Sinopsis You're My Destiny Episode 3 - 2

 Sinopsis You're My Destiny Episode 3 - 2

Nenek memanggil Apichart dan tanya apakah Pawut sudah menelepon, sepertinya Nenek sudah tidak sabar menunggu kabar. Apichart geli, mungkin Pawut tidak ada waktu buat nelpon karena mereka berdua sedang lovey dovey sekarang.


"Apa susahnya telpon? Tanya dia bagaimana jawaban Kaekai? Aku benar-benar ingin tahu."

"Jangan khawatir. Pak Presiden akan kembali malam ini. Saya yakin dia pasti kembali dengan membawa kabar baik. Dia tidak akan mengecewakan anda. Jadi anda tidak perlu khawatir. Percayalah pada Pak Presiden."


Kapal sudah berlabuh saat Wanida baru bangun dengan menggenggam koin itu, cincin itu terpakai di jarinya, tapi Pawut sudah pergi. Yang tidak dia ketahui, ternyata Pawut pergi untuk membelikan kacamata baru untuk Wanida.

Dia menemukan Wanida tengah berjalan keluar ke dermaga. Pawut langsung mengejarnya, tapi kemudian dia pura-pura seolah mereka tak sengaja bertemu lagi.

Wanida berterima kasih karena Pawut semalam membawanya ke kamar, dia kemarin tidur terlalu nyenyak. Tidak masalah, Pawut justru minta maaf pada Wanida karena membawa Wanida ke kamarnya, biar mereka tidak dicurigai.

Dia lalu memberikan kacamata baru itu. Tapi saat dia hendak memakaikannya, dia mulai memperhatikanwajah Wanida dengan baik dan akhirnya memutuskan mengurungkan niatnya. Menurutnya, Wanida jauh lebih baik tanpa kacamata. Lebih baik dia pakai lensa kontak saja.

"Aku tidak terbiasa pakai kontak. Kalau aku tidak pakai kacamata, aku mungkin akan terjatuh ke laut dan tenggelam."

"Begitu? Aku menantikannya," canda Pawut, tetap bersikeras menolak memberikan kacamata itu.


Tapi, masalah Sano dan Sompong, Wanida tahu kalau mereka melakukan sesuatu yang buruk paa Pawutm, tapi dia berharap Pawut mau memaafkan mereka. Mereka sebenarnya orang baik, mereka melakukan hal semacam itu karena tak punya pilihan lain.

"Aku sudah bilang pada kru kapal untuk tidak menginvestigasi mereka lagi. Karena ponselnya sudah terjatuh ke laut, maka aku akan melupakan masalah ini. Tapi kau harus memperingatkan mereka untuk tidak membuat maasalah bagi perusahaanku. Keputusanku tidak akan berubah."

"Oke, terima kasih banyak."

Tapi kemudian suasana jadi agak canggung. Pawut juga ingin meminta sesuatu, masalah yang terjadi malam itu... "Kuharap kau melupakannya."

Wanida tampak kecewa mendengarnya, tapi dia menyetujuinya, dia tahu kok kalau itu cuma kecelakaan. Dia akan menghapus semua ingatan itu.Pawut benar-benar jadi canggung.

"Kalau begitu, selamat tinggal."


Pawut hendak pergi, tapi Wanida baru ingat cincinnya Paawut yang masih dia pakai. Sekarang akhirnya cincin itu bis terlepas, Wanida pun mengembalikannya ke Pawut.

"Kuharap cincin ini bisa kau pakaikan di cincin wanita yang kau cintai."

Pawut menerimanya dengan canggung. "Terima kasih, Wanida. Aku juga mengharapkan yang terbaik untukmu, Kuharap kau akan menemukan seorang pria yang benar-benar peduli padamu. Mobilku sudah menunggu, aku pergi dulu."


Pawut pun pergi. Sano dan Sompong baru kembali saat itu dan langsung mencemaskan Wanida. Apa Pawut melakukan sesuatu yang buruk padanya? Apa yang Pawut katakan untuk mengatasi masalah mereka tidur bersama malam itu?

Tapi Wanida memohon pada mereka untuk tidak membahasnya lagi, dan menegaskan bahwa itu cuma kecelakaan. Sano tidak terima, Pawut sudah mengambil keuntungan darinya.

"Aku yang salah masuk kamar. Dia tidak melakukannya dengan sengaja. Jadi tak ada seorang pun yang perlu disalahkan dalam masalah ini. Paman Sano, Sompong. Tolong jangan beritahu siapapun tentang masalah ini. Bukan pula pada ibu, Ampha dan Amphai."


Sano dan Sompong terpaksa menyetujuinya, mereka kemudian menjauh untuk mendiskusikan masalah ini berdua saja. Sano sekarang menyesal karena sudah membuat Pawut meminum obat itu dan pada akhirnya malah membuat Wanida jadi mengalami masalah seperti ini dan rencana mereka gagal total. Bagaimana caranya bernegosiasi dengan Pawut sekarang?

Yang tak disangkanya, sebenarnya video itu belum hilang. Waktu dia bersembunyi dari kejaran para sekuriti kapal, Sompong sebenarnya sempat mengeluarkan kartu memori ponselnya. Dan waktu Sano melempar ponselnya waktu itu, dia pura-pura tak sengaja menampik ponsel itu sampai terjatuh ke laut.

Sano jelas senang. Dia benar-benar bangga banget sama putranya yang satu ini, dia pintar. Eh tapi... Jika mereka menggunakan video ini untuk bernegosiasi dengan Pawut, Wanida akan dipermalukan. Hadeh, galau!


Pawut akhirnya tiba di rumah dengan agak tegang. Dia bahkan berniat mau lewat jalan belakang saja karena tidak ingin menghadapi neneknya. Tapi Nenek mendadak keluar menyambutnya dan to the point menanyakan apa jawaban Kaekai terhadap lamarannya Pawut.

Terpaksalah Pawut harus menghadapinya. Belum sempat dia menjawab apapun, Apichat langsung nyerocos memberitahu Nenek untuk melihat wajahnya Pawut. Kalau lamarannya sukses, dia pasti tidak akan bermuka muram. Pfft!

Nenek jelas kecewa dan kesal sama Kaekai. Sebenarnya Kaekai tuh mencintai Pawut atau mencintai dirinya sendiri? Berusaha membela Kaekai, Pawut meminta Nenek untuk mengerti bahwa Kaekai adalah ballerina utama di New York Royal Ballet dan ini adalah impian Kaekai sejak dahulu.

"Aku tahu kau selalu peduli dengan perasaannya, tapi apa dia pernah memedulikan perasaanmu? Coba kau hitung, sudah berapa kali dia mengecewakanmu?"

"Ini yang kedua belas kalinya, sudah selusin kali." Celetuk Apichat dan sontak dapat tatapan tajam dari Pawut.

"Betul sekali. Pawut, kau pria yang pintar. Pikirkanlah sendiri. Jika dia benar-benar mencintaimu, maka dia tidak mungkin mengecewakanmu lagi dan lagi."


Tak lama kemudian, Kaekai akhirnya video call untuk meminta maaf. Maaf sudah mengecewakan Pawut, tapi dia benar-benar tidak bisa kehilangan kesempatan ini.

Pawut kecewa mendengarnya, Kaekai ingin dia memahami Kaekai, tapi bagaimana dengan Kaekai sendiri? Apa Kaekai memahaminya?

"Tentu saja. Kau mencintaiku dan aku juga mencintaimu. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Impianku adalah memainkan peran Odette di Lincoln Center. Sekarang aku punya kesempatan, bagaimana bisa aku melewatkannya?"

Melihat cincin yang ada di tangannya, Pawut seketika teringat akan malam kebersamaannya bersama Wanida. "Pernahkau kau berpikir bahwa aku tidak bisa menunggu lagi suatu hari dan pada akhirnya bersama wanita lain?"

"Kalau kau bicara begitu, aku akan kembali ke Thailand besok."

Tercengang, Pawut dengan cepat menyembunyikan cincin itu dan tertawa seolah dia cuma asal ngomong. Kaekai tidak perlu kembali, penampilan Kaekai kali ini sangat penting.

"Tapi kau harus janji padaku bahwa ini akan menjadi kali terakhir kita terpisah."

Kaekai senang. "Oke, aku janji. Begitu kontrakku dengan New York Royal Ballet berakhir, aku akan kembali padamu secepat mungkin. Tapi kau juga harus janji padaku, kau harus menungguku dan tidak boleh mencari wanita lain."

"Aku janji."

Kaekai lalu cepat-cepat pamit karena dipanggil temannya. Pawut akhirnya memutuskan untuk menjadikan cincin itu sebagai kalung sambil bertanya-tanya penasaran bagaimana nasib si gadis bermata empat itu.


Wanida menyesal, tidak seharusnya dia naik ke kapal pesiar itu. Fan menelepon saat itu dan langsung kepo ingin tahu apa yang terjadi Wanida dan Thonwat. Apa mereka bersenang-senang? Ayo ceritakan!

"Tidak terjadi apapun. Aku dan Thonwat bertengkar terus sejak hari pertama naik ke kapal itu dan sekarang kami sudah putus."

Fan kaget. Mereka bertengkar karena apa? Seserius itukah masalahnya? Tapi Wanida menolak membicarakannya lebih jauh. Baiklah, tapi Fan cemas, apa Wanida baik-baik saja?

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir." Ucap Wanida lalu menutup teleponnya dengan murung. Entah apa yang akan terjadi padanya besok.

Saat dia hendak bangkit, dia melihat koin pemberian Pawut itu terjatuh dari sakunya. Koin yang kontan membuatnya teringat kembali akan nasehat Pawut, dan ingatan itu berhasil membuat semangatnya bangkit kembali. Tapi...

"Waktu itu aku masih belum tahu bahwa tubuhku tengah mengalami perubahan besar. Kehidupan baru sedang tumbuh, dan ini akan mengubah hidupku dan hidupnya." Ujar Wanida dalam narasinya.


Di Koh Sichang, Sompong mengeluarkan laptop lamanya mumpung istrinya yang sekaligus kakaknya Wanida keluar. Dia dan Sano berniat mau mengedit gambar itu dan memburamkan gambar wajahnya Wanida. Yang jadi masalah, Sompong gayanya doang sok ahli, tapi nyatanya dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya mem-blur gambar.

Sano sampai kesal sama putranya itu, dia susah payah mengirim Sompong belajar di universitas tapi dia bahkan tidak bisa menangani masalah kecil begini. Kalau wajahnya Wanida masih sejelas itu, bagaimana bisa mereka menggunakan ini untuk bernegosiasi dengan Pawut? Riwayat Wanida bisa tamat kalau orang lain sampai melihat ini, apalagi kalau sampai ibunya Wanida melihat ini.

Baru diomongin, tiba-tiba kedua kakaknya Wanida dan ibu mereka datang bersama-sama. Waduh! Kaget, Sano dan Sompong kompak pasang badan menutupi laptop itu sambil menjerit heboh.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments