Saat Min tak mempercayainya dan terus melawan, Sila sontak menariknya sangaaaaaat dekat seolah mau menciumnya yang kontan saja membuat Min panik menutup mulutnya, dan akhirnya dia mau juga diam.
Sila pun langsung mencari lukanya Min. Dia benar-benar perhatian walaupun dia pura-pura sinis mengomeli Min karena tidak berhati-hati.
Dengan lembut dia meniup luka itu sehingga membuat Min teringat akan kenangan masa kecil mereka dulu, saat Tor kecil membantu mengobati luka kakinya, persis seperti sekarang.
Dulu, Tor kecil pernah berjanji bahwa dia akan selalu melindungi Min agar ibu tirinya dan Kwan tidak akan bisa menyakitinya lagi.
Teringat akan kenangan itu, Min langsung mencoba memancing Sila lagi. "Kenapa kau khawatir. Kau pasti dengar P'Kwan bilang bahwa aku adalah anak seorang gundik, kan? Makanya kau khawatir. Karena kita berdua sama-sama anak seorang gundik, iya kan, P'Tor?"
Sila sontak terdiam canggung, tapi dengan cepat dia menguasai diri. Dia akui kalau dia datang untuk menemui Kwan dan tidak sengaja mendengar mereka bertengkar gara-gara dia, tapi dia tidak mendengar tentang siapa anaknya gundik.
"Jadi kau tidak mau mengakui kalau kau adalah P'Tor, kan?"
"Aku bukan dia. Jadi kau mau aku mengakui apa? Dengarkan aku, Khun Mintra. Berhentilah memaksaku menjadi seseorang yang tidak kukenal. Awalnya aku hanya main-main saja denganmu. Tapi sekarang, aku mulai muak."
"Baiklah, kau boleh menyangkalnya semaumu, tapi kau tidak akan bisa berbohong pada dirimu sendiri."
Mau dia Sila atau siapapun, dia hebat juga bisa membuat Kwan yang baru pulang dari luar negeri beberapa hari yang lalu, jadi tergila-gila padanya. Kesal, Sila memperingatkannya sekali lagi untuk tidak ikut campur dalam urusannya dengan Kwan.
"Tapi dia adalah kakakku."
"Dan bagaimana dengan apa yang dia lakukan padamu? Lihatlah! Apa dia bahkan menganggapmu sebagai seorang adik?"
Kesal, Min malah bersikeras menyalahkan Sila sebagai penyebabnya. Kwan tidak akan melakukan ini padanya jika bukan karena Sila. Jika Sila berniat ingin masuk ke dalam keluarganya dan mencerai-beraikan mereka, Min ucapkan selamat untuknya karena dia sudah berhasil.
"Aku bilang aku tidak suka padamu. Tidak benar. Aku benci padamu! Aku sangat membencimu sampai aku tidak tahan melihat mukamu lagi. Tolong keluar dari rumahku."
Sila benar-benar patah hati mendengar kata-kata itu hingga dia hanya bisa membeku di tempat. Melihat Sila tidak mau keluar, Min yang akhirnya berjalan pergi.
Tapi Sila tibe-tiba refleks memanggilnya dengan sebutan akrab, "Min."
Min langsung membeku saking kagetnya, Sila panggil dia apa barusan? Tiba-tiba pandangannya jatuh cincin kalungnya Sila yang tergantung di d~~a dan seketika itu pula dia langsung berusaha mengambilnya secara paksa.
Tapi Sila dengan cepat menyembunyikannya yang jelas membuat Min jadi makin curiga. Dia yakin kalau Sila begitu panik menyembunyikan cincin itu karena Sila pasti takut kalau dia akan tahu itu adalah cincin mendiang ibunya Sila, iya kan?
Kalau Sila bukan Tor, maka perlihatkan d~~anya. Tor punya bekas luka di d~~anya, apa Sila berani membuka kemejanya dan memperlihatkan d~~anya?
Min terus berusaha meraihnya, tapi Sila terus berusaha menghalanginya hingga membuat Min jadi semakin curiga kalau di d~~anya pasti ada bekas luka.
"Kau pikir di dunia ini hanya P'Tor-mu yang punya bekas luka di d~~anya?"
"Kau bicara begitu, berarti kau mengakui kalau kau punya bekas luka, kan?"
"Aku berusaha memberimu pengertian. Kau meminta seorang pria yang bukan pacarmu untuk buka baju. Untung saja orang itu aku. Apa kau tahu apa yang akan pria lain pikirkan tentangmu?"
"Aku tidak pernah meminta pada orang lain, aku cuma meminta padamu."
Sila nyinyir, menuduh semua yang Min ucapkan padanya sebagai kebohongan yang Min buat-buat untuk dekat dengannya. Apa Min suka padanya?
Min sontak mendorongnya dengan kesal. "Sebaliknya, aku membencimu!"
Tiba-tiba terdengar suara Ayah memanggil Min, Sila sontak merangkulnya dan memperingatkannya untuk diam jika dia tidak mau ayahnya tahu bahwa dia sedang berduaan bersama cowoknya kakaknya.
Dia buru-buru keluar lewat pintu belakang. Tapi bahkan sebelum dia sempat pergi, dia mendengar Min memberitahu Ayah bahwa dia benar-benar orang jahat. Min sungguh tidak mengerti kenapa Kwan lebih mempercayai Sila dibanding adiknya sendiri. Kenapa tidak ada seorang pun yang mau mendengarnya.
Ayah mengingatkannya bahwa Kwan adalah orang yang selalu mempercayai dirinya sendiri. Ibu tadi memberitahunya bahwa Kwan sangat tertarik pada Sila, jadi sudah pasti Kwan tidak akan mendengarkannya. Apalagi Min mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal bahwa Sila adalah Tor, Kwan tidak akan mempercayainya.
"Tor sudah meninggal dunia. Itulah kebenarannya biarpun kau tidak menginginkannya, tapi ayah ingin kau menerimanya. Tor sudah meninggal dunia."
"Baiklah, Ayah. Sebelumnya, aku tidak ingin P'Tor mati, makanya aku sangat senang melihatnya memiliki cincin yang sama dengan cincinnya P'Tor. Tapi sekarang, aku mulai bisa menerima bahwa P'Tor benar-benar sudah mati. Aku ingin melihat dia punya cincin yang berbeda dari cincinnya P'Tor dan tidak memiliki bekas luka yang sama seperti P'Tor. Aku tidak mau P'Tor menjadi orang yang sama seperti Sila. Karena P'Tor adalah orang yang lembut dan bukan orang yang kejam seperti Sila."
Tor berkaca-kaca mendengar semua itu, tapi dengan cepat dia menguasai diri dan pergi. Saat melewati rumah utama mereka, dia melihat Kwan dan ibunya dari kejauhan.
Berusaha menenangkan putri kesayangannya, Ibu Tiri meyakinkan Kwan bahwa Sila pasti takkan pernah tertarik pada Min bahkan sekalipun Min menyodorkan dirinya sendiri pada Sila. Takkan ada seorang pria pun yang bakalan meninggalkan angsa seperti Kwan demi bebek jelek seperti Min.
Tetap saja Kwan cemas, cowok itu tidak punya kromosom pemilih. Tak peduli seberapa alimnya mereka, kromosom itu akan tetap ada. Contoh saja ayahnya.
"Jangan bandingkan dengan ayahmu, Ibu yakin Khun Sila takkan begitu."
"Bagaimana kalau dia begitu?"
"Kalau begitu, kau harus tunjukkan padanya bahwa seseorang sepertimu bisa memilih orang lain yang jauh lebih baik daripada dia."
Ibu menyarankannya untuk menelepon Sila sekarang juga. Tapi bahkan sebelum dia melakukan apapun, malah Sila sendiri yang meneleponnya dan terang-terangan mengakui bahwa dia tadi mengembalikan mobil adiknya Kwan.
Kwan kaget, dia kira kalau adiknya sendiri yang mendatangi Sila di rumahnya untuk mendapatkan mobil itu soalnya tadi Sila bilang kalau dia sibuk.
Sila mengklaim bahwa dia memang sibuk seharian ini. Tapi dia tidak bisa fokus kerja karena mengkhawatirkan Kwan. Dia khawatir kalau dia menyebabkan masalah antara Kwan dan adiknya, makanya dia memutuskan untuk mengembalikan mobil itu ke adiknya Kwan.
"Kau tidak perlu berbuat sebanyak itu atau aku tidak akan bisa membalas semua kebaikanmu."
Tepat saat itu juga, Sila melihat Ae datang mencari Kwan. Sila seketika punya ide dan berkata bahwa ada cara yang bisa Kwan lakukan. Hari ini dia memang tidak ada waktu makan malam bersama Kwan, tapi besok dia bisa. Tapi entah apakah Kwan bersedia pergi bersamanya. Kwan jelas setuju tanpa ragu.
Maka saat Ae mengajaknya makan malam bersama besok, Kwan blak-blakan menolak dengan alasan sibuk karena ada janji lain. Bahkan saat Ae penasaran dia mau pergi ke mana, Kwan sinis menolak memberinya jawaban.
Ae bisa menduga dengan tepat, pasti Sila yang mau dia temui, iya kan? Cowok yang dia temui diam-diam dalam acara lelang waktu itu. Ae tidak terima diperlakukan seperti ini, Sila itu cuma pemilik dari sebuah pub murahan, Sila sama sekali nggak level sama dia. Jadi bagaimana bisa Kwan tega meninggalkannya demi Sila?
"Kurasa kau harus memikirkannya baik-baik atau kau ingin jadi mainannya seperti semua wanita yang ada di pub itu?"
"Khun Ae, jangan bicara padaku seperti itu. Minta maaf padaku sekarang juga!"
Ae menolak, dia bicara kebenaran kok. Dan dia mengatakan ini karena dia mengkhawatirkan Kwan. Dia cewek pintar dan lulusan luar negeri, seharusnya dia bisa berpikir pria macam apa yang seharusnya dia pilih.
"Yang pasti bukan pria sepertimu," sinis Kwan.
Emosi, Ae bersumpah suatu hari nanti Kwan pasti akan datang dan memohon-mohon padanya. Lihat saja nanti.
Ae pulang sambil menggerutu kesal dan langsung mengadukan Kwan pada ibunya, bahwa Kwan menolaknya karena dia mau berkencan dengan Sila. Tapi jangan khawatir, dia tidak akan mengalah pada Sila. Dia bersumpah akan menginjak-injak Sila dengan kakinya sendiri, dan Kwan pasti akan kembali padanya.
Tengah malam, Keponakan si pembantu naik ke lantai atas dengan alasan membawakan segelas susu untuk Sida, tapi dia pakai baju tidur super pendek dan s~~si yang jelas saja menarik perhatian Ae. Hmm, kayaknya dia sengaja.
Ae langsung saja menariknya ke balkon dan mulai merayunya. Dia memberitahu bahwa ibunya sudah tidur. Tapi berhubung dia sudah terlanjur membawakan susu ini, biar Ae saja yang meminumnya.
Ae bahkan sengaja menggenggam tangan si keponakan sebelum kemudian mengambil susunya dan meminumnya sambil terus melirik si keponakan, mengangkat tangan si keponakan ke bibirnya, menyuruhnya untuk mengelap bibirnya yang belepotan susu.
Tapi Ae penasaran, ibunya beneran menyuruhnya untuk membawakannya susu? Soalnya setahunya, ibunya tidak minum susu karena ibunya alergi susu. Si keponakan langsung canggung mendengarnya.
"Tapi tidak masalah. Aku suka minum susu. Dan kalau tidak merepotkan, kau boleh membawakan susu untukku lagi."
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam