Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 11 - 1

Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 11 - 1

Ha Jin dan Ha Kyung akhirnya bisa pulang ke rumah mereka sendiri, dan Bu Park langsung menyambut mereka dengan meriah. Seluruh rumah ia hias dengan indah. Bahkan kamarnya Ha Jin pun ia dekorasi ulang biar tidak membawa kenangan buruk untuk Ha Jin.


Ha Jin meyakinkan kalau dia sudah melupakan semuanya dan baik-baik saja sekarang. Tapi Ha Kyung masih cemas, dia sungguh baik-baik saja?

"Tentu saja. Tidak ada alasan bagiku untuk tidak baik-baik saja. Sebaiknya kau bongkar barang-barangmu dan beristirahatlah. Aku juga perlu istirahat."


Dan begitu sendirian di kamar, Ha Jin langsung membuka kembali kado pemberian Jeong Hoon yang membuatnya teringat kenangan indah semalam.

Refleks dia menyentuh bibirnya... tepat saat Ha Kyung mendadak kembali dan langsung curiga melihatnya menyentuh bibirnya sambil senyam-senyum. Ada apa dengan wajahnya itu, pakai menyentuh bibir segala? Apa yang terjadi? Aneh sekali. Mencurigakan!

Ha Jin menyangkal dan buru-buru mengalihkan topik. Ha Kyung mau tanya apa barusan? Oh, Ha Kyung cuma mau bilang kalau dia mau buat sandwich, apa Ha Jin mau? Tentu saja mau.


Begitu Ha Kyung keluar, Ha Jin langsung mengeluarkan hadiah-hadiah itu dan memeluk bonekanya dengan hati berbunga-bunga.


Sementara itu, Jeong Hoon pergi ke penjara untuk menemui Sutradara Ji yang masih angkuh seperti biasanya. Bahkan dengan penuh percaya dirinya dia berkata bahwa Ha Jin pasti akan datang padanya setelah dia tahu kalau Jeong Hoon adalah pacar sahabatnya. Dia yakin sekali kalau dia tidak akan lama dipenjara.

Tapi Jeong Hoon dengan santainya berkata bahwa dia akan memastikan Sutradara Ji dipenjara lebih lama. Memang semua hal yang dia lakukan hanya bisa membuatnya dipenjara paling lama tiga tahun. Tapi kejahatannya bukan cuma itu, dia mendekati Moon Seung Ho yang dihukum seumur hidup atas pembunuhan, memahami metodenya dan meniru kejahatan yang dilakukannya.

"Menurutmu, bagaimana hukum, pers dan opini publik akan bereaksi terhadap hal itu?"

"Aku berbeda dari pembunuh itu. Aku hanya ingin memberitahu Ha Jin kebenarannya dan mengukuhkan cinta kami."

"Kau pikir orang akan percaya itu? Itu hanya salah satu delusi orang gila sepertimu dan Moon Seung Ho."

"Tidak! Itu tidak benar! Tidak!"

"Baiklah. Kau tidak perlu mengakuinya atau minta maaf. Lihat saja hidupmu hancur di sana." Sinis Jeong Hoon lalu pergi meninggalkan Sutradara Ji dalam kegilaannya.


Dalam perjalanan kembali, Jeong Hoon menelepon Ha Jin dan mendengar suaranya rada serak. Dia sedang tidur?

"Boneka pemberianmu ini sangat efektif. Aku memeluknya sebentar dan langsung tertidur."

"Aku senang mendengarnya. Apa kau pulang dengan selamat?"

"Iya, aku sudah di rumah sekarang. Rasanya sangat menyenangkan bisa kembali ke rumah. Akhirnya semuanya berakhir. Apa kau sedang dalam perjalanan ke kantor?"

"Iya. Kalau begitu, kembalilah tidur."

Jelas Ha Jin belum ingin mengakhiri percakapan mereka. Dia sudah cukup istirahat kok, mereka bisa ngobrol lebih banyak. Apa mereka bisa bertemu hari ini? Dia butuh bantuan Jeong Hoon uantuk skrip dramanya. Sebentar lagi pembacaan skripnya akan dimulai.

Jeong Hoon setuju. Tapi pada hari kerja seperti ini, dia hanya bisa bertemu pasca siaran. Apa tidak masalah bagi Ha Jin datang tengah malam? Jelas idak masalah. Mereka pun sepakat untuk ketemuan tengah malam nanti dan Ha Jin langsung lari dengan penuh semangat ke dalam wardrobe-nya.


Saat Ha Kyung masuk tak lama kemudian, dia mendapati Ha Jin sedang memilih perhiasan untuk dipakainya nanti. Dia mau pergi ke mana?

"Aku mau bertemu Pewarta Lee untuk latihan nanti."

"Kapan?"

"Setelah siaran beritanya."

Astaga! Itu kan masih 14 jam yang akan datang dan Ha Jin mau pilih baju sekarang? Dia mau bikin kekacauan selama 14 jam ke depan yah?

Mendengar itu, Ha Jin langsung menyuruh Ha Kyng mendekat dan mengaku bahwa dia dan Jeong Hoon sekarang beneran pacaran. Ha Kyung tak percaya, tapi dia iyain ajalah. Asal dia jangan terlalu berlebihan atau dia bakalan dicampakkan nanti.

"Aku yakin. Percayalah padaku. Ini beneran, sumpah!"

Ha Jin langsung monyong-monyong untuk membuktikan klaimnya. Ha Kyung kaget, mereka ngapain? Ciuman? Aaaarrrrrgggh!!! Ha Kyung sontak menjerit histeris sambil menaboki Ha Jin saking merindingnya.


Wah! Sungguh sulit dipercaya. Akhirnya, setelah menunggu sekian lama, Ha Jin akhirnya memenangkan hati Jeong Hoon. Ha Jin meralat, lebih tepatnya Pewarta Lee akhirnya menyadari perasaannya.

"Jadi? Apa kau senang?"

"He-eh. Sangat senang."

Oh yah, apa dia dan Il Kwon janjian mau olahraga bersama? Kapan mereka akan mulai? Bahunya Ha Kyung sudah baikan? Ha Kyung mengaku mereka akan mulai hari ini.


Ha Jin penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua? Ha Kyung mengklaim kalau Il Kwon dicampakkan pacarnya karena terlalu lemah dan dia hanya mau membantu Il Kwon. Tidak ada apa-apa lebih dari itu. Sayang sekali. Padahal Ha Jin merasa mereka berdua bisa jadi pasangan yang imut.

"Jangan konyol." Tukas Ha Kyung sok jaim. Tapi... "Kau benar-benar berpikir dia dan aku akan jadi pasangan yang imut?"

"Iya, benar."

"Oh. Kenapa? Apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"Kalian berdua memiliki perbedaan tinggi badan yang ideal, dll. Kenapa? Kenapa kau bertanya? Apa kau tertarik padanya?"

"Jangan konyol."

"Kenapa kau tergagap."

"ENGGAK!"


Jeong Hoon baru tiba di lobi stasiun TV saat Ha Jin mengirim rentetan pesan yang memberitahunya bahwa di cafe gedung stasiun TV itu menjual teh hitam madu yang enak banget dan sangat dia rekomendasikan, dan menyuruh Jeong Hoon untuk membelinya.

Oh yah, dia juga nitip pesan ucapan terima kasih untuk PD Kim karena sudah menjenguknya kemarin. Jeong Hoon langsung nurut dan pergi ke cafe saat itu juga.


Tapi setibanya di kantor, dia malah mendapati para rekan kerjanya sedang bermuram durja. Ternyata gara-gara mengganti penyiar secara dadakan waktu itu, para petinggi jadi marah dan mereka akan di-disiplinkan.

PD Kim dan Jeong Hoon tidak masalah karena mereka tetap harus siaran, tapi Direktur Choi akan diskors sampai komite displiner membuat keputusan. Dia bahkan diperintahkan keluar dari kantornya hari ini juga. PD Kim cemas, bagaimana kalau dia sampai dipecat.

Jeong Hoon tidak mengerti kenapa malah Direktur Choi yang diskors padahal dia sendiri yang seharusnya bertanggung jawab. Itu tidak masuk akal.

"Apa maksudmu tidak masuk akal? Kami mengganti pewarta tanpa laporan ke para petinggi. Dan ini bukan cuma tentang apa yang terjadi hari itu. Pikirkanlah semua hal yang kau ungkapkan dalam berita sejauh ini, mengabaikan atasan. Kau membuat mereka marah. Ini hanya alasan untuk menjatuhkanmu."

"Maaf, Pak Kim. Di mana Direktur Choi sekarang?"


Jeong Hoon langsung pergi ke ruangannya Direktur Choi dan mendapatinya lagi bersantai baca koran, tidak tampak cemas sedikitpun tentang skors-nya. Dia bahkan meyakinkan Jeong Hoon untuk tidak mencemaskannya, ini bukan masalah besar.

"Maafkan aku."

"Untuk apa? Karena menyelamatkan orang terdekatmu yang diculik? Atau karena pergi setelah mendapat izinku alih-alih mengikuti protokol dan nenanyai semua orang di manajemen?"

Itu hal yang wajar, jadi Jeong Hoon tidak perlu minta maaf. Mereka mengganti pewarta utama tanpa pemberitahuan, jadi mereka memang harus bertanggung jawab untuk itu. Tidak usah terlalu dipikirkan.

"Aku akan berusaha menjelaskannya langsung pada presdir."

"Astaga, kau terlalu banyak bicara. Apa kau tidak percaya padaku?"

"Apa maksudmu? Kau tahu aku sangat menghormatimu."

"Makanya berhentilah, aku sudah bilang segalanya baik-baik saja. Dan anggaplah dirimu beruntung memiliki bos hebat sepertiku. Mengerti?"

Lagipula keputusan komite displiner akan keluar dalam 3 atau 4 hari, jadi sekalian saja Direktur Choi ambil kesempatan ini buat cuti. Jadi sebaiknya Jeong Hoon keluar sekarang dan jangan ganggu dia.


Baiklah. Tapi sebelum pergi, Jeong Hoon sekali lagi meminta maaf dan dengan manisnya berkata. "Aku menyayangimu, Bu Direktur."

"Makasih." Santai Direktur Choi. Dipikir-pikir, selama ini dia memang jarang banget libur. Ngapain juga sekarang dia baca koran?

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments