Sinopsis Long For You Episode 7

Sinopsis Long For You Episode 7

Xue Ji mengizinkan Ibunya Jiang Hui menginap di rumah ini. Tapi ada syaratnya. "Kuharap kau tidak menyebut-nyebut tentang ibuku lagi mulai sekarang."


Oke. Jiang Hui janji tidak akan mengungkitnya lagi. Mengalihkan topik, Jiang Hui tanya seperti apakah rasanya menyukai seseorang?

"Cinta itu... sulit dijelaskan. Ada kalanya saat kau menyukai seseorang, tapi kau sendiri bahkan tidak menyadarinya. Ada kalanya, kau tidak tahu mengapa tapi kau sudah jatuh ke dalam perangkap cinta."

"jadi, kau menyukai Shi Yi karena mimpi?"

Tapi Xue Ji tak nyaman membahas masalah itu dan langsung mengalihkan topik.  Tepat saat itu juga, Xue Ji mendapat telepon dari Tao De yang memintanya bertemu.


Tao De dan Lee Zhe sudah di sana menunggunya saat dia datang. Tao De punya dua berita. Satu berita baik dan satu berita buruk. Berita baiknya, Xue Ji tidak perlu lagi terlibat dalam aktifitas sosial apapun karena itu sudah diurus.

Berita buruknya. Putra Tuan Lee yang bernama Lee Ke Ni, meninggal dunia dalam kecelakaan mobil. Kaget, Lee Zhe curiga ada yang tidak beres. Apa polisi sudah menyelidikinya?

Sekarang ini belum bisa diputuskan. Tapi bagaimanapun, karena Xue Ji adalah adiknya Ke Ni, jadi dia harus terbang kembali ke Perancis untuk menyelesaikan masalah ini.

Xue Ji sinis mendengarnya. Jelas dia mencurigai orang yang pernah membunuhnya dulu. Orang-orang semacam itu adalah jenis orang yang sangat tamak yang mengklaim bahwa apa yang mereka miliki belum cukup, sehingga mereka terus menerus menginginkan lebih.


Jiang Hui sedang ngobrol sama gebetannya saat Mantannya Shi Yi muncul lagi. Dan err... sepertinya dia mulai naksir sama gebetannya Jiang Hui. Si mantan berusaha mengajak Jiang Hui ngobar lagi, tapi Jiang Hui menolak dengan menggunakan kedatangan ibunya sebagai alasan.

Jiang Hui pun pergi duluan. Tapi tanpa dia ketahui, gebetannya malah mengundang si mantan untuk ngopi bersamanya dan si mantan langsung setuju dengan senang hati. Sepertinya dia mau balas dendam sama Jiang Hui.


Ibunya Jiang Hui melongo melihat rumah besar yang ditinggali putrinya. Kenapa dia tidak mengundang kakaknya untuk tinggal di sini juga? Jiang Hui mengingatkan Ibu bahwa ini bukan rumahnya. Dia bisa hidup di sini dengan menjadi pembantu. Ini rumahnya Xue Ji. Tapi sekarang dia sedang keluar, entah kapan pulangnya.

"Jadi dia benar-benar putrinya Shan Ai? Putri yang dibesarkan di luar negeri itu?" Tanya Ibu.

"Aku sudah menanyakannya. Dia bilang namanya adalah Lee Xue Ji."

"Keluarganya yang mengadopsinya itu kaya raya, yah?"

Jiang Hui tidak tahu itu. Karena Jiang Hui bilang kalau Xue Ji itu putrinya Shan Ai, Ibu datang kemari dengan membawa beberapa beberapa album foto Ibu dan Ibunya Xue Ji saat mereka SMA dulu. Yang tak Jiang Hui sangka, foto-foto Ibunya Xue Ji benar-benar sangat mirip dengan Xue Ji.

 

Xue Ji sepertinya sengaja pulang malam saat Ibunya Jiang Hui sudah tidur biar mereka tidak bertemu. Jiang Hui santai saja menyerahkan album foto yang dibawa ibunya tanpa menyadari kecanggungan Xue Ji melihat foto-foto lama itu.

Jiang Hui merasa foto memang cara terbaik untuk mengenang masa lalu. "Eh, ayo kita foto bersama."

Xue Ji canggung menolak. Tapi Jiang Hui ngotot ingin mengabadikan persahabatan mereka dan langsung mengambil kamera polaroid-nya. Tapi Xue Ji sontak panik menutupi setengah wajahnya tepat saat Jiang Hui mengklik kameranya.


Ibu pulang keesokan harinya. Tapi mengetahui Xue Ji masih tidur dan tidak keluar untuk mengantarkannya, Ibu sontak sinis merutukinya. Anak yang dibesarkan di luar negeri, benar-benar tidak punya sopan santun. Bisa-bisanya dia tidak keluar untuk mengantarkan orang tua.

Tak enak pada ibunya, Jiang Hui akhirnya membangunkan Xue Ji dan mencoba  membujuknya untuk keluar menemui ibunya. Ibunya ingin mengucap terima kasih padanya.

Tak bisa menolak, Xue Ji terpaksa menurutinya dan keluar menemui Ibu yang sontak shock melihat wajah Xue Ji yang sangat amat mirip dengan Shan Ai. Kalau bukan karena Xue Ji masih muda, dia pasti akan mengira Xue Ji adalah Shan Ai.

Asal Xue Ji tahu saja, dulu dia dan Ibunya Xue Ji berteman dekat. Lalu kemudian dia mendengar tentang adopsinya Xue Ji. Ibu jadi cemas kalau-kalau Xue Ji tidak hidup dengan baik. Tapi sekarang Ibu bisa merasa tenang mengetahui Xue Ji tinggal di tempat sebagus ini.

Xue Ji agak sinis mendengarnya dan dengan sengaja bersikap kurang sopan sama Ibu. Dia mengucap hati-hati di jalan lalu masuk kembali ke rumah. Ibu jelas kesal dengan sikapnya. Mentang-mentang kaya, dia meremehkan mereka.

Jiang Hui meyakinkan Ibu bahwa Xue Ji tidak seperti itu. Hanya saja biasanya sikapnya tergantung mood-nya. Xue Ji masih ngantuk, makanya dia bersikap seperti itu.

Sebelum pergi, Ibu menengadah ke rumah itu untuk yang terakhir kalinya, tapi malah kaget mendapati Xue Ji ternyata sedang mengintipnya dengan wajah dingin di jendela.


Tak lama kemudian, Xue Ji memberitahu Jiang Hui bahwa dia harus pergi selama beberapa hari. Tapi biarpun dia sedang tidak di rumah, bukan berarti Jiang Hui bisa malas-malasan dan tidak membersihkan rumah.

"Kau mau pergi ke mana? Kapan?"

"Hari ini, ke Perancis. Kakakku mati."

"Jiang Hui kaget mendengarnya. "Karena apa? Sakit? Atau kecelakaan?"

"Kudengar dia kecelakaan mobil." Santai Xue Ji.

"Lalu kapan kau akan kembali?"

"Entahlah. Lihat situasi dulu. Oh yah. Selama aku tidak ada di sini, akan ada seorang teman yang akan datang. Biarkan dia tinggal di kamar tamu di lantai dua. Urus dia untukku. Dia orang yang pernah kuberitahukan padamu waktu itu. Chun San."


Sesampainya di Perancis, Xue Ji disambut oleh Tao De yang melapor bahwa perusahaan mereka berjalan dengan baik dan asetnya Xue Ji berkembang pesat. Dia juga sudah mengatur kegiatan amalnya Xue Ji. Bahkan pihak yayasan ingin sekali bertemu dengan pendonor mereka untuk berterima kasih, tapi Tao de sudah menolak permintaan mereka.

Sekarang yang harus Xue Ji lakukan ada dua hal. Pertama berhubungan dengan kematian Ke Ni. Sebenarnya penyebab kematian Ke Ni adalah karena menyetir dalam keadaan mabuk. Dalam proses otopsinya, mereka menemukan obat tidur dalam tubuhnya. Makanya mereka belum bisa memastikan apakah ini bunuh diri atau pembunuhan.

Sedangkan masalah kedua, belakangan ini Tao De baru mengetahui bahwa ada seseorang yang diam-diam menggunakan semua media untuk menyelidiki Xue Ji. Tapi dia masih belum punya petunjuk tentang siapa orang itu. Tapi orang itu jelas profesional dan tidak meninggalkan jejak sedikitpun.


Dia baru tiba di rumah keluarga Lee malam harinya dan langsung disambut sama Qin Shi yang mengklaim kalau dia senang melihat Xue Ji pulang. Bagaimanapun, status mereka tetaplah ibu dan anak.

"Benarkah? Sebenarnya, aku tidak mau menyebut seseorang yang tangannya ternoda darah sebagai Ibu. Takutnya aku kena juga. Kotor, susah dibersihkan."

"Apa maksudmu?"

"Kematian Lee Ke Ni. Seharusnya kau mengetahui kebenarannya lebih daripada siapapun. Dia mati, hartanya akan menjadi milikmu."

Qin Shi pura-pura bodoh. Xue Ji sinis mendengarnya, apa Qin Shi tahu kenapa banyak orang yang suka berjudi? Karena saat mereka menang sedikit di meja judi, mereka akan terus menginginkan lebih. Padahal sebenarnya, semakin banyak mereka menang, mereka tidak akan pernah berhenti

"Setelah pulang, cara bicaramu jadi semakin tidak sopan." Sinis Qin Shi. Dia sudah tidak pernah mengganggu Xue Ji lagi sejak saat itu. Dan sekarang, Xue Ji juga ingin mengontrol orang lain.


"Kau pikir dengan memiliki semua ini sudah cukup memuaskan dan akan berhenti? Kuberitahu kau, kau tidak akan seperti itu. Semakin banyak yang kau dapatkan, kau akan terus menginginkan lebih dan lebih dan tidak akan pernah berhenti."

"Mungkin kau benar."

"Kuharap kau tidak akan menjangkau ke tempatku. Jika tidak, aku pasti akan melakukan apa yang pernah kukatakan." Ancam Xue Ji lalu pergi.


Jiang Hui masih di luar saat tiba-tiba dia menerima telepon dari Chun Shan yang mengaku kalau dia sudah ada di depan rumah mereka. Baru ingat tentang kedatangan Chun Shan, Jiang Hui sontak lari secepat mungkin kembali ke rumah.

Dia terengah-engah saat akhirnya dia tiba di depan rumah dan mendapati seorang pria tinggi besar berdiri di hadapannya. Xue Ji minta maaf, dia baru pulang kerja waktu Chun Shan menelepon tadi.

Baiklah, Chun Shan memutuskan untuk memaafkannya. Jiang Hui akhirnya membawanya masuk rumah dan memberitahukan tentang jadwal hariannya yang super sibuk sampai dia harus keluar pagi-pagi sekali dan pulang larut. Dan berhubung tidak ada restoran di daerah dekat sini, jadi Chun Shan harus masak sendiri kalau mau makan. Xue Ji juga bilang kalau dia meninggalkan kunci mobilnya di meja kamarnya.


Xue Ji termenung menatap pemandangan di hadapannya saat ponselnya berbunyi dan menerima pesan dari Shi Yi. Xue Ji senang dan langsung meneleponnya. Akhirnya Shi Yi berinisiatif sendiri untuk mencarinya.

"Kudengar kakakmu meninggal dunia. Makanya aku mengirimi pesan untuk menghiburmu. Tapi sepertinya sekarang aku tidak perlu melakukan itu."

"Aku baik-baik saja. Tidak sedih kok."

Shi Yi tak percaya mendengarnya. Jadi biarpun dia kehilangan anggota keluarga, Xue Ji tidak bersedih? Dia tidak peduli dengan siapapun dan tidak punya perasaan apapun?

"Jika suatu hari itu terjadi padaku, apa kau juga akan seperti ini?"

"Aku tidak akan membiarkan hal sepeti ini terjadi padamu."


Canggung, Shi Yi cepat-cepat mengakhiri teleponnya dengan alasan harus balik latihan. Kedua temannya sontak memprotes sikap dinginnya pada Xue Ji. Malaikat kecil seperti Xue Ji, seharusnya diperlakukan bagai putri.

Sikap Shi Yi tuh kelewatan. Jelas-jelas Shi Yi suka Xue Ji tapi tidak mau mengaku. Mana ada pria menyukai wanita tapi memperlakukannya dengan dingin?


Manajer mereka baru datang tak lama kemudian dengan membawa seorang wanita muda nan cantik yang ia perkenalkan sebagai Nona Lin - Ketua Dewan Direksi. Kedua teman Shi Yi langsung menyalami Nona Lin, hanya Shi Yi yang cuek seperti biasanya.

"Kau Gu Shi Yi, bukan? Bagus sekali. Membuat orang lain memiliki impresi yang dalam." Komentar Nona Lin.

Dia penasaran dengan apa yang mereka diskusikan tadi, sepertinya itu sesuatu yang menarik. Min Ze keceplosan memberitahu kalau mereka cuma sedang membicarakan gadis yang disukai Shi Yi.

Terang saja pengakuannya itu langsung mebuat Manajer menaboki kepala mereka satu per satu. Mereka sudah mau debut tapi malah tidak serius latihan. Dia kan sudah bilang, tidak boleh ada cinta. Perusahaan menginvestasikan banyak uang untuk mereka.

Ketiga anak muda itu sontak kompak meminta maaf pada Manajer dan Nona Lin. Tapi Nona Lin bisa memahami mereka dan sama sekali tidak mempermasalahkannya. Tidak masalah memiliki kehidupan pribadi asalkan tidak menganggu pekerjaan mereka. menyukai seorang gadis itu sangat normal. mereka bisa saling mengenal lebih baik jika ada kesempatan. Nona Lin lalu pamit dan pergi.


Xue Ji berkumpul dengan para jandanya Tuan Lee. Qin Shi dengan penuh percaya diri mengklaim dialah yang selama ini paling menyayangi Ke Ni dan hubungan mereka sangat baik. Bahkan menurut pengacaranya Ke Ni, dialah yang akan mewarisi hartanya Ke Ni. Tidak ada yang keberatan, kan?

Istri Ketiga dan Kakaknya Ke Ni cuma bisa terdiam sinis. Malah Xue Ji yang angkat bicara mengajukan protesnya.

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

0 Comments