Sinopsis Hua Jai Sila Episode 7 - 1

Sinopsis Hua Jai Sila Episode 7 - 1

Min tak sengaja mendengar Ibu Tiri dan Kwan membicarakan Sila yang membantu Kwan mendapatkan pekerjaan yang bagus, Ibu Tiri bahkan menyarankan Min untuk mentraktir Sila makan sebagai ungkapan terima kasih.


Min jelas tidak setuju dengan itu dan terus berusaha meyakinkan mereka bahwa Sila itu tidak punya niat baik seperti yang mereka pikirkan, tapi Ibu Tiri dan Kwan tak ada satupun yang mau dengar.

Malah Kwan sepertinya mulai mencurigai niat baik Min. Dia langsung menelepon Sila dan mencoba mengajaknya makan bersama sebagai wujud terima kasihnya atas bantuan Sila.


Dia sudah tidak marah lagi karena dia sadar kalau Sila berniat baik padanya dan dia juga tidak ingin punya hutang budi, jadi apa Sila ada waktu hari ini? Tapi Sila mengklaim kalau sekarang dia sedang sibuk.

Baiklah, tapi Kwan dengan penuh harga diri menegaskan bahwa dia mengundang Sila hanya karena dia tidak mau berhutang budi pada Sila, dia tidak ada niatan lain.


Yang tidak dia ketahui, kesibukan yang Sila maksud adalah mendatangi Min di kantornya. Min heran, ngapain Sila datang mencarinya kemari?

"Aku datang untuk membicarakan tentang mobilmu. Kita belum menyepakati biaya yang harus kau bayar untuk memperbaiki mobilku."

"Kalau begitu, kirimi aku tagihannya. Aku akan membayarnya. Gampang kan?"

"Kau pikir jika aku mengirimi tagihannya, kau akan mampu membayarnya? Oh, aku lupa. Kakakmu kan sekarang punya pekerjaan baru. Baguslah, jadi sekarang kau tidak perlu menanggung semua beban tanggung jawab seorang diri lagi."

"Sepertinya kau tahu banyak tentang keluargaku... seperti seseorang yang saling mengenal sebelumnya."

Sila tak terpancing dan mengklaim bahwa dia memang mencari tahu tentang keluarga mereka karena dia sekarang sedang mengejar kakaknya Min. Itu sesuatu yang normal kok.

"Kalau kau mengejar P'Kwan, lalu kenapa kau tidak pergi makan bersamanya hari ini? Kau bilang kau punya urusan penting, bukan? Urusan penting itu pasti berhubungan dengan pekerjaan burukmu, kan? Karena kau menghabiskan banyak uang untuk membeli hatinya P'Kwan, jadi kau harus mendorong para wanita itu untuk bekerja lebih keras untuk menghasilkan uang untukmu. Itu benar-benar pekerjaan yang patut dibanggakan." Sinis Min.


Sila malah tambah gregetan sama dia gara-gara itu dan langsung menariknya mendekat. Min kesal memberontak darinya dan berusaha melarikan diri, tapi tentu saja Sila terus giat mengejarnya dengan senyum geli.

"Tadi kau bersikap keras banget, kenapa sekarang kau takut?"

"Aku tidak takut."

"Lalu kenapa kau melarikan diri?"

"Aku tidak menyukaimu."

Ucapannya kali ini benar-benar menyinggung perasaan Sila hingga akhirnya Sila to the point menunjukkan tujuannya datang kemari untuk mengembalikan mobil bututnya Min.


Dia sudah memikirkan, tak ada yang bisa dilakukannya dengan mobil butut itu, jadi Min ambil lagi saja. Tapi Min menolak, dia sudah tidak menginginkan mobil itu lagi.

Sila tak percaya mendengarnya, beberapa hari yang lalu Min menginginkan mobilnya kembali, tapi sekarang dia malah tidak mau. Jangan bilang kalau sekarang Min benci sama mobilnya juga hanya karena dia pernah mengambil mobil itu.

"Bagaimana kalau aku bilang iya? Aku benci pria sepertimu. Aku tidak mau kau menyentuh segala hal yang kucintai. Apa kau akan berhenti melibatkan diri dengan P'Kwan?"

Sila langsung memberikan kunci mobil itu secara paksa ke tangan Min dan mencengkeramnya erat sembari menegaskan bahwa wanita yang dia sukai adalah kakaknya Min dan bukan Min. Jadi dia sama sekali tidak peduli bagaimana perasaan Min terhadapnya.

"Dan aku memberikan mobilmu kembali karena aku tidak ingin kau punya alasan lagi untuk ikut campur dalam urusanku. Urusan antara kakakmu dan aku adalah urusan kami berdua, kau tidak akan bisa menghentikan apapun. Dan jika kau tidak ingin terlibat dalam masalah, maka berhentilah ikut campur dalam masalah ini. Mobilmu diparkir di luar gedung." Dingin Sila lalu pergi. Padahal begitu cukup jauh dari Min, dia sebenarnya sedih.


Ae datang ke rumah Kwan, tapi Kwan sedang keluar bersama ibunya saat itu dan Ayah tidak tahu mereka pergi ke mana.

Ternyata mereka berdua pergi ke clubnya Sila. Ibu agak tercengang juga melihat tempat itu, apalagi melihatnya banyaknya wanita-wanita cantik nan s~~si yang bekerja di sana. Sila berhubungan dengan para wanita itu setiap hari, apa Kwan bakalan bisa menerimanya? Cemas Ibu.

Dia mendadak jadi ragu dengan Sila. Penampilan dan sikap Sila memang terlihat baik, tapi pekerjaan ini... Ibu cemas kalau-kalau yang dibilang Min itu ternyata benar, bahwa Sila hanya akan menganggap Kwan sebagai mainannya seperti para wanita itu.

Kwan ngotot tak percaya. Dia yakin semakin sering Sila bekerja dengan para wanita itu, itu akan membuat posisi Kwan jadi semakin tinggi di mata Sila karena dia bukan cewek gampangan.

Selain itu, dia berasal dari garus keturunan bangsawan. Jika Sila pacaran dengannya, maka derajat Sila akan semakin tinggi dan Sila akan semakin menghargainya.

"Ibu harap begitu, nak. Tapi Ibu tidak mau kau bertengkar dan tampar-tamparan memperebutkan Khun Sila dengan para wanita itu. Jangan sampai kau melakukan itu."

"Jangan khawatir. Wanita sepertiku tidak akan menampar siapapun hanya demi seorang pria."


Mereka tidak sadar kalau asistennya Sila melihatnya dan langsung melaporkan hal itu pada Sila. Sila sinis mendengarnya, ternyata lebih cepat daripada yang dia duga.

Dia pikir kalau dia bakalan harus mengeluarkan lebih banyak uang demi membuat si angsa itu untuk mau melihat anjing seperti dirinya. Tapi ternyata, wanita semacam Kwan jauh lebih murahan daripada Ae.

"Beda sekali dengan seseorang," gumam Sila.


Pulang ke rumah, duo ibu anak itu malah melihat mobil bututnya Min mendadak sudah kembali. Terang saja duo ibu-anak itu heran dan curiga, apalagi saat Min dengan canggung mengaku kalau Sila sendiri yang mengembalinya di kantornya tadi.

Tadi saat Kwan menelepon untuk mentraktir Sila, Sila bilang kalau dia sedang sibuk dengan urusan penting. Mana mungkin dia ada waktu untuk mengembalikan mobilnya Min? Dan lagi, mobil itu sudah Kwan berikan pada Sila, kenapa juga Sila mengembalikan mobil itu ke Min?

"Selain berbohong, aku baru menyadar kenapa kau berusaha keras untuk mencegahku berkencan dengan Khun Sila. Ternyata... kau menginginkannya untuk dirimu sendiri."

Min tak percaya mendengarnya, "kau bilang apa?"

"Aku tidak mengatakannya, bukan berarti aku tidak merasakannya. Itu cuma barang rongsokan, tapi begitu kau tahu aku memberikannya pada Khun Sila, kau langsung heboh bukan main. Kau diam-diam senang karena punya alasan untuk menemui Khun Sila, bukan?"

Min menyangkal, dia tidak pernah berpikir begitu. Tapi Kwan tak percaya dan langsung bertindak kasar menyeret Min keluar dan terus menuntut kenapa mobilnya itu bisa kembali.

"Jangan bilang kalau Khun Sila yang mengembalikanya sendiri padamu karena baik kau maupun mobilmu sama-sama tidak berharga baginya untuk melakukan itu. Kau pergi ke rumahnya, kan?"

"Tidak. Sungguh dia sendiri yang membawa mobil itu padaku."

Kwan ngotot tak mempercayainya dan menuduhnya berbohong. Dan saat Min berusaha membela diri, Kwan sontak menamparnya dengan keras (Bah! Katanya tidak akan menampar cewek lain hanya demi seorang cowok, nyatanya kemakan omongan sendiri juga).


Bukan cuma menampar, dengan kejamnya dia mendorong Min sampai Min tersungkur ke lantai dan terus menuduhnya menginginkan Sila untuk dirinya sendiri. Min terus menyangkal dan berusaha menyakinkan Kwan bahwa dia memperingatkan Kwan tentang Sila hanya karena Sila itu benar-benar orang jahat.

"Jahat? Lalu kenapa kau melibatkan diri dengannya?!" Kwan sontak mendorongnya sampai Min tersungkur ke tanah lagi. "Pada akhirnya kau sama seperti ibumu, kau tidak suka main dengan pria, tapi kau suka merebut pria milik wanita lain!"

Min ngotot menyangkal. "Aku tidak menyukainya. Aku memperingatkanmu karena kurasa Khun Sila adalah P'Tor."

"Tor siapa?"

"P'Tor anak tirinya Khun Sida dulu. Orang yang pernah kau benci dan kau hina."


Tapi mendengar nama Tor malah membuat Kwan jadi tambah bengis menghajar Min tanpa ampun. Mereka tidak sadar kalau Sila sebenarnya melihat itu dari luar dan kesal.

Dia hampir saja mau bertindak menyelamatkan Min, tapi untunglah tepat saat itu juga, Ayah datang menyelamatkan Min. Ibu Tiri tidak terima dengan tuduhan Min. Bagaimana bisa dia menyebut Sila itu Tor, Tor sudah lama mati.

"Bagaimana jika aku bisa membuktikan bahwa Khun Sila benar-benar P'Tor? Maukah kau berhenti terlibat dengannya?"

Kwan jadi tambah emosi mendengarnya. "Tak kusangka ternyata mukamu sangat tebal sampai memanfaatkan seseorang yang sudah mati seperti Tor. Anjing yatim piatu itu tidak akan pernah bisa menyentuhku! Dan jangan bicara tentang Tor lagi padaku!"

 

Min pergi ke rumah lama untuk menenangkan diri saat tiba-tiba saja dia melihat Sila menyelinap masuk dan dengan cepat membungkam mulut Min dan mencengkeramnya erat sebelum dia sempat melakukan apapun.

"Ssst! Diam! Aku akan melepaskanmu kalau kau janji tidak akan berisik."

"Bagaimana kau bisa masuk kemari?"

"Bagaimana lukamu? Sakit kah?"

"Lepasin!"

"Kau terluka tapi masih saja berakting sok kuat."


Min heran, bagaimana Sila bisa tahu kalau dia terluka? Jangan-jangan dia diam-diam mengawasinya seperti bagaimana Sila diam-diam mengamati rumahnya Sida?

Mengabaikan sindirannya, Sila langsung mendudukkannya secara paksa, berniat mau mengecek kakinya. Tapi Min ngotot melawan dan menolak perhatiannya.

Tapi tentu saja Sila tak peduli dan langsung mengangkat kedua kaki Min dan menguncinya di antara kedua kakinya biar Min tidak bisa memberontak terus.

"Aku mengunci kedua kakimu dengan kedua kakiku. Jika kau tidak mau berhenti bergerak, akan kukunci mulutmu dengan mulutku. Mau?" Ancam Sila.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments