Sinopsis Memory Lost Season 3 Episode 9 - 1

Sinopsis Memory Lost Season 3 Episode 9 - 1


Kesal setelah mendengar ucapan ayahnya tadi, K pergi menemui M yang sedang sibuk melukis mayat korbannya dengan warna hitam dan merah. Dia menyadari tempat itu sangat dingin. M menjelaskan kalau dia perlu suhu yang dingin agar bisa mempertahankan postur mayat ini.

Puas melukis, M lalu memotreti mayat yang dia tempatkan di atas lukisan bunga red spider lily itu sambil nyerocos antusias tentang bunga red spider lily yang merupakan lambang kematian.

"Saat bunga merahnya mekar, dedauan hijaunya akan layu. Bau darah akan memenuhi dunia. Tumbuh di sudut neraka yang paling gelap, seperti cakar iblis, perlahan menggapai kehidupan. Dia memiliki nama yang cantik, keindahan kematian. Ini adalah mahakaryaku"


"Ucapanmu dan umurmu sangat tidak sesuai, tapi aku menghargainya." Komentar K. "Orang yang menghargai keindahan kematian sekarang ini semakin berkurang walaupun kita selalu mengingatkan mereka bahwa malaikat pencabut nyawa berada di dekat mereka dan jangan takut akannya."

"Ayahmu juga tidak tahu kalau putranya sendiri juga seorang malaikat pencabut nyawa."

K rasa ayahnya tahu, hanya saja ayahnya tidak mau mengakuinya dan memilih untuk mengabaikannya. Makanya ayahnya tak pernah tanya dan tak pernah peduli dengan pemikiranku.

Pemikiran mereka berdua sangat berbeda dan ayahnya hanya bisa berdiskusi dengan juniornya. Menurut M, itu tidak buruk kok, setidaknya K masih memiliki mereka.


K memberitahu bahwa juniornya yang menginvestigasi kasus ini, sangat berbakat. Dia bahkan sudah menemukan beberapa hal dalam kasus L. Karena itulah, dia menyarankan mereka diam dulu untuk sementara waktu. Dia tidak mau membereskan kekacauan yang mereka buat.

"Jika dia sangat berbakat, maka biarkan aku keluar selanjutnya." Ujar M. "Aku mau lihat seberapa berbakatnya dia. Tapi aku khawatir kalau seseorang tidak akan membiarkanku menyentuhnya."

"Semudah itukah? Melihat cepatnya dia menginvestigasi kasus, kurasa pasti akan banyak rencana yang akan dilaksanakan lebih awal. Yang harus kita lakukan adalah go with the flow. Berdasarkan pemahamanku akan mereka, kau akan segera bertemu mereka. Bersiaplah."

Setelah K pergi, M pun pergi dengan hanya meninggalkan identitasnya, M.


Di kantor polisi, Su Mian memperlihatkan beberapa profil para tersangka yang mereka gambar dari deduksi sebelumnya. Tapi dia mengaku bahwa dia dan Prof Xu sepakat bahwa para pembunuh ini tidak ada hubungan dengan kasus penipuan finansial itu.

Para pembunuh ini tergabung dalam sebuah sindikat yang bertujuan untuk membunuh para pelaku kasus penipuan itu.

"Kau menyimpulkan itu dengan psikologi kriminalmu?" Tanya Han Chen

"Psikologi kriminal bisa menggambarkan potret pelaku. Tapi, kasus ini cukup unik karena semua pembunuhnya beda-beda orang dan hubungan antar pembunuh belum terlalu jelas. Jadi profiling terhadap mereka masih belum begitu efektif."


"Kalau begitu, menyerahlah dengan konsepsimu itu dan dengarkan deduksi investigasi tradisional." Ujar Han Chen yang sontak membuat Su Mian kesal.

Sejauh ini mereka masih belum menemukan petunjuk. Karena itulah, Han Chen menyarankan agar mereka mengubah sudut pandang mereka dan menebak siapakah yang akan menjadi korban berikutnya.

"Pelaku mulai memamerkan kejahatan mereka. Jadi kupikir mereka pastilah membentuk sebuah tim, dan pasti ada lebih dari 3 anggota dari yang sudah kita ketahui. Jadi jika ingin menemukan petunjuk, kita harus menebak siapa korban berikutnya."


"Maksudmu kita hanya perlu duduk dan menunggu si pembunuh muncul?" Sinis Su Mian.

"Bukankah menurutmu itu sangat beresiko?"

"Tentu saja."

Investigasi tradisional itu mengandalkan pemahaman akan diri sendiri dan orang lain, karena itulah mereka harus bergerak sebelum si pembunuh beraksi.

"Saat mereka muncul di hadapan kita, kita bisa dengan mudah melihat penyamaran mereka. Bagaimana? Tidak mengerti?" Goda Han Chen.

Su Mian cuma mendengus sebal dan membuat Han Chen geli melihatnya. Serius lagi, Han Chen menyarankan agar mereka melindungi siapapun yang terlibat dalam penipuan itu. Dengan begitu, si pembunuh pasti akan muncul.


Su Mian berjalan pulang sambil menggerutui Han Chen dan investigasi tradisional yang selalu diagungkan Han Chen itu. Memangnya apa bagusnya investigasi itu?

"Menyerahlah dengan psikologi kriminalmu dan dengarkan investigasi tradisionalku. Aku sungguh tak tahu apa yang dia mau sebenarnya."


Tiba-tiba Han Chen muncul dan memarkir mobil di depannya. Su Mian sontak berbalik melarikan diri darinya. Tapi Han Chen dengan cepat menangkapnya lalu membopongnya paksa ke dalam mobil, memakaikan sabuk pengaman untuknya lalu membawanya pergi.


"Han Chen, kau mau apa? Belajar menculik sandera?"

"Kau boleh panggil polisi... Oh, maaf. Akulah polisinya." (Pfft!)

"Brengs*k! Kau mau membawaku ke mana?"

"Kau tidak mungkin senaif itu kan sampai berpikir kalau penculik akan memberitahu sanderanya tentang ke mana tujuannya?"

"Terserah."


Dan ternyata Han Chen menculik Su Mian ke bioskop nonton film romantis yang jelas membuat Su Mian jadi malu. "Kau menculikku, bukankah seharusnya kita nonton film detektif? Apa pantas membawa sandera menonton film romantis?"

"Nonton film dengan gadis cantik adalah satu-satunya motivasi hidupku saat ini. Kau harus menontonnya biarpun kau tidak mau."

"Karena kau punya selera yang bagus, aku akan mencoba menontonnya bersamamu sekali ini."


Sayangnya, Han Chen ditelepon seseorang saat itu yang mengharuskannya untuk pergi sekarang, ada masalah di kantor polisi. Han Chen menyesal tidak bisa lanjut nonton, tapi dia janji akan menggantinya lain hari.

Su Mian mau ikut pergi, tapi Han Chen mencegahnya dan meminta Su Mian untuk nonton film itu sampai selesai dan ceritakan padanya saat Su Mian balik nanti.

 

Tapi begitu Han Chen pergi, seorang pria yang sedari tadi duduk di belakang, tiba-tiba pindah ke samping Su Mian. Dia cuma duduk diam tanpa melakukan atau mengatakan apapun dan Su Mian pun tak mempedulikannya.


Di rumahnya, Xin Jia mengumpulkan banyak sekali foto-fotonya Han Chen yang dipotretnya diam-diam, termasuk foto pernikahan editannya dengan Han Chen. Tapi di salah satu foto, kali ini ada fotonya Su Mian juga. Dia lalu menelepon seseorang.


Keesokan harinya, Su Mian pergi menemui Xin Jia di sebuah restoran. Su Mian tidak mengenalnya, tapi Xin Jia tiba-tiba menghadiahkan sebuah boneka pada Su Mian.

"Sebenarnya aku tidak suka berbagi milikku dengan orang lain. Tapi kalau kau menyukainya, aku akan memberikannya padamu. Perlakukan dengan baik dan jangan menginginkan milikku yang lain."

Su Mian jelas bingung apa maksudnya, Xin Jia mengajak ketemuan cuma untuk memberinya boneka ini?

"Bukankah ini cara paling adil untuk menyelesaikan masalah kita?"


Su Mian semakin bingung. "Apa kau mengalami sesuatu yang sangat serius atau kehilangan sesuatu? Aku bertanya karena kau bilang kalau kau adalah orang yang tidak suka berbagi milikmu dengan orang lain. Berarti kau wanita yang sangat posesif."

Posesif itu normal dan menunjukkan kurangnya percaya diri. Boneka ini sepertinya sudah cukup tua tapi sangat bersih, jadi ini pasti boneka kesayangan Xin Jia kan?

Jika Xin Jia tidak suka berbagi dengan orang lain tapi dia rela memberikan boneka ini padanya, berarti Xin Jia ingin menggunakan boneka ini untuk menukarnya dengan sesuatu yang lebih penting.

Tapi Su Mian yakin kalau dia sama sekali tak memiliki apapun untuk ditukar dengan Xin Jia. Su Mian menduga kalau dulu mereka berdua pernah bertemu dan Su Mian membuat Xin Jia kehilangan sesuatu. Apapun itu, dia meminta maaf.


Xin Jia diam saja dengan senyum tersungging di wajahnya. Tapi Su Mian bisa melihat jelas kalau Xin Jia sedang berusaha keras menahan amarahnya dilihat dari cara Xin Jia mencengkeram tangannya sendiri erat-erat.

Tidak baik menahan emosi. Karena itulah, Su Mian menyarankan agar Xin Jia mendatangi psikiatri. Jika dia diam terus, lama kelamaan dia akan capek secara emosional. Dan begitu kesabarannya habis, dia akan hancur.

Su Mian mengembalikan boneka itu. "Jika ini milikmu, maka ini akan menjadi milikmu. Jika ini bukan milikmu, kau bahkan tidak akan bisa menyimpannya."

Su Mian lalu pergi, meninggalkan Xin Jia dalam kegilaannya.


Di tempat lain, beberapa polisi sedang menyamar dan mengamati orang-orang yang mencurigakan di sekitar sana. Saat Su Mian tiba di kantor polisi, dia melihat Han Chen dan yang lain sedang mengamati rekaman CCTV.

Awalnya tak ada sesuatu yang mencurigakan, tapi saat seorang pria tampak di layar, Han Chen ingat kalau orang ini juga pernah muncul di rekaman sebelumnya. Dia lalu menyuruh seorang petugas untuk mengeceknya dan ternyata benar.

Han Chen menyimpulkan bahwa para pembunuh ini benar-benar sudah sangat siap sebelum beraksi. Sebelumnya mereka tidak pernah tampak dalam rekaman, juga tak pernah meninggalkan apapundi TKP kecuali huruf-huruf yang merupakan representasi diri mereka.

Mereka pastilah membuntuti dan mengawasi korbannya dulu sebelum mereka melakukan kejahatan mereka. Karena itulah, Han Chen memerintahkan mereka untuk mengecek semua rekaman di sekitar target berikutnya.


Dengan begitu, mereka akan bisa menemukan rekaman si pelaku saat mereka sedang membuntuti target mereka. Semua orang langsung terkagum-kagum dengan kehebatan Han Chen.

Han Chen malah langsung menggodai Su Mian dengan membanding-bandingkan kehebatan investigasinya yang jauh lebih bisa diandalkan daripada psikologi kriminal. Su Mian langsung kesal. Iya deh, prosedur investigasi modern lebih bisa diandalkan, puas?

Semua orang jelas langsung berpaling menatap mereka. Han Chen buru-buru memberi perintah untuk terus mengamati semua rekaman lalu mengajak Su Mian pergi.


"Mau melakukan apa? Apa kita dekat?" Kesal Su Mian.

"Enggak juga kau tetap harus pergi," paksa Han Chen sambil menarik tangan Su Mian.

Su Mian berusaha mencegahnya, tak enak dilihat yang lain. Han Chen masa bodoh dan langsung saja menyeretnya.

"Orang asing mau pulang sekarang, yah?" Goda salah satu petugas.

"Apanya yang orang asing? Dia itu sudah jadi bagian dari keluarganya, jadi tentu saja dia harus pergi bersama walinya." Sahut petugas lainnya

"Jangan bercanda!"


Saat Su Mian masih saja berusaha melawan, Han Chen langsung membopongnya lalu memasukkannya ke dalam mobil.

"Apa kau tidak dengar apa kata mereka? Kau sekarang bagian dari keluargaku."

"Tapi aku tidak suka kau, keringatmu bau."

"Hari ini weekend, bagaimana kalau kita pergi melakukan sesuatu?"

"Melakukan apa?"

"Monyet bilang kalau mereka mau ketemuan makan malam bareng sore ini lalu kita bisa pergi ke bar. Bagaimana? Mau pergi?"


Su Mian tidak mau. Dia tidak terlalu suka tempat berisik. Baiklah. Kalau begitu, Han Chen juga tidak akan menyukai tempat berisik. Su Mian langsung tersenyum mendengarnya. "Penurut sekali."

"Betul sekali. Karena aku sangat penurut, bukankah seharusnya kau memberiku hadiah?" Kata Han Chen sambil nyodorin pipi. Su Mian menolak, mereka kan tidak punya hubungan, kenapa juga dia musti ngasih hadiah?

"Hadiahmu adalah jawaban untuk hubungan kita."


Mendengar itu, Su Mian pun menjawabnya dengan meremas tangan Han Chen. Tapi Han Chen tidak puas dengan hanya jabat tangan perlambang perdamaian dunia dan langsung mengecup bibir Su Mian.


Tak mereka sadari, L dan S sedang menyaksikan mereka dari kejauhan. L memberitahu S bahwa pria itu adalah Han Chen dan dialah polisi yang sedang menangani kasus mereka. Dia dan Su Mian sepertinya mulai dekat belakangan ini.

L merasa sudah saatnya mereka menyingkirkan Han Chen sekarang. Mereka akan langsung bertindak begitu S memberi perintah. Tapi S langsung mencegahnya lalu keluar sendirian.

L lalu menghubungi teman-temannya dan memberitahu mereka kalau S sedang bad mood dan memperingatkan mereka untuk hati-hati bicara saat S kembali nanti.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments