Sinopsis Memory Lost Season 3 Episode 8 - 2

 Sinopsis Memory Lost Season 3 Episode 8 - 2


Panik karena belum juga menemukan ruang konferensi, Su Mian menghentikan sikap angkuhnya dan memohon pada Han Chen untuk mengulangi informasinya tadi, tapi lebih pelan sedikit.

"I...ku...ti...aku~~~" Kata Han Chen sepelan mungkin. "Ayo, kuantar kau."

Su Mian ragu, tapi akhirnya dia memutuskan mengikuti Han Chen. Setibanya di ruang konferensi, Su Mian sudah ditunggu temannya yang sudah cemas menunggunya sedari tadi dan Han Chen pun langsung pergi.


Temannya kaget melihat Han Chen mengantarkan Su Mian, dia kenal Han Chen? Kapan mereka ketemu? Su Mian bingung, siapa?

"Jangan pura-pura. Orang barusan. Kalau kau tidak mengenalnya, kenapa juga dia membawamu kemari. Kukasih tahu, dia itu salah satu polisi terbaik di satuan kami. Bukan cuma kaya, dia juga tampak. Dan ini pertama kalinya aku melihatnya bersama seorang wanita."

"Aku tidak kenal orang brengs*k seperti dia. Kalau kau tidak memberitahuku, aku bahkan tidak akan tahu namanya."

Mendengar ini pertama kalinya Han Chen bersama wanita, Su Mian mengira tak ada seorang wanita pun yang peduli padanya. Maklum sih, mulutnya kotor gitu. Siapa juga yang mau bicara padanya.

"Kau benar. Bahkan para pria pun tidak tahan padanya. Ayolah, meetingnya sudah mau dimulai."


Semua orang sudah menunggu saat Su Mian masuk ruang konferensi tak lama kemudian, termasuk Han Chen yang duduk di seberangnya. Ternyata biarpun hampir telat, Su Mian barusan masih menyempatkan diri untuk keramas.

Rekan sebelahnya heran, kenapa juga dia keramas sore-sore, lain kali keramas malam saja. Su Mian berbisik kalau dia sebenarnya ingin keramas tadi pagi, tapi berhubung dia takut bakalan tersesat, jadi dia datang lebih awal.

"Ini magang pertamaku, aku harus terlihat baik dan mendapat nilai sempurna."

Han Chen nyinyir, seharusnya dia menguncir rambutnya. Su Mian menurutinya dan menguncir rambutnya, seperti ini? Han Chen malah cuma diam lalu mengalihkan tatapannya dan membuat Su Mian mendengus sebal.


Kepala Polisi dan Profesor Xu (Ayahnya Nan Bo) datang tak lama kemudian. Ia dan Su Mian saling berpandangan sebelum rapat dimulai. Rapat kali ini adalah membahas pembunuhan dan Kepala Polisi mempersilahkan Prof Xu untuk menyatakan pandangannya akan kasus ini dari sudut pandang psikologi krimial.

Tapi Prof Xu memberikan kesempatan itu pada Su Mian, murid terbaiknya yang sekarang magang di sini. Han Chen diam-diam tampak tertarik saat mendengar nama Su Mian disebut.


Su Mian pun mulai mempresentasikan pendapatnya. Menurutnya, si pelaku adalah seorang pria muda. Berdasarkan bukti-bukti dari TKP, Su Mian menduga kalau si pelaku masuk lewat jendela dan keluar lewat pintu.

Si pelaku tidak panik sama sekali selama dia melakukan pembunuhannya, dia malah sangat tenang. Jadi dia menyimpulkan kalau si pembunuh ini mengerti tentang metode investigasi polisi.

Dia yakin kalau si pelaku pastilah mengenal korban sebelumnya dan familier dengan rumah mereka, tapi dia tidak menganggap dirinya sendiri sebagai teman atau kerabat korban, tidak pula memiliki hubungan finansial atau hubungan romantis dengan korban.

Dia menduga bahwa si pelaku mungkin tinggal di dekat korban dan sering kontak dengan korban, tapi dia tidak mendapat keuntungan apapun dari kematian korban. Karena itulah, dia menyarankan agar mereka menginvestigasi orang-orang yang berprofesi semacam tukang ledeng atau deliverymen atau tetangga sekitar korban.

Han Chen tersenyum sinis mendengar analisisnya Su Mian. Segitu saja investigasinya Su Mian dan dia pun duduk kembali. Kepala Polisi lalu menyuruh Han Chen mengungkap pendapatnya.


Han Chen mengklaim kalau dia sudah membuat kesimpulan lalu mulai menyebutkan berbagai kesimpulan yang sebenarnya sama dengan kesimpulannya Su Mian, tapi dia mengungkapnya dari analisis yang berbeda.

Berdasarkan jejak kaki di jendela, dia menyimpulkan bahwa tinggi si pelaku sekitar 170-175cm dan beratnya sekitar 60-70kg. Dengan menggunakan analisis gaya berjalan, Han Chen menebak kalau si pelaku masih muda.

Dan karena hanya ada jejak kaki masuk tapi tidak ada jejak kaki keluar, artinya si pelaku masuk lewat jendela dan keluar lewat pintu. Karena dia membunuh 5 orang, wajar kalau sepatunya bersimbah darah dan meninggalkan jejak kaki berdarah.

Tapi tidak ada jejak kaki di pintu dan di koridor, jadi si pelaku pasti mencopot sepatunya saat dia pergi. Tapi jika dia berjalan tanpa alas kaki, pasti akan menarik perhatian satpam. 


"Tapi karena tak ada laporan semacam itu dari para saksi, jadi tak ada alasan untuk meyakini bahwa si pembunuh tinggal di sekitar area, atau bahkan tetangga yang tinggal di dekat korban." Ujar Han Chen sambil menatap Su Mian seolah mengejeknya.

Han Chen malah sebenarnya sudah menginterogasi seorang pria yang tinggi dan berat badannya sesuai kriteria si pembunuh. Mendengar itu, Kepala Polisi langsung memerintahkan yang lain untuk menangkap si tersangka.


Meeting dibubarkan dan Su Mian langsung beranjak pergi dengan kecewa. Prof Xu berusaha menyemangatinya. Apa yang Su Mian katakan tadi sebenarnya bagus kok, hanya saja investigasi tradisional itu terkadang lebih tepat.


Begitu Prof Xu pergi, Han Chen terus saja menabur garam di atas luka dengan mengolok-olok psikologi kriminal yang menurutnya tidak bisa diandalnya.

"Apa yang kau katakan tadi, telingaku sampai panas rasanya dan aku masih harus menulis laporan. Aku tidak ingat apa yang kau katakan tadi, jadi kau tulislah bagianmu sendiri."

"Terserah!" Kesal Su Mian lalu pergi.


Rekan-rekan Han Chen kontan mengomeli Han Chen dan menyuruhnya untuk meminta maaf pada Su Mian. Jika nanti setelah Su Mian lulus dan dia tidak bergabung ke dalam satuan mereka, tim mereka pasti akan membenci Han Chen.

Han Chen menolak, dia tidak salah kok. Dia lalu pergi, bahkan mengabaikan tugasnya yang seharusnya pergi ke TKP.


Su Mian menggerutu seorang diri saat dia berusaha mengerjakan laporannya. "Ah, sudahlah. Dia kan sudah lulus setahun dan memecahkan banyak kasus. Dan kau cuma seorang intern. Tentu saja kau kurang ahli. Tapi biarpun begitu, itu tidak bisa membuktikan kalau psikologi kriminal itu kurang efektif dibanding investigasi tradisional!"

"Membuktikan apa?" Tanya Han Chen yang ternyata sedari tadi mendengarkannya di belakang.


Malu, Su Mian mau beranjak pergi. Tapi Han Chen langsung mencegahnya dan meminta maaf atas ucapannya tadi.

"Jadi kau tahu kalau kau salah? Kalau begitu, bagaimana kau akan menebusnya?"

"Aku akan mentraktirmu makan malam."

"Oke. Tapi kau harus menunggu."

Baiklah. Han Chen tunggu di parkiran. Dia langsung pergi dan Su Mian langsung senyum lebar lalu buru-buru merapikan penampilannya.


Malam harinya, Han Chen membonceng Su Mian di motornya. Tapi di tengah jalan, Han Chen tiba-tiba melihat sebuah mobil yang sepertinya membuntuti mereka. Dia langsung mempercepat motornya sampai membuat Su Mian kaget.

"Kenapa? Takut?"

"Tentu saja tidak. Kecepatan ini..."


Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Han Chen mendadak tancap gas yang sontak membuat Su Mian terdorong ke depan dan terpaksa dia harus pegangan ke tubuh Han Chen.

Mereka berkendara cukup jauh sampai Su Mian heran sendiri, Han Chen mau membawanya ke mana? Makan malam, jawab Han Chen. Lalu kenapa musti berkendara jauh sekali hanya untuk malam?

"Kita harus berkendara jauh jika aku sedang nyetir."


Di tengah jalan, mereka bertemu dengan teman-temannya Han Chen yang sontak menggodai mereka dan berkata ke Su Mian kalau Han Chen itu rubah licik. Han Chen mengaku kalau mereka semua adalah teman masa kecilnya.

"Lalu kenapa mereka bilang begitu padamu?"

"Ini pertama kalinya ada seorang gadis naik motorku."

Senyum Su Mian langsung mengembang lebar mendengarnya. Sepertinya Han Chen kurang populer di antara para wanita yah. Han Chen mengiyakannya, dia tidak pernah populer.


Su Mian mulai menikmati suasana dan menyandarkan kepalanya ke punggung Han Chen. Han Chen sepertinya sengaja berkendara makin jauh dan menyadari mobil itu terus saja mengikuti mereka.


Lalu Han Chen mendadak berhenti sampai membuat Su Mian kaget. Tapi dia melihat mobil tadi terus jalan dan sepertinya tidak membuntuti mereka. Melihat itu, Han Chen memutuskan kalau dia mungkin terlalu khawatir saja. Dia lalu merangkul Su Mian masuk ke restoran.

 

Tapi saat Han Chen pulang, dia malah mendapati lampu rumahnya menyala dan Xin Jia keluar dari dapur setelah memasakkan makan malam untuknya.

"Bagaimana kau bisa memiliki kunci rumahku?" Tuntut Han Chen

Xin Jia canggung beralasan kalau dia pernah membantu Han Chen bersih-bersih waktu itu, makanya dia punya kunci cadangan. Kesal, Han Chen memperingatkan Xin Jia untuk tidak melakukan ini lagi, dia perlu tempat pribadi.


Mengabaikan peringatannya, Xin Jia menyodorkan sup pada Han Chen. Tapi Han Chen langsung menampiknya. "Xin Jia, kau tidak perlu begitu baik padaku."

"Kenapa kau bilang begitu. Makanlah, kau lapar kan?"

"Aku sudah makan dengan temanku."

Xin Jia akhirnya mau mengerti lalu pamit dengan canggung. Han Chen menegaskan kalau dia akan mengganti kunci pintunya besok dan mengulurkan tangan untuk menuntut Xin Jia mengembalikan kunci pintunya.


Terjadi pembunuhan lagi, para korban diracuni lalu diatur sedemikian rupa seolah mereka sedang menikmati makan bersama dengan berbagai senar yang mengikat mereka agar mereka bisa duduk tegak.

Saat Su Mian tiba di TKP, dia mendapati Prof Xu sudah ada di sana dan pemandangan mengerikan itu benar-benar membuatnya tercengang. Pembunuhan seperti ini bukan pertama kalinya, tapi sampai sekarang, Prof Xu belum bisa melakukan profiling terhadap pembunuhnya.

Seorang petugas berkata bahwa pembunuhan kali ini, lagi-lagi pembunuhan dengan racun sianida. Pelaku juga menggunakan lem untuk membuat mata para korban tetap terbuka agar mereka kelihatan hidup. Sama seperti kasus sepertinya, peralatan setrika juga digunakan oleh si pelaku.


Melihat semua itu, Jin Xi menyimpulkan bahwa si pembunuh kali ini sangat peduli dengan tata cara dan aspek visual lebih daripada sebelumnya. Semua ini jelas menunjukkan selera dan preferensi si pembunuh.

Su Mian menduga kalau si pembunuh pastilah masih muda, sekitar umur 25-30 tahun. Dia punya pekerjaan tetap dan kegiatan sosial. Dia jelas sangat peduli dengan penampilan, dia orang yang serius, tapi juga pendiam.

Su Mian juga merasa kalau pelaku kasus ini dan pelaku penembakan dalam kasus sebelumnya, saling mengenal... atau mungkin satu orang yang sama.


Setiap pembunuh berantai biasanya selalu punya keinginan kuat untuk mengekspresikan diri mereka. Tapi cara si pembunuh ini dalam menangani detilnya, tampak meningkat tajam.

Seolah ada seseorang yang berbagi informasi dengannya agar dia menanganginya dengan lebih sempurna. Pemandangan ini seperti sebuah pertemuan keluarga. Tampaknya si pembunuh ingin menunjukkan mahakaryanya ini pada teman baiknya.


Mendengar kemampuan observasinya Su Mian, Prof Xu bertanya-tanya haruskah dia menerima undangan resmi dari kepolisian. Dengan begitu, Su Mian bisa ikut bersamanya dalam menginvestigasi kasus ini.

"Tapi kuperingatkan padamu. Di masa mendatang, kita mungkin akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan atau menghadapi bahaya. Apa kau bersedia?"

"Aku bersedia."


Seorang petugas bergegas datang untuk memberitahu mereka bahwa mereka sudah mengidentifikasi para korban. Para korban ini, juga korban penembakan dan korban ledakan, sama-sama saling berhubungan dengan penipuan finansial 3 tahun yang lalu. Mereka semua pelaku dari kasus penipuan itu.

Jadi si polisi menduga bahwa korban dalam kasus penipuan itu, pasti terlibat dalam kasus pembunuhan ini. Dia yakin kalau mereka akan bisa mengidentifikasi pelaku. Tapi Su Mian tampak ragu. Di meja, tampak ada kertas yang ditinggalkan si pelaku dan hanya tertulis satu huruf: L.


Su Mian datang ke rumah Prof Xu untuk membawakan daftar para tersangka yang didapatnya dari polisi. Su Mian sendiri sudah membaca daftar itu di kantor polisi tadi. Kalau begitu, Prof Xu ingin mendengar pendapat Su Mian.

Su Mian mengaku bahwa setelah membaca semua informasi itu, ada beberapa kekurangan dalam investigasi mereka sebelumnya.

Pembunuhan karena dendam biasanya tidak memerlukan penelitian atau pengembangan keahlian membunuh. Tapi dalam kasus ini, mereka bisa melihat karakter unik dan perkembangan metode pembunuhan yang semakin terlatih dalam setiap kasus.


Jadi para pelakunya pasti sangat menikmati pembunuhan yang mereka lakukan, atau malah terobsesi. Ini terlihat jelas dari kasus pengeboman dan kasus racun.

Begitu juga kasus penembakan. Dari permukaan, mereka tampak seperti menghukum orang-orang jahat. Tapi dia yakin kalau semua ini bukan tujuan utama mereka. Su Mian yakin kalau para pembunuh ini, membunuh bukan untuk balas dendam. Dia yakin mereka tergabung dalam sebuah kelompok pembunuh yang tujuannya adalah membunuh.


Nan Bo pulang saat itu dengan membawa sebuah jam saku antik. Dia mengklaim kalau dia menyesal karena sudah merusak jam saku Prof Xu ini sebelumnya, tapi dia sudah memperbaikinya sekarang. Dia berharap ini bisa menebus kesalahannya.

Tapi Prof Xu masih marah padanya dan mengacuhkannya. Geli melihat reaksi Prof Xu, Su Mian mencoba membantu memperbaiki hubungan mereka dengan memuji perbuatan baik Nan Bo dalam memperbaiki jam saku itu.

Nan Bo lalu beralih topik menanyakan essai penelitian mereka. Tanpa mencurigai apapun, Su Mian dengan senang hati meralat bahwa itu bukan penelitian, mereka sedang membantu polisi menginvestigasi kasus. Dia bahkan menyarankan agar Nan Bo ikutan mendiskusikan kasus ini bersama-sama.
Nan Bo dengan senang hati melakukannya, tapi Prof Xu buru-buru mencegahnya. Dia mengambil jam sakunya itu lalu mengusir Nan Bo secara halus. Kecewa, Nan Bo pun pergi.


Su Mian heran, Nan Bo kan sudah banyak membantu polisi dalam menginvestigasi kasus. Kasus mereka ini begitu rumit, kenapa Prof Xu tidak membiarkan Nan Bo bergabung.

"Xiao Mian, ada beberapa hal yang tidak kau mengerti. Seniormu itu, walaupun dia di-didik olehku, tapi pandangannya sangat berbeda dari kita. Bisa dibilang, berlawanan dengan kita. Walaupun bidang ini punya banyak opnisi berlawanan, tapi hanya kau seorang yang bisa mewarisi pengetahuanku."

Mereka berdua sama sekali tak menyadari kalau percakapan mereka itu didengar oleh Nan Bo karena dia sudah memasang alat penyadap di bawah meja.


Di tempat lain, seorang pembunuh yang belum pernah kita lihat sebelumnya, tampak asyik memotreti mayat yang terbujur di lantai studionya. Seluruh tubuh mayat itu dia lukis seolah itu sebuah karya seni.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments