Sinopsis You're My Destiny Episode 3 - 1

Sinopsis You're My Destiny Episode 3 - 1

Wanida kaget mendengar Pawut bertaruh sebanyak itu. Kartu kreditnya overdraw 60 ribu dolar, kalau pawut sampai kalah sebanyak itu, dia tidak akan bisa membantu Pawut.


"Jangan khawatir, aku pasti akan menang apapun yang terjadi." Ujar Pawut dengan penuh keyakinan.

Juju sinis, jangan terlalu yakin. Hal seperti ini tergantung siapa yang punya lebih banyak keberuntungan. Thonwat-nya tersayang pasti akan menang.

"Kalau begitu, mari kita mulai." Santai Pawut.


Maka permainan pun dimulai dengan pertaruhan yang semakin lama semakin meningkat. Thonwat memenangkan ronde pertama, kedua, ketiga yang semakin lama membuatnya jadi semakin sombong. Pawut sepertinya sengaja membuatnya menang, tapi Thonwat dan Juju tidak menyadarinya.

Hingga pada ronde keempat, Pawut langsung pasang taruhan besar sebesar satu juta dolar yang kontan menarik perhatian semua orang. Wanida kontan cemas dan berusaha protes.

Tapi Pawut santai meyakinkannya untuk mempercayainya. "Bajingan seperti mantanmu itu harus dihukum."

Juju yang yakin akan keberuntungan mereka sedari tadi, membujuk Thonwat untuk pasang taruhannya saja, dia yakin mereka pasti akan menang juga kali ini. Thonwat setuju, apalagi kartu-kartu mereka yang sepertinya jauh lebih bagus daripada punyanya Pawut, Thonwat sontak nekat untuk mempertaruhkan semuanya.


Pawut sinis, judi itu bukan tentang kartunya, melainkan pemainnya. Siapa yang tetap tenang bisa mendapat kartu yang bagus.

"Untuk ronde kali ini, kurasa... akulah yang akan menang." Ujar Pawut sambil menambah taruhannya dua kali lipat.

Thonwat terprovokasi dan langsung meminta seorang pria terdekat untuk meminjaminya uang karena dia sangat yakin kalau dia akan memenangkan ronde ini.

Lihatlah kartu-kartunya, dia punya banyak kartu Aces. Sedangkaan Pawut cuma punya 3 kartu Nine, kalau dia ingin menang, maka dia harus punya 4 kartu Nine. Tapi kan kemungkinannya kecil. Jadi tidak mungkin Pawut bakalan menang. dia janji akan mengembalikannya dua kali lipat.

Pria itu agak ragu awalnya, tapi bujukan Thonwat sukses membuatnya percaya dan akhirnya dia mau juga meminjamkan uangnya ke Thonwat. Thonwat pun all-in lalu membuka kartunya dan dapat full house.

Wanida benar-benar cemas sekarang, tapi Pawut tetap tenang bahkan menyuruh Wanida untuk membukanya. Wanida pun mulai mengintip kartunya dan langsung kaget (Menang? Atau kalah?).
 

Pawut santai saja menggunakan dua jarinya untuk membuat bibir Wanida tersenyum. Maka Wanida pun membuka kartunya yang ternyata kartu Nine. Mereka menang! Wanida sontak melompat-lompat kegirangan, sedangkan Thonwat cuma bisa melongo shock.

"Aku cuma menunggu waktu yang tepat... untuk membuatmu all-in," ujar Pawut. "Terima kasih karena membiarkanku memiliki Nona Keberuntungan ini."

Juju sontak ngamuk-ngamuk mencaci Thonwat dan jadilah kedua orang itu ribut ngamuk-ngamuk saling menyalahkan dan menghina satu sama lain. Orang yang meminjamkan uangnya juga langsung menuntut Thonwat untuk mengembalikan uangnya.

Thonwat jadi galau, dia tidak bawa banyak uang sekarang. Dia akan mengembalikannya setelah mereka tiba di Thailand nanti. Pria itu menolak, kalau Thonwat tidak mengembalikan uangnya hari ini, maka dia tidak akan membiarkan Thonwat balik ke Thailand.


Pawut tersenyum licik lalu membawa Wanida pergi. Thonwat panik mengejar mereka dan langsung berusaha membujuk Wanida untuk membantunya.

Pawut sinis, "kau benar-benar tidak punya kehormatan. Sepertinya kau lupa apa yang pernah kau lakukan pada wanita ini. Aan kuberikan kau satu pilihan. Jika kau menginginkan satu jutamu kembali, aku akan memberimu kesempatan. Berlututlah! Dan minta maaf pada wanita yang pernah kau sakiti ini. Sekarang! Baru setelah itu aku akan mengembalikan uangmu."

Ragu sesaat, tapi akhirnya Thonwat membuang harga dirinya untuk berlutut di hadapan Wanida dan minta maaf. Pawut tidak puas dengan mudah, permintaan maafnya Thonwat sama sekali tidak terdengar tulus. Sepertinya Thonwat tidak mau menerima permintaannya, yah sudah, ayo pergi.

Thonwat sontak panik menggenggam tangan Wanida dan memohon maaf berulang kali. Dan Wanida baik hati banget memaafkannya dengan mudah, dia berterima kasih pada Pawut atas segalanya lalu bergegas pergi.


Pawut kesal, jelas ini tidak sesuai harapannya. Dia sungguh tidak mengerti dengan Wanida, kenapa Wanida memaafkannya semudah itu setelah perlakuan buruk yang dilakukan Thonwat terhadapnya. Apa Wanida mengasihaninya?

"Aku tidak mengasihaninya, aku mengasihani diriku sendiri. Kukira dia bisa mencintaiku seperti aku mencintainya. Aku tahu aku bodoh. Dan baru hari ini aku menyadari kebodohanku tak terbatas."

Karena itulah, dia berharap hubungannya dengan Thonwat bisa berakhir sesegera mungkin. Jika dia terus mendengar Thonwat bicara, dia mungkin akan benar-benar bersimpati pada Thonwat. Tapi dia benar-benar tidak ingin merasa begitu pada Thonwat lagi.


Pawut kagum mendengarnya, dia langsung menggenggam tangan Wanida dan memperkenalkan namanya adalah Pawut. Maka Wanida pun memperkenalkan namanya adalah Wanida.

Yah, memang sih, namanya pasaran, ada banyak orang yang namanya Wanida. Bahkan dia kantornya saja ada 3 orang yang bernama Wanida.

"Hei, kenjapa kau tidak mencoba melihatnya dari sisi positif. Berhentilah berpikir bahwa namamu terlalu biasa. Kau bisa berpikir bahwa namamu bagus, makanya banyak orang yang punya nama itu."

"Kau benar, bagaimana bisa aku tidak pernah berpikir begitu sebelumnya?"

"Itu karena kau kurang percaya diri. Kau selalu berpikir bahwa kau lebih buruk daripada orang lain."

Dia lalu memberikan koin kasino untuk Wanida. Gunakanlah koin ini untuk mengingatkan dirinya sendiri setiap saat bahwa hidup itu seperti juid. Kadang kita kalah, kadang kita menang. Tapi asalkan mereka menyimpan koin ini, maka masih ada harapan dalam hidup kita.

"Aku ingin kau mengingat apa yang terjadi hari ini. Apapun yang terjadi, kau adalah penguasa takdirmu sendiri."

"Terima kasih." Ucap Wanida senang. Saat tengah mengagumi koin itu, wanida baru sadar kalau dia masih memakai cincinnya Pawut. Aduh, maaf, dia lupa mengembalikannya.


Dia mencoba mencopot cincin itu, tapi malah gagal seolah cincinnya tak mau lepas. Pawut mencoba melepaskannya, tapi gagal juga. Dan tepat saat itu juga, tiba-tiba beberapa pegawai kapal pesiar itu muncul bertepuk tangan untuk mereka sambil mengucap selamat untuk kedua calon pengantin. Wkwkwk! Mereka mengira lamarannya Pawut sukses.

Wanida kaget. Tapi alih-alih menjelaskan situasi yang sebenarnya, Pawut membiarkan mereka berpikir begitu dan berterima kasih pada Wanida seolah Wanida telah bersedia menerima lamarannya.


"Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk melamar wanita yang paling kucintai." Ucap Pawut lalu mengulurkan tangannya pada Wanida dan mengajaknya berdansa.

Usai berdansa, mereka duduk bersama di bangku di mana Wanida sudah mulai tertidur dengan menyandarkan kepalanya di bahunya Pawut. Manajer hotel datang saat itu dan menyarankan Pawut untuk membawa Wanida (yang dia kira Kaekai) tidur di kamar.

Pawut akhirnya membawa Wanida ke kamar sambil terus mengawasinya. Bahkan saat Wanida berguling dalam tidurnya dan kepalanya hampir terjatuh dari bantal, Pawut langsung menggunakan tangannya untuk menyangga kepala Wanida dan terpesona menatapnya.

Tapi pada akhirnya dia tetap merindukan Kaekai. "Seandainya wanita yang adaa di hadapanku ini adalah Kaekai, aku pasti akan sangata bahagia."


Taya sedang berada di panti asuhan di mana dia mengajari anak-anak di sana melukis. Dari percakapannya dengan Biarawati sepertinya dulu Pawut juga tumbuh di panti asuhan itu.

Dia sungguh berterima kasih pada Biarawati karena dulu memberinya tempat tinggal yang dia anggap sebagai rumahnya. Makanya sekarang setelah dia sudah mampu, dia kembali dan memberikan banyak sumbangan dan hadiah untuk anak-anak.

"Jika aku tidak pernah bertemu dengan anda 20 tahun yang lalu, aku pasti jatuh ke tangan orang jahat sekarang atau mungkin juga tidak akan hidup sampai sekarang."

"Lalu kapan kau akan kembali ke Inggris?"

"Mungkin aku tidak akan kembali, setelah orang tua angkatku meninggal dunia, aku memutuskan untuk kembali ke Thailand dan mencari adik kandungku."

"Aku akan membantumu, semoga harapanmu terkabul. Aku yakin Tuhan akan memberkatimu karena ketulusanmu. Aku juga akan berdoa untukmu."

"Terima kasih."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments