Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 7 - 1

Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 7 - 1

Penasaran melihat ayahnya di rumah sakit dan tidak menjawab teleponnya, Jeong Hoon pun memutuskan untuk mengikutinya hingga tiba di rumah duka. Tapi malah shock mendapati foto ibunya di meja altar.


Terang saja Jeong Hoon langsung menuntut penjelasan Ayah. "Apa yang terjadi, Ayah? Kenapa foto Ibu ada di sana? Beliau baik-baik saja kemarin, lalu kenapa...? Katakan sesuatu, Ayah! Apa yang terjadi dengan Ibu? Kenapa Ayah tidak meneleponku? Kenapa aku harus mengetahuinya dengan cara seperti ini?! Kenapa Ayah menyembunyikannya dariku dan tidak memberitahuku tentang kondisi Ibu sampai hari ini?! Ada apa sebenarnya?!"

Ayah dengan berat hati mengakui bahwa mereka mengetahui kondisi Ibu sekitar 3 bulan yang lalu. Tapi waktu itu kanker perut yang diderita Ibu sudah memasuki stadium akhir.

Karena kemoterapinya berhasil, maka mereka pun melanjutkannya dengan operasi. Sebenarnya tingkat keberhasilannya rendah, tapi Ibu ingin tetap berjuang sampai akhir.

"Lalu kenapa Ayah tidak memberitahu putra Ayah sendiri tentang itu? Seharusnya... Seharusnya Ayah memberitahuku sejak awal! Kenapa Ayah tidak membiarkanku mengucap perpisahan terakhir?!"

"Ini keinginan ibumu sendiri. Semuanya demi kau. Ibumu mengasihanimu."

Flashback.


Pasca operasi, kondisi Ibu jadi semakin melemah. Dokter pun memberitahu Ayah untuk bersiap akan kemungkinan terburuk. Mendengar itu, Ayah sebenarnya ingin memberitahu Jeong Hoon agar dia Jeong Hoon bisa melihat Ibu untuk yang terakhir kalinya sebelum terlambat.

Tapi Ibu bersikeras melarang Ayah. Ia tidak ingin Jeong Hoon melihatnya. Ia bahkan meminta Ayah untuk tidak menunjukkan tubuhnya pada Jeong Hoon.

"Kau tahu putra kita tidak bisa melupakan apapun. Aku tidak bisa membiarkannya tidur setiap malam dengan memikirkan tubuhku yang dingin dan tak bernyawa. Kau bisa lupa seiring berjalannya waktu, tapi Jeong Hoon tidak bisa. Anak malang itu. Aku kasihan padanya. Jadi kumohon... kumohon... dengarkan aku. Kumohon." Itulah permintaan terakhir Ibu sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya.

Flashback end.


Karena itulah, sekarang Ayah meminta Jeong Hoon untuk merelakan kepergian Ibu, doakan agar Ibu bisa beristirahat dengan tenang.


Tak laa kemudian, Tae Eun datang membawakan baju berkabungnya Jeong Hoon, tapi hanya Ha Jin yang ada di sana. Di mana Jeong Hoon.

Saat Ha Jin masuk ke kamar mayat, dia mendapati Jeong Hoon seorang diri menangis sedih di hadapan peti mati ibunya. Segala kenangan indahnya bersama Ibu sejak dia masih kecil, kembali terngiang dalam benaknya.

Flashback.


Suatu hari saat dia duduk melamun sedih di taman, Ibu tiba-tiba muncul membawakan gulali kesukaannya dan dengan sabar membujuknya untuk menceritakan masalah apa yang membuatnya bersedih.

Jeong Hoon kecil mengaku bahwa teman-temannya tak ada yang mau bermain dengannya dan mengatainya aneh seperti alien. Mereka sendiri orang bodoh yang melupakan banyak hal.

Berusaha menyemangati putranya, Ibu meyakinkan Jeong Hoon bahw abisa mengingat banyak hal lebih daripada orang lain itu adalah sebuah bakat yang luar biasa.

"Kebanyakan orang cenderung melupakan hal-hal penting. Karena itulah orang-orang membuat kesalahan dan saling menyakiti. Tapi kau bisa mengingat banyak hal. Jadi kau tidak akan melakukan kesalahan ataupun melukai orang lain."

"Maksud Ibu, seperti Ibu kecewa pada Ayah karena Ayah lupa hari ini adalah hari ulang tahun Ibu?"

"Betul sekali."

"Kalau begitu, ingatan yang bagus adalah sesuatu yang patut disyukuri?"

"Tentu saja. Ibu sangat iri padamu. Kau adalah orang yang paling istimewa di dunia ini." Ujar Ibu dan Jeong Hoon kecil pun bisa kembali tersenyum berkat itu.


Ibu pula yang menemaninya dan menghiburnya saat Seo Yeon meninggal dunia, meyakinkannya bahwa segalanya akan baik-baik saja dan berjanji bahw aia akan selalu berada di sisi Jeong Hoon.

Flashback end.


Tapi sekarang, Ibu malah pergi meninggalkannya, bahkan tanpa membiarkannya mengucap selamat tinggal. Ha Jin pun sedih melihatnya seperti itu.


Il Kwon mendapat kabar duka itu dari Tae Eun dan langsung melaporkannya ke ke Direktur Choi. Mereka semua benar-benar terkejut mendapat kabar dadakan ini. Il Kwon pun pamit duluan ke rumah duka.


Ha Jin memberikan penghormatan terakhirnya untuk Ibu. Tapi dia masih sangat mengkhawatirkan keadaan Jeong Hoon sehingga dia menolak saat Ha Kyung mengajaknya pulang.


Tiba-tiba mereka melihat Reporter Park datang dan langsung mengarahkan kameranya ke Ha Jin. Tapi Ha Kyung sigap pasang badan melindungi kakaknya.

Reporter Park tak gentar, malah terang-terangan mendekati mereka dan dengan angkuhnya mengklaim kalau dia sekarang lagi kerja, jadi biarkanlah dia memotret.

"Tolong pergilah selama aku meminta dengan baik-baik." Geram Ha Kyung.

Reporter Park malah tambah kurang ajar menunjukkan amplop sumbangannya dan mengklaim kalau dia juga datang untuk melayat kok. Ha Jin pasti sedih banget yah? Matanya sampai bengkak tuh.

Melihatnya ada di sini, dia dan Pewarta Lee pasti sangat dekat. Dia kira kalau mereka berdua tidak akan tahan lama, tapi ternyata hubungan mereka lebih lama daripada perkiraannya. Apa mereka sudah saling temu keluarga?

Ha Kyung benar-benar kesal sekarang. Bisa-bisanya dia melakukan ini di pemakaman. Repore Park sudah ingin nyolot lagi, tapi untunglah Il Kwon mendadak muncul menyelamatkan mereka dan menyeret Reporter Park keluar dengan paksa.


Tapi ujung-ujungnya dia malah kalah kuat dari Reporte Park yang berbalik menyeretnya lalu mengonfrontasi sikap tidak sopan Il Kwon pada sunbar-nya.

"Kalau kau seorang sunbar, maka bersikaplah seperti seorang sunbae. Lihatlah sikapmu di rumah duka. Itu tidak sopan."

Kesal, Reporter Park langsung balas mengonfrontasi Il Kwon yang dia tahu belakangan ini sedang menyelidikinya melalui teman-temannya. Dia bisa menduga kalau Jeong Hoon lah yang menyuruh Il Kwon melakukan itu. Dia bahkan langsung menampari Il Kwon sambil mengancamnya untuk berhenti menyelidikinya.


Tapi saat dia hendak memukul Il Kwon lagi, Ha Kyung yang sedari tadi menguping, bergerak cepat menyelamatkan il Kwon dan memelintir tangan Reporter Park sekuat tenaga dan memaksanya untuk minta maaf. Il Kwon puas banget melihat itu.

Baru setelah Reporter Park menurutinya dan meminta maaf, Ha Kyung akhirnya melepaskannya. Maaf, dia hanya tidak tahan melihat ketidakadilan.

"Ini kelewatan. Kau hampir mematahkan tanganku."

"Tidak mungkin. Itu tidak cukup untuk mematahkan tangan seseorang. Kalau aku ingin begitu, pasti sudah kulakukan saat aku menarik tanganmu." Santai Ha Kyung. Dengan kalem dia memperingatkan Reporter park untuk tidak melaporkan masalah ini ke kantor polisi lalu pamit dengan sopan.


Dan begitu mereka sudah cukup jauh, Ha Kyung langsung menanyai Il Kwon tentang apa yang didengarnya tadi. Kenapa Il Kwon menyelidiki Reporter Park?

"Itu... kau belum mendengar sesuatu dari Sunbae?"

"Apa?"


Melihat Ha Jin masih di sana, Ayah berusaha menyuruh Jeong Hoon untuk keluar menemui Ha Jin, tapi Jeong Hoon mengabaikannya. Ayah akhirnya mengembalikan foto itu ke Jeong Hoon dan memberitahunya bahwa Ibu terus-menerus menatap foto ini.

"Ibumu sepertinya sangat menyukai gadi itu."

Jeong Hoon akhirnya mau juga menemui Ha Jin dan dengan dinginnya menyuruh Ha Jin untuk pulang sekarang juga. Dia bahkan langsung pergi begitu saja setelah mengucap itu.


Cemas, Tae Eun buru-buru menyusulnya dan berusaha menyemangatinya. Dia tahu ini sangat berata bagi Jeong Hoon, tapi dia pasti bisa melewatinya. Dia janji akan membantu Jeong Hoon. Dia akan melakukan apa saja.

"Apa kau bisa menyembuhkanku? Kau bilang kau akan melakukan apa saja. Kau kan dokter. Tidak bisa kan? Kalau begitu, tinggalkan aku sendiri." Dingin Jeong Hoon.


Dalam perjalanan keluar, Ha Jin melihat keluarga salah satu mendiang sedang bicara dengan polisi. Seperti mendiang adalah seorang wanita korban suatu kejahatan, tapi mereka sudah menangkap pelakunya.

Ibu mendiang sontak menjerit-jerit dan menangis histeris merapati kematian putrinya. Dan pemandangan memilukan itu membuat Ha Jin samar-samar mulai mengingat kejadian serupa saat ibunya Seo Yeon menangis histeris meratapi kematian putrinya. Ingatan samar itu benar-benar membuat Ha Jin kebingungan.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments