Sinopsis You're My Destiny Episode 2 - 2

 Sinopsis You're My Destiny Episode 2 - 2

Kaget, mereka sontak tambah heboh rebutan selimut... hingga Wanida sukses merebut selimut itu dan otomatis membuat Pawut jadi polos. Wkwkwk! Wanida sontak tambah heboh dan Pawut buru-buru ambil bantal untuk menutupi dirinya.


"Siapa kau?!" Tuntut Pawut. Tapi Wanida masih histeris dan jadilah mereka ribut nggak jelas.

Tepat saat itu juga, Sano dan Sompong mendadak masuk sambil merekam mereka dan mengancam Pawut. Pawut jelas emosi dan mengira Wanida adalah komplotan mereka. Sompong dengan bangga mengiyakannya sambil mengarahkan kamerannya ke Wanida... dan sontak shock menyadari dia bukan Juju.

Wanida pun kaget, ternyata dia mengenali mereka dan mereka pun mengenalinya, karena ternyata Sompong adalah kakak iparnya. Lucunya, waktu Wanida memperkenalkan mereka ke Pawut, Sompong langsung mengucap salam dengan sopan. Wkwkwk!

Sano juga hampir saja mengucap salam sebelum kemudian ingat apa yang sedang terjadi ini. Dia buru-buru menyeret Wanida, sementara Sompong terus merekam Pawut.


Segalanya kacau balau, Pawut dengan cepat menendang Sompong dan berusaha meraih Wanida, tapi malah jadi menarik selimut yang menutupi Wanida hingga terlepas.

Panik, Sano buru-buru menutupi Wanida dan menyembunyikan mereka bertiga di dalam toilet. Sementara Wanida memakai kemeja, Sano mengomelinya habis-habisan. Heran dia, bagaimana bisa Wanida ada di Singapura dan sejak kapan dia mengenal Pawut?

"Aku juga tidak tahu, Paman. Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku bisa masuk ke kamar ini."

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Sompong menyaranan sebaiknya mereka membawa Wanida keluar dari sini dulu, yang lain dipikir belakangan saja. Begitu pintu terbuka nanti, dia akan berusaha menghadang Pawut, lalu Wanida cepat-cepat keluar dari kamar ini. Ayo mulai, 1-2-3...


Tapi begitu membuka pintu, mereka malah mendapati Pawut sudah menunggu dengan membawa beberapa sekuriti dan menuntut mereka untuk menyerahkan ponsel mereka.

Sompong sontak balik ke toilet lagi. Mereka benar-benar bingung sekarang, apa yang harus mereka lakukan? Sano menyuruhnya untuk buka saja pintunya dengan kekuatan penuh lalu lari secepat mungkin.

1-2-3... Sano dan Sompong sontak membuka pintu dan saling bekerja sama mendorong orang-orang di sana dan berhasil keluar. Sayangnya Wanida lambat bergerak dan jadilah dia tertangkap dengan mudah oleh Pawut.


Para sekuriti terus mengejar Sano dan Sompong tanpa kenal lelah. Sano tiba duluan di dok, bingung harus bagaimana dan akhirnya menyembunyikan diri di tempat terdekat. Tapi tiba-tiba dia melihat Sano ditangkap kedua sekuriti.

Sompong berusaha menyelamatkannya, dan jadilah mereka terus kejar-kejaran keliling kapal hingga akhirnya mereka berhasil menangkap Sompong dan berusaha merebut ponselnya.

Dia langsung melempar ponsel itu ke Sano, dan jadilah Sano yang jadi sasaran sekarang. Sano sontak melempar ponsel itu ke Sompong, tapi Sompong gagal menangkapnya dan jadilah ponsel itu tercebur ke laut.


Wanida gugup harus menghadapi Pawut seorang diri. Pihak sekuriti datang tak lama kemudian dan melapor bahwa mereka sudah berhasil menangkap kedua pelaku. Tapi untuk sementara ini mereka hanya bisa menahan mereka di kapal, mereka akan memanggl polisi setelah mereka berlabuh nanti. Sedangkan ponsel itu sudah terjatuh ke laut.

Lega, Pawut mengusir mereka dan ganti menginterogasi Wanida. Siapa sebenarnya dia dan kenapa dia bisa ada di kamarnya? Wanida membela diri, dia tidak masuk ke kamarnya Pawut, tapi Pawut-lah yang masuk ke kamarnya.

"Kau berada di kamarku sekarang! Oh, aku tahu. Kau merencanakan semua ini dengan kakak iparmu, kan?"

Wanida menyangkal. "Rencana apa? Ini kamarku nomor 1560. Kalau kau tidak percaya, kau cek saja di luar."


Kesal, Pawut langsung menyeret Wanida keluar untuk memperlihatkan nomor kamar itu yang jelas-jelas kamar 1568. Menyadari kesalahannya, Wanida langsung memfokuskan mata minus-nya untuk melihat wajah Pawut lebih jelas.

"Bagaimana kau bisa masuk kamarku dengan memakai kartu kamarmu?"

"Aku sungguh tidak tahu."

"Aku juga tidak tahu. Aku cuma ingat aku minum dua tablet obat flu lalu aku merasa pusing. Tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku membuka pintu dan masuk ke kamar ini."

Pawut tak percaya dan menuduhnya cuma berakting sok melas. Wanida merencanakan semua ini bersama para kerabatnya itu mengancamnya kan? Wanida menyangkal, kenapa juga dia bekerja sama dengan mereka untuk membohongi Pawut? Dia juga tidak ingin ini terjadi.

"Aku punya pacar. Setelah insiden ini, bagaimana bisa aku menghadapi pacarku?"


Tapi Pawut ngotot tak memercayainya dan langsung mengusirnya. Saat itulah Pawut baru membaca pesan panjang dari Kaekai yang dengan penuh penyesalan menjelaskan bahwa dia tidak bisa ikut pesiar bersama Pawut demi mengejar karir baletnya.

"Tolong jangan marah padaku karena aku mengejar impianku. Kau tahu dengan baik seberapa banyak usahaku demi mencapai ini. Bagaimana bisa aku membiarkan kesempatan ini lolos? Kau mengerti situasiku, kan? Tolong biarkan aku melakukan hal yang kucintai dulu. Aku janji, aku pasti akan kembali padamu. Aku mencintaimu, Kaekai."


Wanida akhirnya kembali ke kamarnya dengan gugup. Tapi alangkah terkejutnya dia saat mendapati Thonwat malah tidur bersama Juju. Parahnya lagi, Thonwat dan Juju bahkan santai-santai saja dan tidak merasa bersalah sedikitpun seolah ini adalah hal yang sangat wajar dan normal.

Thonwat bahkan berbalik menyalahkan Wanida yang semalam menghilang entah ke mana. Melihat penampilan Wanida, Juju yakin kalau Wanida semalam juga pasti main serong dengan pria lain.

Pada saat yang bersamaan, Pawut baru melihat sepatunya Wanida yang ketinggalan dan berniat mengembalikannya. Tapi di depan kamarnya Wanida, dia malah melihat wanita lain baru keluar dan mendengar Wanida dihina sama Thonwat sebagai cewek gampangan.

Wanida berusaha membela diri dan menjelaskan situasinya. Tapi Thonwat bahkan tak peduli sedikitpun dan dengan sinisnya memberitahu Wanida bahwa dia hanya main-main dengan Wanida dan memanfaatkan uangnya Wanida.

"Kau sungguh-sungguh berpikir kalau aku mencintaimu? Aku seorang pengacara, aku punya masa depan yang bagus dalam karirku! Kalau orang-orang sampai tahu aku punya cewek bego sepertimu, aku bisa kehilangan martabatku!"


Mendengar itu, Pawut langsung masuk menyela mereka, membantu Wanida berdiri, dengan lembut menghapus air matanya, dan menyuruh Wanida memakai sepatunya. Tidak usah buang-buang waktu dengan orang semacam ini.

Thonwat tersinggung, "apa maksudmu dengan 'orang semacam ini'?"

"Orang yang bahkan tidak layak bicara pada cewek bego." Ujar Pawut lalu menyeret Wanida pergi bersamanya.


Melihat Wanida yang masih bersedih, Pawut sungguh tidak mengerti kenapa Wanida bersedih atas cowok idiot macam itu?

"Karena aku menyukainya. Dia satu-satunya orang yang tidak memperlakukanku seperti post-it note. Mungkin dia juga berpikir begitu, tapi dia baru memberitahuku hari ini."

"Post-it? Apa maksudnya itu?"

"Semua orang bilang bahwa aku seperti post-it. Sangat berguna, bisa ditempel di mana saja dan bisa dibuang kalau sudah selesai digunakan. Tak ada seorang pun yang akan ingat siapa aku."

Pawut mengerti, tapi apa yang dia tangisi? Dia kan cuma dicampakkan oleh pria, bukan berarti hidupnya berakhir kan? Wanida menegaskan bahwa ini karena dia menyukai Thonwat.

Dia bahkan menghabiskan kartu kreditnya hanya demi membeli tiket pesiar bersama Thonwat. Dia pikir Thonwat akan semakin mencintainya setelah ini dan melamarnya. Dia sungguh tidak menyangka malah akan jadi begini.

"Setidaknya sekarang kau tahu seburuk apa pria yang kau cintai itu. Cuma orang bodoh yang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kau beruntung karena bisa putus dari idiot itu."


"Aku tahu dia orang jahat, tapi kenapa kau meneriakiku? Apa kau juga sedih akan sesuatu?"

Pawut diam saja. Wanida jadi cemas, apa pacarnya Pawut mengetahui insiden yang terjadi pada mereka semalam? Dia bisa membantu Pawut menjelaskan pada pacarnya.

"Tidak perlu."

"Kenapa? Biarpun kau agak kejam, tapi kau memperlakukanku dengan baik. Aku tidak mau..."

"Kubilang tidak perlu! Kaekai tidak datang! Dia mencampakkanku, makanya aku jadi gila! Puas?!"

"Maaf."

"Buat apa kau minta maaf?!"


Wanida jadi semakin gugup dan sedih mendengar teriakannya. Menyadari itu, Pawut langsung melunak lalu mengajak Wanida pergi. Ke mana? Tanya Wanida.

"Aku ingin semua orang melihat nilaimu. Ingat, mulai sekarang, kau bukan post-it note, melainkan lintah pemberani. Jika ada orang yang ingin menyingkirkanmu, kau akan mencakar kulit mereka."

Dia lalu membawa Wanida ke salon untuk di-makeover secantik mungkin. Tapi Pawut tidak cepat puas dan terus minta Wanida ganti baju berulang kali sampai akhirnya Wanida tampak begitu anggun memakai gaun hitam, dan baru saat itulah Pawut menyetujui penampilannya.

Dia lalu membawa Wanida pergi bersamanya, tapi Wanida agak canggung soalnya dia tidak terbiasa dengan baju semacam ini.

"Santai saja. Selalu ada saat pertama untuk segala hal, kau cuma perlu relax dan biasa saja seolah kau cuma sedang shopping bareng temanmu."


Dia lalu menawarkan tangannya dan menyuruh Wanida menggandengnya. "Biar nanti kalau kau mau jatuh, aku bisa menyelamatkanmu tepat waktu." Canda Pawut.

Wanida pun menggandeng tangannya dengan patuh, dan Pawut menggunakan dua jarinya untuk membuat Wanida tersenyum.


Bersama-sama, mereka masuk ke dalam kasino di mana Thonwat sedang main dengan ditemani Juju. Wanida langsung tegang saat melihat Thonwat, tapi Pawut langsung menggandeng tangan Wanida dan membawanya ke mejanya Thonwat, menarikkan kursi untuknya dan sengaja membelai punggung Wanida untuk semakin memanas-manasi Thonwat.

"Berapa banyak kami memulai taruhan?" Tanya Pawut.

"Kurasa 5 ribu." Saran Wanida.

"Kalau begitu 5 juta."

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam