidak punya niatan buruk apapun.

Yi Zhou sinis mendengarnya. "Nyonya Nan, tahukah kau betapa bencinya aku padamu?"

"Tahu."

"Kalau begitu, berhentilah pura-pura jadi ibu yang baik di hadapanku. Putramu tidak ada di sini."

"Xiao Zhou, jangan seperti ini. Aku tahu kau membenciku. Tapi selama bertahun-tahun ini aku selalu merindukanmu dan ingin bertemu denganmu. Kau ahu kalau aku dan ayahmu..."

"Berhentilah berakting! Biar kutebak, apa keluarga Nan bangkrut sehingga mereka tidak bisa lagi menghidupimu? Atau mungkin kau punya cinta sejati baru lagi? Apa kau kawin lari lagi?"


"Xiao Zhou!" Tegur Nenek. Tapi bukan berarti ia membela Nyonya Nan dan tetap memperlakukannya dengan dingin seolah dia hanya tamu biasa. "Jangan bicara seperti itu pada tamu."

Bahkan saat Nyonya Nan menyodorkan buket bunganya, Nenek menolak dengan sopan. Kebunnya sangat luas, penuh dengan berbagai macam bunga. Bunga Nyonya Nan ini terlalu bagus, tidak cocok untuk rumahnya. Katakan saja apapun yang ingin dia katakan lalu cepatlah pergi agar mereka sekeluarga bisa makan malam dengan nyaman.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam