Sinopsis Hua Jai Sila Episode 8 - 2

Sinopsis Hua Jai Sila Episode 8 - 2

Tapi Sila tak terpancing, jika Kwan membenci Tor sebesar itu dan jika dia adalah Tor, apa Min pikir dia bakalan mau menerimanya? Sekarang ini, kakaknya Min itu sudah jatuh cinta padanya.


"Tuh kan, kau mengaku sendiri kalau kau berhubungan dengan P'Kwan karena kau punya rencana."

"Aku tidak mengakui apapun. Aku hanya berspekulasi. Tapi sekarang jadi semakin menarik. Anggap saja aku benar-benar P'Tor-mu. Apa yang akan kau lakukan padaku?"

"Aku akan meminta P'Tor untuk tidak menyakiti siapapun lagi."

"Biarpun kau tahu apa bagaimana dia diperlakukan?"

"Iya. Karena semua orang mengira kalau P'Tor sudah mati. Jika dia masih hidup, itu berarti dia terlahir kembali dan memiliki kehidupan baru. Lalu kenapa juga dia masih memikirkan masa lalu?"

"Dia mungkin ingin membalas dendam pada orang-orang yang pernah menyakitinya di masa lalu."

"Demi apa?"

"Kebahagiaan, mungkin."

"Orang-orang yang move on dari masa lalu-lah yang akan benar-benar bahagia."

Sila sinis, Min sendiri masih memikirkan masa lalu dengan meyakini kalau P'Tor-nya masih hidup, tapi malah menyuruh orang lain untuk melepaskan masa lalu.

Min menegaskan bahwa masa lalunya dan masa lalu Tor berbeda. Tor masih memikirkan masa lalunya yang menyakitkan, sedangkan dia tidak begitu.

"Apa maksudmu? Apa maksudnya masa lalumu dan masa lalu P'Tor berbeda?"

"Anggaplah kau P'Tor. Lupakanlah masa lalumu dan berhentilah berhubungan dengan P'Kwan."
 

"Aku tidak bisa... karena aku bukan P'Tor-mu. Kurasa kau harus keluar sekarang sebelum kakakmu masuk dan melihatmu menyelinap kemari untuk mengintipku. Aku tidak mau kakakmu salah paham."

"Kau bisa tapi kau tidak mau."

Berusaha menenangkan emosinya, Sila sinis tanya apa yang akan dia dapatkan jika dia berhenti berhubungan dengan Kwan. Apa dia akan mendapatkan Min sebagai gantinya?

"Bisakah kau berhenti bersikap begini? Jangan berpikir kalau pesonamu akan bisa memikat semua wanita."

"Tapi itu berhasil memikat dua bersaudara. Jika tidak, kau pasti akan pergi saat aku mengusirmu. Tapi nyatanya kau tetap di sini karena kau tidak keberatan untuk memakai pacar yang sama dengan kakakmu. Aku tidak keberatan."

"Jika datang padamu membuatmu berpikir kalau aku menyukaimu, maka dengarkan aku baik-baik. Jika aku tidak mencurigaimu sebagai P'Tor, aku tidak akan pernah mau dekat-dekat dengan pria yang suka menghina dan merendahkan wanita sepertimu!"

Setiap kali dia berpikir kalau Sila memukuli wanita hamil sampai dia keguguran, semakin dia membenci Sila. Dia benci Sila!


Emosi, Sila sontak mendorongnya ke tembok lalu menciumnya paksa lagi... hingga Min berhenti melawannya dan baru saat itulah Sila akhirnya melepaskannya.

"Apa kau puas sekarang?"

"Belum." Sila langsung berusaha menciumnya lagi.

Tapi Min langsung mendorongnya. "Dasar jahat! Aku sungguh tidak punya kata-kata untuk menggambarkanmu selain aku membencimu!"

"Kalau kau membenciku maka berhentilah macam-macam denganku dan keluarlah sekarang juga dari ruangan ini sebelum kakakmu melihatmu ada di sini. Dan jangan pikir kalau aku mengkhawatirkanmu atau takut kau akan bermasalah dengan kakakmu. Aku mengusirmu karena aku peduli dengan perasaan kakakmu bukan kau. Keluar!"


Baru dibicarakan, Kwan yang sedari tadi menunggu di depan, mendadak masuk saat itu juga dan langsung melabrak Min. Keduanya kaget melihat Kwan, Sila jadi mengkhawatirkan Min. Apalagi Kwan langsung menyeret paksa Min keluar dengan kasar. Sila berusaha menjelaskan, tapi Kwan menolak.

Dari apa yang didengarnya tadi, dia tahu kalau Sila peduli padanya. Jadi dia yakin kalau Sila bukan seseorang yang mau terlibat dengan adiknya, tapi adiknya-lah yang ingin melibatkan dirinya dengan Sila.

"Dasar tidak tahu malu, kau membuntutinya sampai kemari."

"P'Kwan, tolong dengarkan aku dulu. Aku datang kemari karena..."

"Karena dia pikir aku adalah P'Tor. Dia pikir aku akan menipumu."

Kwan jelas makin kesal sama Min, berani sekali Min bicara tentang Tor pada Sila. Dia kan sudah bilang kalau Tor itu sudah lama mati. Bahkan sekalipun dia masih hidup, dia tidak mungkin jadi Sila. Lihatlah perbedaan antara kedua orang itu, jangan samakan Sila dengan anak berbaju rombengan kayak begitu.

"P'Tor sudah bertahun-tahun menghilang, dia mungkin banyak berubah hingga sulit dikenali."


"Jika maksudmu dia akan memiliki apa yang Khun Sila miliki, maka dia harus mati dan terlahir kembali. Maaf, Khun Sila. Aku harus bicara seburuk ini untuk menyadarkan adikku dan menghentikan omong kosong ini. Anjing yatim piatu akan selamanya menjadi anjing yatim piatu. Anak yang terlahir dari seorang pel~~~r, takkan ada seorang pun yang mau membesarkannya. Bahkan sekalipun dia tidak mati tenggelam, tapi dia pasti akan kena penyakit yang sama seperti ibunya dan mati juga."

Sila jelas kesal mendengar semua hinaan itu, tapi dia tetap berusaha menjaga sikapnya saat tanya apakah si Tor semenjijikkan itu.

Tentu saja. jika tidak, apa mungkin semua orang memanggilnya anjing yatim piatu? Karena itulah Kwan tidak terima Min membanding-bandingkan Sila dengan seseorang yang tidak berharga seperti itu.

"Terima kasih sudah melindungiku. Kau dengar kakakmu, kan? P'Tor-mu dan aku sangat berbeda. Aku tidak mungkin P'Tor-mu."


Kwan langsung menyeret Min keluar, tapi Min pantang menyerah dan langsung berusaha meyakinkan Kwan untuk melihat cincinnya Sila. Kwan pasti ingat kalau Tor punya cincin yang di bagian dalamnya terukir nama Mai, itu nama ibunya.

"Kalau kau tak mempercayaiku, minta padanya untuk menunjukkannya padamu."

"Kubilang berhenti!"

"Atau kau takut melihatnya karena kau takut pria yang kau sukai mungkin benar P'Tor?"

Terpengaruh, Kwan akhirnya meminta Sila untuk memperlihatkan kalungnya. Sila tampak ragu, tapi tiba-tiba saja dia melepaskan kalungnya lalu memberikannya ke Kwan tanpa ragu.


Kwan pun langsung mengecek bagian dalam cincin itu... tapi tak menemukan ada ukiran apapun. Jelas saja Kwan jadi tambah kesal sama Min, mengira Min bohong.

Min yakin kalau Sila pasti mengganti cincinnya dan berusaha menyuruh Kwan untuk melihat d~~anya Sila, Tor punya bekas luka di d~~anya Tapi Kwan benar-benar tak bisa lagi mempercayainya, dia sudah cukup malu dengan meminta Sila untuk memperlihatkan cincinnya hanya demi membuktikan sebuah omong kosong.

"Berhentilah mempermalukanku lebih banyak lagi!"

"Tidak apa-apa, Khun Kwan. Sejujurnya kurasa Khun Min mungkin tidak benar-benar berpikir bahwa aku adalah P'Tor. Dia hanya ingin aku berhenti berhubungan denganmu. Dia ingin kau berkencan dengan pria yang memiliki pekerjaan yang lebih terhormat, dan bukannya dengan seorang pria pemilik sebuah club rendahan sepertiku."

"Aku membencimu! Ini tidak ada hubungannya dengan profesimu. Aku tidak pernah memandang rendah orang-orang pekerja malam. Aku membencimu karena dirimu sendiri."

"Hei, Min! Diam!"

"Jangan marah pada Khun Min. Aku tidak ingin Khun Min melihatku sebagai penyebab masalah di antara dua saudara. Jika kau tidak mempercayai ketulusanku terhadap kakakmu, tidak masalah. Aku minta diberi waktu untuk membuktikan bahwa aku serius dan tulus pada kakakmu."

Kwan langsung mempercayainya, tapi Min tidak. Sila bisa membuat orang lain percaya padanya, tapi Min tidak akan pernah mempercayai serigala berbulu domba sepertinya.

"Kalau kau bersikeras bahwa kau bukan P'Tor, maka mulai sekarang, aku akan menganggap P'Tor benar-benar sudah mati."

"Baguslah."

"Selamat tinggal, Khun Sila." Min pun langsung pergi dengan mata berkaca-kaca.


Setelah kedua kakak-adik itu pergi, barulah Sila mengeluarkan cincinnya yang asli, cincin yang benar-benar ada ukiran nama mendiang ibunya.


Saat Sila pulang tak lama kemudian, dia mendapati Bibi Mam sudah ada di sana menunggunya. Dari informasi yang dia terima dari pegawai fitness center, Bibi Mam jadi tahu kalau Sila tadi pergi berkelahi dengan Ae.

Bibi Mam benar-benar tidak suka dengan sikap Sila yang belakangan ini jadi seperti gangster dan bertengkar dengan semua orang. Apapun alasan Sila berkelahi dengan Ae, Bibi Mam sama sekali tidak menyetujuinya karena Sila benar-benar sudah kelewat batas.

"Tapi dia menghina Bibi! Sudah bagus aku tidak membunuhnya! Aku akan balas dendam pada mereka semua satu demi satu. Aku bisa tahan orang yang kucintai membenciku, tapi aku tidak akan mengizinkan siapapun untuk menghina ataupun menyakiti orang-orang yang kucintai."

Tapi Bibi Mam tetap tidak setuju. Biarpun Sila menyayanginya, tapi rasa sayang atau rasa cinta tidak boleh dia tunjukkan dengan cara begitu.

"Aku tahu, tapi terkadang cintaku tidak bisa kutunjukkan secara terang-terangan karena itu akan menyakiti orang yang kucintai juga. Jika begitu, lebih baik aku menjadi orang yang dibenci."


Bibi Mam lama-lama heran dengan orang yang Sila cintai itu. Siapa sebenarnya yang Sila maksud, dia atau orang lain? Sila malah langsung berusaha menghindar dan menolak menjawab yang jelas saja membuat Bibi Mam jadi senang.

"Apa keponakanku ini sedang jatuh cinta?"

"Iya. Aku mencintai wanita ini sejak lama, lebih dari 20 tahun."

Tapi dia mengaku cintanya ini mustahil. Orang-orang bilang bahwa dia adalah orang yang tidak punya hati. Orang sepertinya tidak akan bisa mencintai siapapun.

Bibi Mam yakin tidak begitu, jika Sila bisa menyayanginya maka dia juga bisa mencintai wanita lain. Dia tidak bisa mencintai karena dendamnya jauh lebih besar.

Sila tahu sendiri bagaimana putranya Sida itu, bahkan sekalipun Sila tidak melakukan apapun pada mereka, Sida pasti akan menderita gara-gara putranya suatu hari nanti.

"Berhentilah balas dendam dan biarkan karma yang menghukum mereka. Gunakanlah waktu yang kau miliki untuk mengikuti hatimu sendiri sebelum segalanya terlambat."

Tapi apapun yang Bibi Mam ucapkan, tetap saja Sila bersikeras menolak mendengarnya walaupun dia sebenarnya galau.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam