Sinopsis Fairyland Lovers Episode 5 - 2

 Sinopsis Fairyland Lovers Episode 5 - 2

Si sutradara jadi kesal menabrok anak kecil itu. Tapi anak kecil itu terus saja heboh menyuruh mereka pergi dan seketika itu pula tiba-tiba ada angin aneh yang berhembus kencang di sana.


Tapi si sutradara sekarang sudah tidak takut lagi, malah mengira kalau anak itu punya komplotan. Maka dia langsung saja naik tanpa mengindahkan peringatan semua orang lalu teriak-teriak menantang komplotan anak itu untuk keluar.

Dia tidak sadar ada sesosok roh tak kasat mata untuk muncul dari belakangnya dan langsung mencekiknya. Terang saja pemandangan itu langsung membuat semua orang berhamburan dengan panik. Roh itu perempuan yang memakai anting-anting giok dan tampak ada bekas luka bakar cukup parah di pipinya.

Biarpun tidak bisa melihatnya, Lin Xia yakin itu pastilah roh. Maka dia langsung saja menyeret anak itu pergi bersamanya tak peduli biarpun anak itu terus berusaha memberontak darinya. Sepertinya dia mencemaskan si roh.


Entah apa hubungan mereka, si roh begitu marah pada si sutradara dan memperingatkan si sutradara untuk tidak lagi membuli anak itu atau dia akan membunuhnya. Untung saja dia akhirnya melepaskan si sutradara yang langsung kabur dari sana.

Setelah semua orang pergi, dua pria sangar itu baru muncul. Sepertinya target mereka adalah anak kecil itu, maka mereka pun bergegas pergi mengejarnya.

Lin Xia dan anak itu diturunkan di tengah jalan lalu ditinggalkan begitu saja.
Anak itu berusaha melarikan diri ke tempat semula, tapi Lin Xia dengan cepat berhasil menangkapnya.

"Kau mau pergi ke mana? Apa kau tidak mau pulang?"

"Rumahku ada di atas sana. Kaulah yang memaksaku turun. Tukang ikut campur!"

"Dasar kunyuk. Kau pintar juga. Kau bilang rumahmu di atas sana? Beneran kau tinggal di sana?"

"Kenapa tidak? Kalau bukan karena kalian mengganggu, aku dan bibiku bisa tinggal di sana dengan damai."

Lin Xia langsung mengerti, roh itu pasti bibinya anak ini. Apa bibinya yang menyuruhnya untuk menakut-nakuti orang? Tidak, dia mengaku kalau bibinya sedang sakit dan menyembunyikan diri darinya.

"Oh. Eh, bocah..."

"Aku punya nama! Namaku Mu Xiu."

Oke, Xiu. Lin Xia penasaran apakah bibinya Xiu sakit parah? (Iya). Lalu apakah dia sudah menemui dokter? (Tidak).

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku mengantarkannya menemui dokter?"

Xiu setuju. Kalau bibinya sembuh, Xiu berjanji akan melakukan apa saja untuk Lin Xia. Baiklah, kalau begitu, Lin Xia akan membawa Xiu menemui dokter itu malam ini.

 

Kalau begitu, sekarang mereka harus cari tumpangan lain. Tapi yang datang malah kedua pria sangar itu. Lin Xia tak curiga apapun dengan mereka, apalagi mereka bersikap cukup ramah. Tapi anak itu bisa melihat mereka bukan orang baik dan langsung menolak naik ke mobil mereka.

Mendengar itu, Lin Xia sontak menjauh dari mereka. Kedua pria itu sontak mendekati mereka dengan penuh intimidasi. Sepertinya mereka roh-roh jahat, diam-diam mereka mengeluarkan cakar-cakar mereka yang menakutkan.

Tapi untung saja tiba-tiba ada mobil lain yang lewat, membuat kedua pria itu urung menyerang mereka dan mereka pun bergegas naik ke mobil itu.


Dalam perjalanan ke rumah, Xiu penasaran apakah Dr. Bai beneran bisa menyembuhkan bibinya? Lin Xia meyakinkan bahwa biarpun Dr. Bai itu orangnya rada nyebelin, tapi dia hebat kok.

Tapi Xiu penasaran kenapa Dr. Bai tinggal di rumahnya Lin Xia? Apa mereka berdua sudah menikah? (Pfft!) Lin Xia menyangkal, siapa juga yang mau menikahinya.

Lalu bagaimana bisa mereka tinggal bersama? Bibinya bilang bahwa pria dan wanita tidak seharusnya terlalu dekat. Hanya dengan izin dari orang tua dan mak comblang-lah mereka bisa menikah dan hidup bersama. Sebelum itu, seharusnya dia tinggal bersama orang tua.

"Bibimu sangat kuno. Bagaimana denganmu? Kau kan juga laki-laki? Kenapa kau tidak tinggal bersama orang tuamu?"

"Aku tidak punya orang tua. Aku cuma punya bibiku."

Mendengar itu, Lin Xia pun mencoba menyemangati Xiu dengan mengaku bahwa ayahnya juga tidak pernah ada di rumah sepanjang tahun. Tapi dia punya sesuatu yang berharga di rumah, nanti sesampainya di rumah akan dia tunjukkan pedang warisan leluhurnya.


Mereka akhirnya tiba di rumah tak lama kemudian dan langsung tercengang mendapati rumah kunonya sekarang sudah berubah jadi lebih modern dan luas. Bahkan Xiu sampai mengira kalau Lin Xia adalah orang kaya.

Dapurnya juga jadi cantik anget. Lin Xia benar-benar terharu melihat semua itu. Bahkan teko di meja makan pun tampak sangat bagus. Lin Xia santai saja bermain-main dengan tutup teko itu, dan PYAR! Pecah deh.

Bai Qi yang sedari tadi cuma diam baca buku, sontak melempar tatapan tajam padanya. Maaf, Lin Xia janji akan menggantinya besok. Kalau begitu, A Li akan membuatkan surat hutang untuknya.

Tapi kemudian Lin Xia melihat A Li memakai maskernya. Lin Xia tidak terima, A Li juga harus bayar. A Li membela diri, kalau bukan karena dia, bosnya pasti akan membuang semua maskernya ini.

Apa?! Mereka membuang maskernya? Sebentar! Di mana barang-barangnya yang lain? Di mana meja kayu sonokelingnya? Di mana pedangnya? Awas saja kalau mereka merusak barang-barangnya, mereka mungkin tidak akan mampu menggantinya.


A Li memberitahu kalau semuanya ada di dalam gudang. Lin Xia pun bergegas ke sana dan benar-enar mendapati semua barang-barang lawasnya tertata apik di dalam gudang lantai dua tanpa cacat sedikitpun.

Bahkan saat dia masuk kamar, dia mendapati kamarnya berubah jadi sangat cantik dengan sentuhan warna pink seperti kamar putri. Bagaimana mereka bisa tahu kalau dia suka warna pink? A Li dengan bangga mengaku kalau renovasi kamarnya Lin Xia itu adalah idenya. Lin Xia tidak perlu bayar, bosnya ini orang yang dermawan.


Lin Xia senang. tapi kemudian dia ingat tujuan utamanya. Dengan canggung dia mengaku bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Bai Qi. Tapi Bai Qi terus saja diam membaca bukunya.

Terlebih dulu dia meminta A Li untuk membawa Xiu keluar dan memlikan apapun yang Xiu minta. Soalnya ada yang mau dia bicarakan berdua dengan bosnya.

"Membelikan apapun yang dia minta? Sini uangnya."

"Nanti kubayar."

Tapi setelah semua orang pergi, Bai Qi malah berniat mau menghindaarinya dengan alasan mau tidur. Lin Xia sontak menghadangnya di depan kamar. Dia bahkan tak gentar saat Bai Qi mendkatkan wajahnya sangaaaaaat dekat.


Bai Qi akhirnya mengalah dan mau juga mendengarkannya. Tapi bagaimana bisa Lin Xia menyimpulkan orang itu sebagai roh hanya dengan informasi yang sangat minim.

Pasien porfiria sering salah dikira sebagai vampir. Crop circle juga sering dikira perbuatannya alien. Sering kali manusia salah menilai karena ketakutan batin. Itu namanya gangguan stres psikologis.

Banyak orang yang seperti Lin Xia, setelah melihat roh satu kali, langsung berpikir bahwa segala hal aneh di dunia ini disebabkan oleh roh. Padahal sebenarnya roh di dunia ini tidak banyak.

"Kau tidak percaya padaku? Kenapa susah banget bicara denganmu?"

"Aku kreditormu. Jaga sopan santunmu! Keluar!"

Lin Xia jelas tidak mau menyerah semudah itu. "Paman Bai Setidaknya lihatlah dia dulu apakah dia beneran roh atau tidak. Tidakkah kau pernah mendengar leh baik membunuh seribu orang yang salah daripada membiarkan satu orang pergi?"

"Aku tidak butuh kau untuk memberitahu apa yang harus kulakukan! Dan jangan panggil aku paman! Keluar!"

Lin Xia menolak. Bahkan saat Bai Qi mencoba menakut-nakutinya dengan melepaskan bajunya, Lin Xia tak gentar sedikitpun, malah menantang Bai Qi untuk melepaskan semuanya kalau dia berani.


Dia bahkan langsung tiduran di kasurnya Bai Qi dan mengancam tidak akan pergi sebelum Bai Qi setuju. Kesal, Bai Qi sontak mendekatinya sampai membuat Lin Xia gugup lalu membopongnya dan melemparnya ke sofa.

Tapi Lin Xia dengan cepat menangkap bajunya dan terus menarik-nariknya... hingga Bai Qi berakhir menimpanya tepat saat A Li dan Xiu baru balik. A Li sontak heboh menutupi mata Xiu. Apa mereka datang di saat yang tidak tepat?

"Tidak!" Kompak Bai Qi dan Lin Xia sambil saling melepaskan diri.

Bai Qi langsung masuk ke kamarnya dengan kesal. Xiu bingung, katanya Bai Qi mau menyelamatkan bibinya? Lin Xia berbohong meyakinkan Xiu bahwa Bai Qi tadi bilang akan mengunjungi bibinya besok.


Dia melihat Xiu membeli banyak permen, sepertinya Xiu suka sekali yah sama permen. Tapi Xiu lagi-lagi hanya mengantongi permen-permen itu dan mengaku kalau dia sebenarnya tidak suka permen. Dia lalu pergi ke toilet. A Li heran, ngapain dia beli permen kalau tidak suka permen?

"Kau tidak mengerti anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. Dia akan tidur denganmu malam ini." Perintah Lin Xia lalu naik ke kamarnya.

"Oke... Hah?! Kenapa aku harus mendengarkanmu? Bagaimana bisa ada wanita seaneh itu di dunia ini?"

Sementara itu, Bai Qi tidak bisa tidur gara-gara teringat kedekatannya dengan Lin Xia tadi.

Bersambung ke episode 6

Post a Comment

0 Comments