Sinopsis Memory Lost Season 3 Episode 9 - 2

Sinopsis Memory Lost Season 3 Episode 9 - 2


S pulang dan semua orang langsung berkumpul. S tanya, selain kegembiraan dalam membunuh, apa lagi yang ada dalam hidup ini?

"Kepercayaan," jawab M "Merasakan seni darah dan sensasi membunuh."

"Kami semua diabaikan oleh dunia sebelumnya. Mengikutimu, membuat hidup kami berarti." Ujar T

"Kau adalah keyakinanku," sahut A

"Bakat kami menentukan kalau kami tidak normal. Kami hanya akan mengikutimu," timpal R

"Benar. Orang normal," sinis S misterius yang jelas membuat para anak buahnya kebingungan.


Dia lalu pergi untuk melukis wajah Su Mian sembari mengingat kenangan masa kecilnya yang sangat berat.

Flashback.


Ayahnya menyuruhnya untuk merangkak di atas tangga bambu menyeberang dari kontainer pertama ke kontainer kedua.

S merangkak dengan takut-takut. Tapi kemudian, Ayah S menakutinya dengan menembaki tangga itu hingga membuat S terpaksa harus merangkak lebih cepat sebelum tangga itu putus.

"Ingatlah, hidupmu menentukan kelangsungan hidup atau kematianmu. Dunia ini tidak akan memberimu banyak kesempatan untuk bertahan hidup. Kalahkan kematian atau pilih kematian."


Suatu hari, S dimasukkan ke sebuah tempat kumuh yang penuh bule gelandangan. Saat Ayah S melempar makanan, mereka semua langsung berebut. Inilah contoh yang Ayah S tunjukkan tentang insting pertahanan hidup.

"Jika kau tidak kuat. Jika kau ragu karena kebaikan hati konyolmu, maka kau lah yang akan mati kelaparan."

Ayah S memberi waktu satu bulan agar S bisa belajar bertahan hidup dengan mengurungnya di tempat itu. Pilihannya cuma dua, mati kelaparan di sana atau keluar menjadi orang yang paling kuat.

Saat Ayah S melempar makanan berikutnya, S langsung ikut berebut bersama yang lain. Saat seseorang menyenggolnya, S dengan kejamnya mengambil tongkat bambu dan menghajar siapapun yang menghalangi jalannya.

Dia mulai ditakuti hingga saat makanan berikutnya dilempar, semua orang langsung minggir dan membiarkannya mengambil makanan itu. Ayah S pun puas.

 

Berdiri di tepi atap gedung tempat kematian Ayahnya Su Mian, S teringat ucapan Ayahnya bahwa satu-satunya hal yang perlu dia rasakan hanyalah kesenangan membunuh.

"Itu adalah puncak hasrat manusia, bahkan jauh lebih candu daripada opium. Puaskan sensasi itu di dalam kedalaman neraka."

Tapi S juga teringat ucapan Ayah Su Mian bahwa Ayah S tidak bisa merasakan cinta di dunia ini, tidak bisa merasakan kehangatan ataupun kebahagiaan. Jika dia tidak berhenti, maka dia akan tenggelam dalam kegelapan tanpa akhir.


Suatu hari saat dia membuntuti Su Mian kecil, dia melihat Su Mian menolong seekor puppy kecil tak berdaya. Su Mian membuatkannya sebuah rumah dari kardus dan juga memberinya makanan dan minuman.

S penasaran. "Apakah itu yang namanya cinta?"

Flashback end.


S menyelesaikan lukisannya dengan melukis huruf S di gambar lengan Su Mian. (Jadi S itu singkatan dari Su Mian?)


Han Chen dan Jin Xi tiba di TKP mayat red spider lily. Yang lebih mencengangkan, mereka mendapati puluhan foto-foto kematian berbagai korban dalam berbagai versi terpajang di dinding.

Su Mian bertanya-tanya apakah wanita ini terlibat dalam kasus penipuan itu? Han Chen berkata kalau itu masih diselidiki saat ini. Tapi Han Chen menduga dia terlibat.


"Bagaimana denganmu, Guru Su? Jika kau menggunakan psikologi kriminal untuk menyelidikinya, kau punya saran hebat apa?"

Jin Xi menduga kalau si pembunuh kali ini agak terlalu terburu-buru dan tanpa persiapan dilihat dari jejak-jejak yang mereka temukan di TKP ini. Dia juga yakin kalau M tidak sendirian waktu itu.

Dilihat dari tumpahan kopo di meja, dia yakin kalau M waktu itu sedang ngobrol dengan seseorang. Dan topik yang mereka obrolin adalah sesuatu yang membuat mereka antusias.

Han Chen cuma menatapnya dengan bangga. Su Mian makin pede meneruskan analisisnya. Karena ada tumpahan kopi, jadi mereka bisa mengekstrak DNA si M itu agar mereka bisa mengetahui identitasnya.


Su Mian rasa kali ini mereka cuma perlu fokus menangkap salah satu dari sindikat penjahat itu. Dengan begitu, mereka bisa menemukan seluruh grup. Tapi tentu saja, itu artinya dia harus menyiapkan misi besar nantinya.

"Baiklah, demi memberi Guru Su waktu untuk menyiapkan rencana besarnya, bagaimana kalau kau kembali dan istirahat saja? Setelah mereka mengkonfirmasi identitas tersangka, aku akan menghubungimu sesegera mungkin. Lagipula, kau kan murid favoritnya Prof Xu yang terkenal itu."

"Tentu saja," kata Su Mian bangga lalu pergi.


Xin Jia sedang jalan sambil menelepon A saat seorang anak kecil tak sengaja menubruknya dan tak sengaja membuat ponselnya Xin Jia terjatuh. Anak itu langsung minta maaf, tapi Xin Jia dengan kejamnya memerintahkan gadis kecil itu untuk memungut ponselnya sampai anak itu menangis. Xin Jia malah semakin kejam merebut balon anak itu.

"Jika aku tidak bisa memilikinya, maka tak ada seorangpun yang bisa memilikinya." Geram Xin Jia lalu meremas balon itu sampai pecah yang sontak membuat tangis anak itu semakin keras. Ibunya datang saat itu dan jelas saja dia langsung marah pada Xin Jia. Masa bodoh, Xin Jia pun pergi.


Su Mian dan Han Chen makan bersama teman-temannya Han Chen. Tapi saat mereka bersulang, Han Chen langsung menuang wine-nya Su Mian ke gelas si Monyet dan menukarnya dengan jus jeruk miliknya.

Monyet langsung protes. Han Chen tidak peduli, dia sendiri tidak boleh mabuk karena nanti harus mengantarkan Su Mian pulang. Monyet penasaran, Su Mian tidak bisa minum atau Han Chen yang tidak memperbolehkannya minum?

"Aku mengaku. Aku tidak memperbolehkannya minum."

"Kenapa dia tidak boleh minum? Jelaskan."

 

"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Apa kau iri karena aku sangat peduli dengan istriku? Lagipula, jika aku tidak menyetir hari ini, kuharap kalian akan membuatku mabuk. Dengan begitu, aku jadi punya alasan agar dia membawaku pulang."

Su Mian jelas malu dan langsung mencubitnya sebal. Sementara mereka sibuk makan dan bercanda tawa, A muncul mendekati mobilnya Han Chen dengan senyum licik. Monyet tanya kapan mereka berencana menikah?


"Begitu dia lulus, aku akan menikahinya."

"Eh, itu tidak benar. Kau bahkan tidak tahu apakah dia akan menikah denganmu atau tidak."

"Betul, betul."

"Pekerjaanmu itu sangat beresiko, jadi istri polisi tidak mudah. Bagaimana menurutmu Xiao Su?"

Semua orang kontan bersorak menyemangati Su Mian untuk menikahi Han Chen. Malu, Su Mian langsung menghindar dengan alasan mau mengambil barangnya yang ketinggalan di mobil.

 

Dia berjalan ke mobil berpapasan dengan A yang diam-diam meliriknya licik. Su Mian santai saja masuk mobil untuk mengambil sesuatu. Tapi saat dia hendak ngaca, dia malah mendapati pesan singkat dari A: Bang!

Cemas, Su Mian langsung mengecek lantai mobil. Tak menemukan apapun, Su Mian memakai cermin untuk melihat ke bawah kursi dan di sanalah dia menemukan bom itu.


Su Mian sontak gemetar ketakutan dan tak berani bergerak. Dia langsung menelepon Han Chen dan menyuruh Han Chen untuk mengeluarkan semua orang dari restoran. "Di mobilmu, ada bom."

"Xiao Mian, jangan bergerak. Aku akan datang!" Han Chen dkk pun bergegas mengeluarkan semua orang dari tempat itu. Sementara yang lain menjauh dari sana, Han Chen mendatangi Su Mian dan mengecek bom itu.


"Han Chen, di sini sangat berbahaya. Aku tidak tahu kapan bomnya akan meledak. Cepatlah pergi dan jangan mengkhawatirkanku."

Tapi Han Chen menolak pergi. "Apa kau tahu betapa manisnya kau saat ini?"

"Bisa tidak kau jangan bercanda di saat seperti ini?"

Han Chen memperingatkannya untuk tidak bergerak. Berusaha menghiburnya, Han Chen mengecupnya. "Xiao Mian, kau akan baik-baik saja selama ada aku. Penjinak bom akan segera datang, jangan takut."


Tapi Su Mian tidak bisa menghapus ketakutannya dan memutuskan untuk memberikan pulpen recording miliknya itu pada Han Chen sebagai kenangan. "Jika hari ini aku..."

"Tidak akan terjadi apapun! Aku akan menyimpan pulpen ini dulu, tapi yang ingin kudengar bukanlah suara yang berasal dari rekaman, aku ingin mendengar suaramu bicara padaku setiap hari."


Tak mereka sadari, E dan A menonton mereka dari kejauhan. A berdecak nyinyir, sungguh pemandangan yang mengharukan. E kesal melihat pemandangan itu, jelas itu bukan hasil yang dia inginkan dari rencana mereka ini.

"Maaf, aku hanya bisa membantumu sampai di sini karena aku tidak akan membunuh orang yang S cintai."


Polisi datang tak lama kemudian, A pun pergi untuk menonton bersama para penonton lainnya. Penjinak bom mengecek bom itu dan melapor kalau itu bom kecil lalu beraksi menjinakkannya, dan Han Chen tetap setia mendampingi Su Mian.

Begitu bom itu mati, Han Chen langsung menarik Su Mian keluar dan memeluknya erat-erat. Tapi ternyata mereka belum aman, tiba-tiba saja terdengar waktu berdetik. Ternyata ada bom kedua dan kali ini bom waktu dan cuma tinggal 20 detik.


Tidak ada waktu, semua orang sontak berlari menjauh dari sana. Han Chen pun membawa Su Mian melarikan diri. Semua penonton pun berlarian panik. Cuma A yang jalan santai.

Tanpa mencurigai keanehannya, Su Mian langsung menyambar lengan baju A dan menyeretnya berlari bersamanya dan menariknya menunduk saat bom itu hampir waktunya meledak. Tapi bom itu tidak meledak, malah dari dalamnya cuma muncul sebuah boneka badut yang seolah mengolok mereka.

A tampak begitu tercengang dengan perhatian Su Mian itu. Su Mian terus menggenggam tangannya dan mengkhawatirkannya. "Adik, apa kau tidak apa-apa?"


Canggung, A buru-buru menarik tangannya lalu menjauh untuk menekan remote controlnya dan seketika itu pula mobil itu meledak. Kesal, Han Chen bersumpah kalau dia pasti akan menemukan pelaku dibalik semua ini.


Tak lama kemudian, Han Chen mengantarkan Su Mian pulang. (Err... perasaan itu mobil udah meledak deh tadi. Dia dapat mobil baru secepat itu?)

Su Mian masih tegang karena kejadian hari ini. Secara bersamaan, mereka mau mengatakan sesuatu. Han Chen mengalah dan membiarkan Su Mian bicara duluan.

"Aku ingin berterima kasih untuk hari ini. Untunglah kau ada di sana."

"Aku akan selalu ada di sini."


Tersentuh, Su Mian menyuruh balik sekarang. Han Chen mau mengantarkannya, tapi Su Mian menolak. Tapi saat Su Mian hendak membuka pintu, Han Chen tiba-tiba mencegahnya lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Su Mian... untuk menciumnya?

Su Mian pun langsung menutup mata menantikan ciuman Han Chen. Tapi Han Chen mendadak berhenti di tengah jalan dan tersenyum melihat reaksi Su Mian. Dia langsung membukakan pintu dan menggodanya. "Nona Su, apa yang kau pikirkan?"


Malu, Su Mian pun bergegas keluar. Han Chen berkata kalau dia akan menjemput Su Mian besok. "Aku akan menyikat gigiku dan kau akan mendapatkan keinginanmu saat itu."

"Brengsek!" Rutuk Su Mian lalu berlari ke apartemennya sambil dadah-dadah.


Di markas Sindikat Alfabet, S sedang menonton rekaman Su Mian yang dia rekam diam-diam. A datang menghadap tak lama kemudian dengan gugup. S pasti sudah mengetahui perbuatannya tadi.

"S... aku... aku cuma main-main. Aku tidak pernah berniat membunuhnya. Tanpa izinmu, kami tidak akan menyakitinya."

S cuma diam lalu mem-pause bagian rekaman yang memperlihatkan Su Mian saat sedang jalan.

Bersambung ke episode 10 

Post a Comment

0 Comments