Sinopsis Long For You Episode 6
Karena listrik padam, Xue Ji dan Shi Yi akhirnya duduk di balkon. Berusaha mencairkan suasana, mereka saling menanyakan keberadaan yang lain.
Shi Yi memberitahu kalau kedua temannya lagi minum-minum, mungkin bakalan semalaman. Dan Xue Ji memberitahu kalau Jiang Huai juga keluar bersama teman-temannya, mungkin tidak akan pulang malam ini.
Lama-lama Xue Ji mulai mengantuk, tapi dia ngotot mau menunggu sampai lampu menyala kembali. Mendengar itu, Shi Yi pun memutuskan untuk menyalakan lampu hiasnya dan menemani Xue Ji di kamar.
Xue Ji senang, tapi Shi Yi terus saja bermuka dingin dan berdiam diri dengan canggung. Xue Ji sungguh tak menyangaka kalau Shi Yi memiliki sesuatu yang romantis seperti ini.
"Jangan salah paham. Ini satu-satunya lampu yang kutemukan yang bisa menyela tanpa listrik." Sangkal Shi Yi sok ketus.
"Aku suka lampu ini."
Kalau begitu Shi Yi mau pergi saja. Xue Ji langsung panik mencegahnya dan memohonnya untuk tidak pergi. Biarpun ada lampu, tapi siapa tahu batereinya mati nanti terus kamar ini bakalan gelap gulita.
Baiklah, Shi Yi akhirnya memutuskan tinggal lebih lama. Tapi dia cuma kasih waktu 3 menit saja, Xue Ji harus tidur dalam waktu 3 menit. Senang, Xue Ji pun bergegas tidur.
Tapi Shi Yi masih tetap di sana biarpun Xue Ji sudah lelap tidur. Dengan ragu-ragu dia mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Xue Ji, tapi buru-buru menariknya kembali dengan malu-malu.
Pada akhirnya dia juga tertidur, dan langsung memimpikan dirinya dalam pakaian zaman kerajaan dan menikah dengan seseorang. Tapi dia tampak sedih dan air matanya mengalir. Wanita yang dinikahinya itu ternyata Xue Ji.
Mereka tebangun pada saat yang bersamaan dan mendengar suara pintu diketuk. kedua temannya yang kembali dengan terburu-buru seolah mereka sedang melarikan diri entah dari apa. Terjaadi masalah besar!
Jadi ceritanya begini, kemarin malam tuh ada cewek yang nembak Min Ze. Tapi ditolak sama Min Ze. Parahnya lagi, Min Ze mengejek wanita itu gendut. Sepertinya latar belakang cewek itu tidak biasa, sekarang dia hampir sampai pintu untuk balas dendam.
Min Ze tidak terima disalahin. Tai Hao yang kemarin menyukaia cewek itu, terus ternyata pacarnya datang. Ini pasti ulahnya tuh cowok, dia mau balas dendam sama Tai Hao gara-gara dia menyukai ceweknya. Xue Ji bingung mendengar perdebatan mereka. Apa sih sebenarnya yang terjadi?
"Ada sekumpulan pria berjas hitam di depan pintu."
Tepat saat itu juga, pintu rumah mereka diketuk. Xue Ji mau buka pintu, tapi Min Ze usul agar mereka memanggil polisi saja. Xue Ji tidak setuju. Jangan khawatir, biar dia lihat dulu.
Xue Ji pun membuka pintu dan mendapati sekumpulan pria berjas hitam itu di depannya. Tapi mereka datang bukan untuk balas dendam pada siapapun, melainkan hanya untuk menjemput dan membantu Xue Ji pindah dari rumah ini atas suruhan Lee Zhe.
Kedua teman Shi Yi kagum juga padanya, sepertinya Xue Ji bukan cuma sekedar orang kaya biasa, mungkin dia anak sultan. Shi Yi juga penasaran dan langsung tanya blak-blakan, siapa sebenarnya Xue Ji?
"Maksudmu orang-orang di depan pintu itu? Kan aku sudah pernah bilang, aku anak adopsi keluarga konglomerat... Tapi siapa aku dala mimpimu, itu tergantung dari kemampuanmu untuk mengingatnya. Pada akhirnya, ingatan ini bukan cuma milikku seorang. Agak rumit dijelaskan. Intinya, kalau kau ingin tahu siapa aku, kau akan mengetahuinya."
Tak lama kemudian, Xue Ji membawa Jiang Hui pindah bersamanya ke rumah baru mereka yang kayak istana. Lee Zhe sudah ada di sana untuk menyambut mereka dan blak-blakan tanya apakah Xue Ji harus bersama 'orang itu' (Shi Yi).
"Bahkan sekalipun kau terluka, apakah tetap harus bersama orang itu?"
"Iya. Aku harus menemukan orang yang seharusnya milikku seorang. Tidak masalah biarpun sedih dan menyakitkan. Tidak masalah biarpun dikhianati. Dia hanya perlu menjadi seseorang yang kucari. Maka aku bisa memberitahunya segala hal yang kupikirkan."
"Aku sungguh tidak tahu apakah optimismemu itu baik atau buruk."
"Sebenarnya aku tidak optimistik sama sekali. Ada kalanya aku bersembunyi di dalam selimut dan menangis."
Lee Zhe tersenyum mendengarnya. "Lain kali, jika kau tidak bahagia, katakan saja kalau kau tidak bahagia. Kalau kau terluka, katakan saja kalau kau sakit. Kalau kau lelah, katakan kau lelah. Kalau kau tidak bisa seperti itu pada orang lain, kau bisa melakukannya padaku." Ucap Lee Zhe setulus hati lalu membawa semua anak buahnya pergi
.
Jiang Huai cuma bisa melongo kagum melihat rumah besar itu. Bahkan kamarnya pun sangat besar. Apa cuma mereka berdua yang tinggal di sini. Rumah sebesar ini, masa dia seorang yang harus membersihkannya?
"Betul. Kan kita sudah sepakat sebelumnya."
"Sudah kuduga tidak ada yang gratis di dunia ini. Rumah sebesar ini, membersihkan satu kamar saja butuh waktu sepagian."
Jangan khawatir, Xue Ji bukan orang sekejam itu kok. Jiang Huai hanya perlu membersihkan kamar tidur, ruang tamu, dapur, minimal 2 kali dalam seminggu. Sementara kamar-kamar tak terpakai hanya perlu dibersihkan satu minggu sekali.
Tapi, Jiang Hui harus memasak makanan untuknya setiap dia pulang, dia suka makan di rumah soalnya. Oke, Jiang Hui janji akan masak banyak untuk Xue Ji. Tapi, beneran cuma mereka berdua yang akan tinggal di sini? Kamar-kamar yang lain kosong?
"Iya. Tapi siapa tahu akan ada teman-teman yang tinggal di sini nanti. ku nlapar, masaklah untukku."
Tapi waktu Jiang Hui mengecek kulkas, tidak ada apa-apa di dalamnya. Jiang Huai langsung minta duit belanja, tapi Xue Ji malah memberinya black card. Mereka akhirnya pergi belanja ke supermarket.
Sementara itu, Shi Yi cs baru saja selesa latihan nge-dance. Tai Hao berkata kalau dia tiba-tiba kangen Xue Ji. Min Ze sinis mendengarnya, dia yakin Tai Hao cuma kangen sama hadiah-hadiahnya Xue Ji.
"Sebenarnya, ada orang lain yang diam-diam merindukannya (Lirik Shi Yi), tapi tidak mau mengakuinya."
Mendengar itu, Shi Yi sontak beranjak menjauh lalu menelepon Jiang Huai untuk meminta untuk mengembalikan charger hapenya yang Jiang Huai bawa. Hah? Jiang Huai heran mendengarnya, dia yakin dia tidak membawa charger-nya Shi Yi. Tapi saat dia mengecek tasnya, dia jadi kebingungan karena benar-benar menemukan charger-nya Shi Yi.
Shi Yi diam-diam tersenyum licik. Sebelum mereka pergi waktu itu, dia sebenarnya diam-diam memasukkan charger-nya ke dalam tasnya Jiang Huai biar dia ada alasan untuk bertemu Xue Ji lagi.
Shi Yi mengklaim kalau dia lagi butuh banget, jadi dia akan pergi ke rumah mereka sekarang untuk mengambilnya. Dia langsung mematikannya sebelum Jiang Huai sempat mendebatnya.
Kedua temannya geli mendengarnya. Itu kan cuma charger, Shi Yi bisa pakai charger punya mereka kok, semua charger kan sama saja. Pfft! Canggung, Shi Yi mengklaim charger-nya tidak seperti itu lalu bergegas pergi.
Tapi sesampainya di sana, Jiang Huai malah memberitahu kalau Xue Ji sedang tidur siang sekarang. Shi Yi kecewa. Tapi kemudian Jiang Huai mengundangnya masuk untuk melihat-lihat rumah besar mereka itu.
Shi Yi jelas setuju, tapi dia malah menemukan Xue Ji tidur di lantai. Sepertinya Xue Ji memang lebih suka tidur di lantai. Jiang Huai tidak bisa menemaninya lebih lama karena harus kuliah dan menyuruh Shi Yi untuk mengambil sendiri charger-nya di kamarnya Xue Ji.
Dalam tidurnya, Xue Ji tiba-tiba memegangi kaki Shi Yi. Shi Yi melepaskannya, maka Xue Ji refleks memeluk bonekanya. Shi Yi berniat mau langsung mengambil charger-nya.
Tapi melihat Xue Ji yang terus bergerak-gerak dalam tidurnya, Shi Yi akhirnya memutuskan untuk membopong Xue Ji ke kamarnya.
Tapi setibanya di kamar, Xue Ji tiba-tiba membuka mata. Kaget, Shi Yi refleks membantingnya ke kasur. Xue Ji senang, akhirnya Shi Yi datang sendiri menemuinya.
"Aku hanya merasa terganggu. Aku terus menerus memimpikan mimpi yang aneh. Kurasa inia gara-gara kau terus memberitahuku tentang hal-hal semacam itu."
Xue Ji senang. "Sungguh? Kau benar-benar memimpikanku? Bagaimana bisa kau memimpikanku?"
"Apa itu penting?" Ketus Shi Yi. "Itu cuma mimpi. Apa kau ingin hidup di dalam mimpi?"
Shi Yi mau pergi. Tapi tiba-tiba kakinya tak sengaja terpleset buku hingga dia terjatuh menimpa Xue Ji.
Jiang Huai ditelepon ibunya yang ingin tinggal semalam di rumahnya. Ibu tidak bisa tinggal di rumah kakaknya Jiang Huai karena Kakak sedang ujian. Tapi tentu saja Jiang Hui tidak bisa begitu saja membawa Ibu ke rumahnya mengingat sekarang dia tinggal di rumah temannya. Jadi dia meminta Ibu untuk menunggu, dia akan minta izin dulu sama temannya.
Di kampus, dia bertemu mantannya Shi Yi yang mengklaim kalau dia mengagumi Jiang Hui. Jiang Hui sinis tak memercayainya, si mantan kan kaya dan cantik, kenapa juga kagum padanya?
"Karena kau tumbuh besar bersama Shi Yi. Dimulai dari teman lalu berubah jadi kekasih."
"Hubunganku dengan Shi Yi tidak seperti itu."
"Hubungan kalian saling bergantung pada satu sama lain juga bagus. Pokoknya aku benar-benar mengagumimu."
"Kami seperti keluarga bagi satu sama lain."
"Belakangan ini kau jarang bertemu Shi Yi, yah?"
"Aku bertemu dengannya tadi."
Si mantan langsung berusaha membujuknya untuk membawanya menemui Shi Yi kapan-kapan. Jiang Hui menolak dan menyarankannya untuk menghubungi Shi Yi sendiri saja. Si mantan kecewa, dia pikir kalau Jiang Huai bakalan membantunya.
"Saat seseorang jatuh cinta, apakah mereka semua jadi lebih egois? Sepertinya satu-satunya orang yang mereka lihat adalah orang yang mereka cintai atau... kau sendiri yang seperti itu." Sinis Jiang Huai lalu pergi. Si mantan kesal.
Sekretarisnya Nyonya Min memperlihatkan foto-foto seorang wanita yang dia kira Xue Ji. Tapi itu bukan Xue Ji yang Nyonya Min inginkan. Sekretaris melapor bahwa sebenarnya ada satu wanita lagi, tapi orang itu jarang keluar. Bahkan belakangan ini mereka tidak melihatnya, makanya mereka tidak bisa mengambil gambarnya.
"Tunggu gadis itu kembali. Potret dia dan kirim padaku." Perintah Nyonya Min.
"Nyonya, gadis yang anda cari-cari itu. Seperti apa dia?"
"Dia... sangat spesial. Kau bisa mengetahuinya hanya dengan sekali lihat."
Saat mereka makan bersama, Jiang Hui dengan hati-hati meminta izin Xue Ji agar ibunya bisa menginap semalam di sini. Bukankah Xue Ji pernah bilang bahwa kedua ibu mereka dulu teman?
Xue Ji sontak tegang mendengarnya, jelas tidak ingin bertemu ibunya Jiang Hui yang pasti mengenali wajahnya. Tapi tidak mungkin juga menolaknya, akhirnya terpaksa dia memberi izin. Tapi...
Bersambung ke episode 7
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam