Sinopsis My Girlfriend is an Alien Episode 21 - 2

Sinopsis My Girlfriend is an Alien Episode 21 - 2

Leng sudah tiba di luar gedung khusus untuk menjemput Xiao Qi. Asisten Han menawarkan bantuan untuk menyuruh Xiao Qi turun sekarang, tapi Leng ngotot mau menunggu sampai Xiao Qi pulang kerja.


Tapi sampai beberapa lama, Xiao Qi masih juga belum muncul. Tidak sabaran lagi, Leng langsung saja meneleponnya dan to the point menyuruh Xiao Qi turun sekarang juga lalu memutus sambungan mereka.

Kesal, Xiao Qi langsung menelepon balik dan dengan gaya sok ketusnya memberitahu Leng kalau dia sedang tidak di kantor sekarang dan dia juga tidak ingin bertemu Leng.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, aku ingin menolakmu. Nggak boleh?"

"Kenapa?"

"Karena... karena aku sekarang terobsesi dengan kerjaan dan tidak peduli hal-hal lainnya. Dadah!"


Tepat saat itu juga, Lie baru keluar kantor dan langsung mengajak Leng bicara berdua dengannya. Maka kedua kakak-adik itu pun pergi ke bar di mana Lie terus terang mengaku kalau dia sudah menyatakan cinta pada Xiao Qi. Jadi sekarang mereka adalah rival cinta.

"Kalau kau punya masalah, target saja aku." Kesal Leng.

"Kau masih mengira aku bercanda? Kaulah yang mempermainkan perasaannya, aku selalu tulus pada Xiao Qi."

"Tapi dia pacarku."

"Dulu! Bagimu, Xiao Qi hanyalah salah satu dari sekian banyak mantanmu yang bisa kau campakkan dan kau kejar kembali semaumu. Apa kau bahkan pernah memikirkan perasaannya?"

"Itu urusan di antara aku dan dia."

"Kau harus berkompetisi denganku dalam hal ini."

"Aku bisa berkompromi akan segala hal kecuali dia."

"Bagaimana kalau aku cuma menginginkannya?"


Sejak mereka kecil, Lie selalu kalah dalam segala hal dari Leng, dia bahkan sudah terbiasa kalah. Tidak masalah, Leng boleh menang. Tapi kali ini, dia tidak akan mau kalah dari Leng. Mulai sekarang, mereka harus berkompetisi secara adil. Lie akan berusaha mendapatkan Xiao Qi dengan segala cara.

"Kalau kau pikir kau bisa memenangkannya dengan cara mengalahkanku, maka kau salah. Xiao Qi adalah orang, bukan benda. Dia punya pikiran dan perasaannya sendiri. Siapapun yang akan dia pilih, sebaiknya kau tanya padanya. Terlebih lagi, aku tidak akan menyerahkannya padamu."


Ibu Tiri menemui Manajer Kang untuk menyerahkan dokumen tentang Leng itu. Dia sudah menyelidiki kebenaran dokumen ini. Manager Kang senang, jadi yang perlu mereka lakukan sekarang adalah mencari waktu yang tepat untuk mengungkap hal ini.

Tapi Ibu Tiri sebenarnya agak ragu, apalagi Tuan Fang pernah memberinya peringatan saat dia ketahuan menyelidiki Leng waktu itu. Manajer Kang meyakinkanya bahwa justru karena Tuan Fang membela Leng, makanya mereka harus mengekspos berita ini pada publik.

Dengan gabungan tekanan dari media dan perusahaan, Leng pasti akan hancur. Tapi Ibu Tiri tetap cemas. Bukan karena dia mengkhawatirkan Leng, tapi khawatir akan Tuan Fang dan Lie. Bagaimana kalau Tuan Fang mencurigainya, dan Lie pasti akan membencinya. Apa yang harus dia lakukan kalau keluarga ini hancur.

"Keluar atau karirnya Lie yang paling penting?" Tanya Manajer Kang. "Kalau kau melunak sekarang, maka takkan ada kesempatan kedua."

Sudahlah, kalau Ibu Tiri tidak sanggup melakukannya, maka biarkan Manajer Kang yang melakukannya, dia sendiri yang akan menanganinya. Jangan khawatir, Manajer Kang meyakinkan kalau dia akan melakukannya dengan benar.


Xiao Qi terbangun keesokan harinya dengan lesu. Dia tidak mau ke kantor, bagaimana caranya menghindari Lie hari ini?

"Salahmu sendiri. Kenapa kau tidak pergi dari sini lebih cepat? Kau malah memilih tinggal demi Fang Leng." Omel Xiao Bu.

Xiao Qi jadi galau. Dia tidak mau ngantor saja... tapi sebaiknya tidak. Dia sudah menolak Lie. Kalau dia menghindari Lie terus, posisinya akan semakin tidak menguntungkan. Lebih baik bersikap normal saja.

Baru dipikirin, Lie mendadak menelepon saat itu. Xiao Qi galau. Berusaha menenangkan diri, Xiao Qi akhirnya mengangkat telepon itu seolah tak pernah ada masalah di antara mereka.

Lie dengar Xiao Qi ada kerjaan di luar kantor besok, dia cuma mau bilang bahwa dia tidak akan menekan Xiao Qi, jadi Xiao Qi tidak perlu menghindarinya. Tapi tetap saja Xiao Qi tak nyaman dan menyarankan sebaiknya Lie jangan terlalu baik padanya.


"Aku tahu kau ingin seperti dulu. Jika sesuatu terjadi padaku, kau akan jadi orang pertama yang berada di sisiku dan menolongku. Tapi bukankah sekarang kita tidak bisa jadi teman. Aku tidak ingin kau baik padaku atas nama persahabatan. Perlakukan saja aku seperti orang lain."

Lie sedih dan kecewa mendengarnya. Tapi dia cepat-cepat menutupinya dengan mengklaim bahwa dia menelepon hanya untuk keperluan bisnis. Dia sudah menerima apa yang terjadi kemarin kok.

"Tapi kau benar. Kita tidak boleh melepaskan pekerjaan hanya demi cinta. Jadi, bisakah kau tetap jadi bawahanku?"

"Tentu saja." Xiao Qi lega.

Kalau begitu, sebagai atasannya Xiao Qi, Lie ingin tahu apa jadwalnya Xiao Qi hari ini. Xiao Qi beralasan kalau dia kemarin gagal bertemu klien, jadi hari ini dia tidak akan ke kantor hari ini.

Dan Lie mendadak memanfaatkan saat itu dengan memutuskan untuk menemani Xiao Qi. Dia bahkan langsung memutus sambungan mereka begitu saja. Xiao Qi jadi bingung.


Dia buru-buru turun menemui Nona Chai dan tanya, apa yang harus dia lakukan jika ada seseorang yang tidak ingin dia temui tapi tetap harus dia temui dan sebentar lagi mereka akan bertemu.

"Seseorang yang tidak ingin kau temui itu aku?" Tanya Leng yang mendadak muncul dari belakangnya.

"Kenapa kau ada di sini?"

"Kau masih berhutang penjelasan atas apa yang terjadi kemarin."

"Apaan? Aku cuma tidak ingin terlibat denganmu lagi. Aku mau sendirian."

"Apa karena Fang Lie?"

Xiao Qi pura-pura bodoh, maksudnya apa? Dia tidak mengerti. Leng ngomong apa barusan? Baru diomongin, ponselnya Xiao Qi mendadak berbunyi dari Lie lagi. Xiao Qi berusaha cepat-cepat menghindar dengan alasan mau berangkat kerja.

"Baguslah. Hari ini aku akan menginspeksi pegawai... kau saja." Ujar Leng lalu menyeret Xiao Qi pergi bersamanya.


Mereka bertemu Lie di depan gedung. Kedua pria sontak saling sindir-sindiran sampai membuat Xiao Qi harus jadi korban dengan ditarik-tarik kesana-kemari. Xiao Qi sampai kesal sama mereka berdua. Dia ke sini untuk kerja, hormati dia dikit dong.

Dia lalu buru-buru menjauh dengan alasan mau menelepon kliennya, padahal dia cuma menggumam sendiri soalnya masalah bertemu klien ini sebenarnya cuma alasan doang untuk menghindari Lie. Sekarang apa yang harus dia lakukan untuk mengatasi situasi ini? Ah! Kabur saja.

Maka kemudian dia beralasan bahwa pertemuannya sudah selesai dan berniat mau kabur saat itu juga. Tapi Lie dengan cepat menariknya, ada yang mau Lie tanyain soalnya.


Tapi tentu saja Leng menolak melepaskan mereka pergi berdua dan akhirnya ngotot ikut semobil dengan mereka. Xiao Qi jadi makin galau menghadapi situasi ini. Lie penasaran, apakah mereka berdua mengganggu kerjaannya Xiao Qi?

"Nggak... iya, benar. Jadi bisakah kalian berhenti mengikuti?"

"Tidak!" Kompak kedua kakak-adik itu. Wkwkwk!

"Selama kau bersama Fang Lie, aku tidak akan bisa tenang."

"Aku juga khawatir kalau kau yang menemani Xiao Qi. Pokoknya aku harus bersama Xiao Qi."

Xiao Qi sebal banget sama kedua pria itu. Mereka pikir dia tidak tahu kalau mereka menempelinya terus dengan alasan pekerjaan. Tiba-tiba dia punya ide. Mereka sendiri yang memilih ini, jangan salahkan dia kalau mereka menyesal nantinya. Dia lalu mengajak mereka ke lapangan tenis.


Dia beralasan bahwa kliennya ingin mengajaknya main tenis, makanya dia harus latihan dulu. Mereka bersedia mengajarinya, kan? Leng agak ragu dengan alasannya itu, tapi Lie dengan senang hati menyatakan akan mengajari Xiao Qi. Lagian Leng baru sembuh, dia belum boleh main tenis, jadi dia saja yang mengajari Xiao Qi.

Oh, tidak. Leng tidak akan membiarkan mereka main berdua saja. Xiao Qi usul agar mereka berdua sama-sama mengajarinya. Oke. Lie mulai melempar bola. Tapi yang tidak mereka ketahuan, Xiao Qi dengan sengaja menggunakan teknologi canggihnya untuk memperhitungkan arah bola lalu memukul bola itu dengan kekuatan supernya.

Lie maju menerima bola itu mengenai gagangnya dengan cukup keras sampai Lie kesakitan dan raket itu terlepas dari tangannya. Xiao Qi langsung pasang muka tanpa dosa dan pura-pura mengkhawatirkannya.


Kali ini Leng yang melakukan servis dan kedua pria terus saja saling berebut bola sampai membuat keduanya saling bertubrukan dan terjatuh. Xiao Qi benar-benar tak kenal lelah, malah kedua pria itu yang akhirnya menyerah duluan.

"Yang bener aja. Padahal baru dua jam loh, kalian sudah KO? Ini bahkan bukan pemanasan bagiku." Ejek Xiao Qi dengan muka polosnya.

"Xiao Qi, kau pasti seorang profesional. Apa kau sedang membodohi kami?"

"Nggak kok. Ini pertama kalinya aku kemari. Bagaimana kalau ganti olahraganya? Basket? Sepak bola? Atau sumo? Atau lompat tinggi? Mau pilih yang mana?"

Leng benar-benar curiga. Di mana kliennya? Kapan dia akan datang? Lie yang ingin menghindari situasi ini, langsung menjauh dengan alasan mengangkat telepon dari klien.

"Kau benar-benar ingin menyingkirkan kami?" Heran Leng.

"Kalau kau sudah tahu, kenapa juga kau mengikutiku kemari?"


Dia mau pergi, tapi d~~a Leng tiba-tiba sakit lagi yang sontak membuat Xiao Qi cemas. Lagian ngapain juga Leng ikutan padahal dia masih sakit. Dia cuma ingin menyusahkan Leng biar dia mau menyerah.

"Tidak bisa."

"Hah? Tidak bisa apa?"

"Aku tidak bisa menyerahkanmu padanya."

Bersambung ke episode 22

Post a Comment

5 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam