Sinopsis Long For You Episode 9

Sinopsis Long For You Episode 9

Manajernya Shi Yi menemukan Shi Yi malah ketiduran padahal yang lain serius latihan. Manajer sontak kesal mengomelinya panjang lebar, tak peduli biarpun Shi Yi berusaha menjelaskan bahwa semalam dia kurang tidur.


Bukan cuma si Manajer, Nona Lin juga langsung memnggil Shi Yi. Dia memang tidak mengomeli Shi Yi seperti yang dilakukan si Manajer, tapi dia secara ambigu mengomentari kurang tidurnya Shi Yi yang dia yakini dikarenakan oleh seseorang yang entah apakah kehadiran orang tersebut baik atau tidak bagi Shi Yi.

"Teruslah latihan dengan giat dan bersiap untuk debut. Kau tidak boleh menyia-nyiakan uang yang dinvestasikan untukmu. Kuharap semua orang di dunia ini bisa melihat wajahmu." Pungkas Nona Lin.


Tao De memberi Xue Ji update tentang kondisi Nyonya Min. Menurut pihak rumah sakit, Nyonya Min bersikap rasional terhadap penyakitnya karena menyadari dia tidak punya banyak waktu tersisa.

Karena itulah, Nyonya Min memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan berkata kalau dia ingin keliling dunia. Dan 3 hari yang lalu, dia datang ke kotanya Xue Ji. Xue Ji tampak gelisah mendengar informaasi itu. Tapi saat Tao De tanya apakah kehadiran Nyonya Min di sana akan memengaruhinya, Xue Ji menyangkal.


Jiang Hui baru keluar dari kampus saat sekawan pria menculiknya ke dalam mobil van. Dan biarpun ada banyak orang, tak ada seorangpun yang peduli. Hanya mantannya Shi Yi memperhatikan kejadian itu, tapi dia juga tidak melakukan apapun dan hanya penasaran.

Nyonya Min-lah yang menculiknya. Pastinya untuk menginterogasinya tentang Xue Ji. Sekretaris memperkenalkan Nyonya Min sebagai teman dekat ayahnya Xue Ji, dan dia beralasan bahwa nyonya-nya ini hanya ingin menghubungi Xue Ji karena mereka kehilangan nomor kontaknya Xue Ji.

Jiang Hui dengan lugunya tak mencurigai apapun tentang mereka. Kalau mereka cuma ingin nomornya Xue Ji, dia akan kasih kok. Tapi Sekretaris menyangkal, mereka justru ingin Jiang Hui membantu mereka untuk menghubungi Xue Ji.

Jiang Hui langsung saja menelepon Xue Ji, tapi Nyonya Min sontak merebut ponselnyaa dan menyapa Xue Ji dengan sinis.

"Aku A Min, masih ingat? Aku ingin bertemu denganmu. Lokasinya terserah kau. Di mana pun itu, aku pasti akan datang. Jika kau tidak ingin aku menceritakan kisahmu pada nona yang duduk di sebelahku ini, maka jangan berpikir untuk melarikan diri. Kuharap aku bertemu denganmu."

Puas mendapatkan keinginannya, Nyonya Min pun mengembalikan ponselnya Jiang Hui dan mengomentari keberuntungan Jiang Hui karena berteman dengan Xue Ji. Sekretaris menawarkan untuk mengantarkan Jiang Hui pulang. Tapi Jiang Hui masih ketakutan pada mereka dan menolak, lain kali kalau mereka butuh apa-apa, sebaiknya mereka jangan melakukan hal semacam ini lagi.


Xue Ji sudah menunggu dengan jalan saat Jiang Hui hendak pulang. Jiang Hui dengan si nyonya tadi, kenapa dia menghubungi Xue Ji? Dan apa maksud kata-katanya itu? Kenapa nyonya itu ingin bertemu Xue Ji tapi Xue Ji tidak ingin menemuinya? Apa mungkin ini sesuatu yang tidak bisa Xue Ji katakan padanya?

Xue Ji beralasan kalau wanita itu adalah teman lama ayah adopsinya. Ini cuma masalah orang tua, dia tidak terlalu ingin tahu. Jiang Hui menrawakan bantuannya kalau Xue Ji butuh bantuan. Dia ingin tahu kesulitan apa yang tengah Xue Ji alami. Bagaimanapun, mereka kan teman.

"Kenapa kau tiba-tiba jadi penuh kasih sayang terhadapku?"

"Hari ini seseorang menculikku dan memaksamu untuk menemuinya, aku merasa tidak tenang. Aku takut kau akan meninggalkan tempat ini."

"Jiang Hui, apa ada sesuatu yang kau harapkan?" Tanya Xue Ji tiba-tiba mengalihkan topik ke masalah keinginan Jiang Hui yang kemarin katanya mau berkencan. "Bukankah sekarang saatnya memenuhi harapan itu?"


"Hah? Aku dan Chun Shan tidak punya hubungan semacam itu."

Xue Ji geli mendengarnya. Dia kan tidak menyebut Chun Shan. Tapi sebaiknya dia pikirkan harapan lain saja. Akan dia bantu untuk memenuhinya. Jiang Hui heran, kenapa Xue Ji selalu menanyakan tentang harapannya?

"Mungkin karena kau tidak rela melepaskanku. Aku cuma tanya kok. Tidak masalah kalau kau tidak memikirkannya. Cuma ada satu kesempatan loh."

"Kau selalu saja bilang begitu. Rasanya seolah kau adalah jin-ku."

"Karena memang aku jin ajaibmu."

Jiang Hui mendadak merasa aneh mendengar ucapannya itu. Dia ingat kalau Ibunya Xue Ji dulu juga pernah mengucap kata-kata yang sama persis seperti itu. Xue Ji pura-pura bodoh, pantas saja oranag-orang selalu bilang kalau dia sangat mirip dengan ibunya.


Shi Yi tidak bisa tidur dan akhirnya memutuskan untuk keluar. Saat Xue Ji dan Jiang Hui tiba tak lama kemudian, mereka malah mendapati Shi Yi sedang melompat-lompat sambil celingukan di depan rumah mereka.

Xue Ji langsung sumringah melihatnya. Malu, Shi Yi buru-buru berpura-pura seolah dia lagi olahraga malam. Jiang Hui dengan lugunya percaya dan bingung sendiri, ngapain Shi Yi olahraga sampai ke tempat sejauh ini? Xue Ji jelas tidak percaya, tapi dia diam saja.

Shi Yi langsung bergegas pamit, tapi Xue Ji mengundangnya masuk dulu. Shi Yi diam-diam senyum, tapi begitu berbalik, dia cepat-cepat menormalkan ekspresi wajahnya dan menerima undangan itu dengan gaya sok seolah dia menerimanya hanya karena mereka yang mengundangnya.


Tapi wajahnya sontak berubah kesal saat melihat keberadaan Chun Shan di sana. Apalagi waktu kedua gadis itu sama-sama mengomentari bentuk badan Chun Shan yang bagus karena rajin olahraga. Dia siapa? Tanya Shi Yi kesal.

"Dia temannya Xue Ji. Namanya Chun Shan."

Kedua wanita lalu sama-sama pergi ke dapur untuk mengambilkan kudapan untuk mereka. Tak mau kalah, Shi Yi langsung membusungkan d~~a. Chun Shan sendiri cuek dan tanya apa Shi Yi temannya Jiang Hui?

"Aku juga temannya Xue Ji. Dia pernah tinggal di rumahku. Dia sendiri yang mengundangku mampir tadi. Dia juga pernah memberiku hadiah." Ketus Shi Yi.

Chun Shan manggut-manggut saja dengan cuek. Jiang Hui kembali saat itu dengan membawa sepiring buah. Kesal, Shi Yi langsung beranjak bangkit dan pamit pulang. Dan Chun Shan santai saja menanggapinya dengan dadah-dadah. Shi Yi heran, Chun Shan tidak mau pergi juga?

"Tidak. Aku tinggal di sini."'


Kesal, Shi Yi langsung pergi dengan muka cemberut. Sepanjang jalan dia menendangi botol aqua sambil merutuki Chun Shan, sudah tua tapi numpang hidup di rumah orang lain. Dia pasti jenis orang yang membuat orang lain tak mampu untuk menolaknya.

Tapi tiba-tiba dia berhenti karena merasa ada sebuah mobil yang berjalan pelan di belakangnya, jelas sedang membuntutinya. Tapi begitu orang misterius itu melihat Shi Yi menyadari kehadirannya, dia langsung tancap gas.


Begitu kembali ke rumah, Shi Yi langsung menelepon manajernya untuk memberitahu tentang orang misterius yang membuntutinya itu. Dia yakin si penguntit itu wanita, tapi dia tidak melihat wajahnya dengan jelas. Si Manajer lalu menceritakan masalah ini pada Nona Lin. Tapi Manajer berpikir kalau orang itu mungkin cuma seorang fan sasaeng.

"Oh begitu? Kalau begitu, suruh dia untuk lebih berhati-hati. Lebih perhatian keamanannya." Komentar Nona Lin sambil memainkan rambutnya, sehingga terlihatlah gelangnya... yang sama persis dengan gelang si penguntit. (Hmm, mencurigakan sekali)


Xue Ji memberengut kesal gara-gara Shi Yi pulang cepat tanpa sepengetahuannya. Tapi tiba-tiba bel pintu berbunyi dan Xue Ji sontak melompat dari kursinya dengan antusias, mengira Shi Yi balik. Tapi alangkah kecewanya dia saat membuka pintu dan mendapati yang datang ternyata Li Zhe.

"Kenapa? Bukan seseorang yang kau harapkan, makanya kau tidak senang?" Li Zhe kecewa melihat reaksinya.

Xue Ji berbohong menyangkal dan mengundangnya masuk. Memakan kudapan yang dibawa Lee Zhe, Xue Ji penasaran dari mana Li Zhe membeli makanan-makanan enak ini?

Li Zhe lebih penasaran apakah Xue Ji menyukai rumah barunya ini? Lumayan, pemandangan di rumah ini indah, lingkungannya juga bagus dan Jiang Hui pintar masak.


Tapi Li Zhe mendadak berubah serius. Ada sesuatu yang perlu Xue Ji ketahui. Sebenarnya dia tidak mau memberitahu karena masalah ini sama sekali tidak menguntungkan baginya. Tapi dia akan tetap memberitahukannya demi Xue Ji.

"Belakangan ini, bodyguard sewaanku memberitahuku bahwa Shi Yi dibuntuti oleh seseorang."

"Shi Yi dibuntuti? Kenapa?"

Li Zhe juga merasa itu aneh mengingat Shi Yi bahkan belum debut, jadi dia sebenarnya masih belum bernilai bagi perusahaan. Karena itulah, Li Zhe berpikir kalau ini pasti ada hubungannya dengan Xue Ji karena Shi Yi adalah orang yang selama ini Xue Ji cari-cari. Orang itu mungkin berniat mengancam Xue Ji dengan menggunakan Shi Yi.

Teringat dengan telepon ancaman dari Nyonya Min tadi, Xue Ji langsung curiga kalau ini pasti ulahnya Nyonya Min. Xue Ji sinis, hanya demi bisa hidup abadi, seseorang rela menghalalkan segala cara. Jangan khawatir, dia akan berhati-hati. Lee Zhe heran mendengarnya, apa tak ada sesuatu yang membuat Xue Ji takut?


"Tentu saja ada. Aku takut gelap, takut kelaparan dan juga... aku takut kehilangan orang yang kukasihi. Bagaimana denganmu?"

"Tidak akan kuberitahu. Kau pasti akan menertawaiku."

"Apa?"

Lee Zhe mengaku kalau dia takut sendirian. Makanya dia mempekerjakan supir dan harus selalu ada asisten yang menemaninya. Bahkan harus ada orang yang berjaga di luar kamarnya saat dia tidur.

"Sepertinya karena kau pernah mengalami kejadian yang traumatis, yah?" Duga Xue Ji.

Karena itulah, Xue Ji menyarankannya untuk pergi ke semua tempat yang Li Zhe sukai dan melakukan apapun yang Lee Zhe inginkan. Supaya hidupnya di masa depan nanti, akan lebih bebas dan nyaman. Lee Zhe pamit, tapi terlebih dulu dia nyodorin pipi minta kecupan dan Xue Ji langsung menyodoknya.


Hujan menguyur deras saat Li Zhe dalam perjalanan pulang. Tapi di tengah jalan, Li Zhe tiba-tiba ingin menyetir sendirian. Pak Supir pun pergi meninggalkannya, dan Li Zhe harus menenangkan diri sendirian di sana.

Dia lalu mengeluarkan sebuah foto keluarga hitam putih. Fotonya semasa kecil bersama ayah dan ibu kandungnya, yang kontan mengingatkannya akan kejadian tragis dan traumatis itu.


Dia masih kecil saat ibunya memberitahunya bahwa Ayah tidak mengangkat teleponnya, mungkin masih sibuk. Namun kemudian kita melihat Shi Yi bersembunyi di pojokan dengan ketakutan menyaksikan pembunuhan keluarganya.

Ayahnya tampak terbujur kaku di lantai, lalu ibunya disudutkan oleh seorang wanita muda yang kemudian menyuntikkan sesuatu (sepertinya darah) pada Ibu dan seketika itu pula Ibu mati.

Dan si pembunuh itu adalah Nona Lin. OMG! Ternyata dia juga makhluk abadi. Bahkan kala itu, dia terlihat masih muda sama persis seperti sekarang. Kenangan buruk membuat Li Zhe jadi semakin gelisah hingga dia langsung keluar dari mobil, membiarkan hujan deras mengguyurnya dan menyembunyikan air matanya.


Shi Yi bermimpi lagi. Kali ini dia memimpikan malam pengantinnya bersama Xue Ji. Dia melepaskan tudung pengantinnya Xue Ji lalu memeluknya. Tapi kemudian, entah mengapa dengan mata-mata berkaca-kaca dia mengeluarkan sebilah pisau dari balik bantal lalu menusukkannya ke Xue Ji. Dan bahkan dalam keadaan sekaratnya, Xue Ji tetap tersenyum. Shi Yi tersentak bangun dari mimpi itu dengan shock.


Chun Shan iseng main-main dengan ponselnya Jiang Hui tapi malah menemukan ada aplikasi tracking terinstal di sana. Aplikasi ini berbahaya loh, bagaimana kalau sampai dimiliki orang jahat?

Jiang Hui kaget, dia sendiri baru mengetahuinya. Tapi dia bisa menduga siapa pelakunya dan langsung beranjak bangkit untuk mencari si pelakunya. Chun Shan yang takut dia kenapa-kenapa, langsung ikut pergi untuk melindungi Jiang Hui.


Dan orang yang Jiang Hui curigai adalah Mantannya Shi Yi. Dia langsung datang ke kampus dan melabraknya di hadapan semua orang, menuduh si mantan lah yang menginstal aplikasi tracking itu di ponselnya.

Si Mantan menyangkal, memangnya Jiang Huai punya bukti? Jiang Huai sama sekali tidak percaya. Pasti inilah caranya si Mantan bisa mengetahui lokasinya saat dia bersama Shi Yi waktu itu.

Si Mantan sontak balas melabraknya terkait Shi Yi, menuduh Jiang Huai merebut cowoknya. Apa karena dia pernah merebut cowoknya Jiang Huai makanya Jiang Huai menuduhnya untuk mempermalukannya?

Jiang Huai menyangkal, tapi si Mantan langsung menunjukkan bukti berupa surat cinta yang ditulis Jiang Huai untuk cowoknya. Hari gini masih nulis surat cinta? Cih! Dia bahkan langsung membaca surat cinta itu dengan lantang.


Jiang Huai sontak terdiam malu dan tak tahu harus bagaimana, tapi Chun Shan tiba-tiba maju merebut surat itu, merangkul Jiang Huai dan mengklaim dirinya sebagai pacarnya Jiang Huai yang jelas saja mengagetkan semua orang termasuk Jiang Huai sendiri.

"Jiang Huai-ku memang dikagumi banyak orang. Kalau saja aku tidak lebih cepat, pacarmu mana mungkin memacarimu."

Si Mantan tak percaya, "jelas-jelas pria yang disukainya adalah Zheng Xian (si gebetan)."

"Tapi aku lebih menarik. Sudahlah, ayo pergi. Oh yah, surat ini aku ambil kembali. Lain kali jangan mencuri milik orang lain." Sinis Chun Shan lalu menyeret Jiang Huai keluar.


Tapi Jiang Huai mendadak marah menampik tangannya, tidak terima dengan ucapan Chun Shan tadi. Ngapain juga Chun Shan ikut campur urusannya?

"Kenapa? Aku bilang kalau aku pacarmu, terus kau merasa malu?"

"Jelas aku marah, kenapa kau tidak pernah mendiskusikan masalah ini lebih dulu denganku? Sulit bagiku untuk menerimanya."

"Aku cemas kau dibuli. Tidak berterima kasih, yah sudah, lupakan saja."

"Dibuli? Apa kau tahu? Sepanjang perjalanan kemari aku sudah memikirkan apa-apa yang ingin kukatakan. Aku ingin meresponnya dengan dingin, tapi kau malah merebut kemuliaanku. Bagaimana bisa aku tidak marah?"

Chun Shan geli mendengarnya. "Kalau begitu, lain kali aku tidak akan melakukannya lagi."

Dan seketika itu pula Jiang Huai tiba-tiba melunak dan mengakui kalau tadi Chun Shan sebenarnya lumayan tampan. Ah, sudahlah. Pokoknya yang penting sekarang mereka sudah menang.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments