Sinopsis You're My Destiny Episode 1 - 1
Di Bangkok, tengah terjadi demo di sebuah perusahaan. Para karyawan pabrik dari Koh Sichang menolak di-PHK dan menuntut bertemu Pak Presiden mereka. Mereka bahkan berusaha menerobos masuk, tapi tentu saja mereka dihalangi oleh para sekuriti.
Dari berita di TV, presiden perusahaan itu bernama Tuan Pawut. Beberapa waktu yang lalu, dia membeli sebuah pabrik di daerah Koh Sichang dan langsung menerapkan aturan baru yaitu mem-PHK para karyawan dan mengganti mereka dengan mesin produksi. Karena itulah sekarang para karyawan pabrik itu demo dan menuntut bertemu Pawut, tapi Pawut sendiri belum muncul sedari tadi.
Itu karena Pawut sebenarnya memang sedang berada di luar kota. Apichat - asistennya Pawut galau, dia memang sudah menelepon Pawut, tapi kan perjalanan dari sana ke sini butuh waktu setidaknya dua jam.
Tapi yang tak disangkanya, Apichat mendadak mendapat telepon dari Pawut yang mengabarkan kalau dia sudah tiba. Dan tak lama kemudian, sebuah mobil limusin berhenti di depan kantor tepat saat para pendemo masih berusaha keras untuk membobol pertahanan kuat para sekuriti.
Awalnya para pendemo belum menyadari kehadirannya, tapi salah satu dari mereka - Sompong, didorong oleh para sekuriti, saat itulah dia melihat mobilnya Pawut dan sontak dia mengajak para rekannya untuk menyerbu mobilnya Pawut.
Apichat galau. "Lihatlah, Pak Presiden. Mereka tidak mau mendengarkan kami dan ngotot mau bicara dengan anda."
Pak Presiden kita yang ganteng tetap santai menghadapi situasi. Dia keluar mobil dengan tenang lalu berjalan ke lobi sebelum kemudian menghadapi mereka dengan wajah dinginnya.
Sano - si pemimpin demo sekaligus ayahnya Sompong, langsung melabrak Pawut. Biarpun Pawut sekarang pemilik pabrik, tapi tidak seharusnya dia mem-PHK semua karyawan. Itu namanya tidak berperikemanusiaan.
Pawut sinis mendengarnya, mereka menyerbu perusahaannya, membuat keributan, menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan, bahkan melukai pegawai lain. Lalu apa yang membuat mereka berpikir kalau mereka lebih baik daripada dirinya. Mereka semua juga tidak beradap.
"Kau duluan yang melecehkan kami. Jika tidak, kami tidak akan bertindak sejauh ini"
"Jaga ucapanmu. Siapa yang melecehkan siapa sekarang. Pabrikmu bangkrut dan bosmu menjual pabrik itu padaku, dan aku membelinya. Bahkan sekalipun aku tidak membelinya, kalian akan tetap kehilangan pekerjaan kalian." Nyinyir Pawut.
"Tapi kenapa kau mengganti kami dengan mesin?!"
"Itu hakku! Pabrikku! Aku bisa melakukan apapun yang kusuka."
"Baiklah. Kalau begitu, kami tidak akan pernah pergi dari sini."
Para pendemo itu langsung duduk-duduk, bahkan selonjoran dan tiduran di sana sembari mengancam akan tetap tinggal di sini sampai Pawut mempekerjakan para pegawai kembali.
Tapi Pawut tak gentar sedikitpun, dia malah mengancam balik menyuruh mereka untuk pergi dari sini dalam waktu 10 menit... atau akan dia ledakkan pabrik mereka. What?!
Bahkan tepat saat itu juga, Sano mendapat telepon dari seorang rekannya yang berada di pabrik, dia terdengar ketakutan karena pabrik mendadak didatangi beberapa orang yang membawa beberapa kotak berisi bom, dan orang-orang itu mengaku kalau mereka datang untuk meledakkan pabrik ini atas perintah Pawut.
Terang saja para pendemo langsung beranjak bangkit dengan panik. Sano tidak terima, Pawut tidak boleh meledakkan pabrik mereka, hentikan orang-orang itu sekarang juga.
"Kalau begitu, kalian semua harus segera angkat kaki dari sini!"
Sano ngotot tidak mau. Tapi kemudian dia mendapat video call dari rekannya yang memperlihatkan para tukang suruhan Pawut sudah meletakkan beberapa bom di seluruh penjuru pabrik mereka.
"Sisa waktu kalian cuma 3 menit," santai Pawut.
Sompong galau, harus bagaimana ini? Panik, Sano mengancam akan melaporkan Pawut ke polisi. Biarpun Pawut kaya dan sudah membeli perusahaan mereka, tapi dia tidak boleh meledakkan pabrik mereka tanpa izin.
Pawut makin sinis mendengarnya. Dia tahu itu. Karena itulah... dia sudah mendapatkan izin resmi dari pemerintah setempat. Dia jamin kalau peledakan pabrik itu akan dilakukan sesuai dengan regulasi yang ketat.
Sekarang mereka cuma punya waktu 1 menit, para pendemo makin panik, rekannya di pabrik bahkan didorong paksa keluar karena pabrik akan segera diledakkan. Pemimpin pengebom bahkan menelepon Pawut saat itu juga, minta izin untuk meledakkan pabriknya.
"Waktu kalian cuma 20 detik," ancam Pawut.
Terang saja para pegawai jadi heboh bukan main. Sano masih bersikeras memprotes Pawut, tapi Pawut dengan santainya mulai menghitung mundur... 10-9-8-7... sontak para pendemo berhamburan keluar, tapi Sano dan Sompong tetap bertahan, bersikeras menyatakan kalau mereka tidak akan pernah menyerah.
"6-5-4-3-2..." Sano dan Sompong sontak melompat keluar dari gedung itu dan kabur secepat mungkin. Pawut puas.
Mereka semua tidak sadar kalau Pawut sebenarnya cuma main gertak sambal. Mana mungkin dia bakalan benar-benar meledakkan pabrik yang dia beli dengan harga mahal itu.
"Sekarang ini, aku merasa seperti sedang bermain dengan bola gelembung. Menyenangkan sekali."
"Ngomong-ngomong tentang itu Pak Presiden, jangan lupa untuk bersiap untuk game nanti malam." Ujar Apichat mengingatkan Pawut akan acara makan malam keluarganya Pawut nanti malam, keluarga Charoen Preechapanich (belibet bacanya 😂).
Malam harinya, saudara-saudaranya Pawut yang rata-rata adalah para tetua, sudah tiba duluan, semuanya saling menatap jam tangan masing-masing menantikan kedatangan Pawut yang belum muncul juga.
Tampak jelas mereka senang, mungkin berharap Pawut takkan datang. Hanya Neneknya Pawut yang tampak gelisah, tapi ia meyakinkan mereka mereka masih punya waktu beberapa menit karena acara makan malam mereka baru dimulai jam 7 pas.
3 menit menuju jam 7... 2 menit... 1 menit... Pawut belum juga datang... hingga akhirnya, jam 7 pas terdengar suara sapaan Pawut. Yang tunggu-tunggu akhirnya datang.
Suasana keluarga itu terasa sekali penuh dengan persaingan. Muka para paman dan bibi langsung berubah masam begitu melihat Pawut. Neneknya Pawut lega.
Paman tertua langsung mengonfrontasi Pawut tentang insiden yang terjadi siang tadi. Tadi ia mendapat telepon dari direktur perusahaan, dia tidak suka dengan sistem manajemennya Pawut yang seenaknya mem-PHK semua karyawan pabrik dan membuat situasi jadi semakin buruk.
Neneknya Pawut berusaha membela cucunya dan menjelaskan alasan Pawut melakukan hal itu, tapi tetap saja Paman tertua terus mengkritiknya dan mengingatkan mereka bahwa mereka tidak bisa sembarangan dalam menangani masalah SDM.
Seharusnya Pawut lebih berhati-hati dalam negosiasinya. Jika tidak, dia akan dituduh tak berperikemanusiaan. Orang-orang mungkin akan menolak membeli produk mereka. Pakai acara mau mengebom pabrik segala, kekanak-kanakan sekali.
Pawut berterima kasih dengan sinis atas kepedulian mereka semua dalam bisnisnya. Tapi dia berani jamin bahwa setiap keputusan yang dia buat sudah dia pikirkan matang-matang demi kemajuan perusahaan mereka.
Jika tidak, mana mungkin pendapatan perusahan mereka bisa meningkat tajam dari yang awalnya hanya 2 milyar menjadi 20 milyar hanya dalam waktu 5 tahun. Bukankah mereka semua cukup puas dengan pembagian keuntungan tahun lalu?
Salah seorang paman dengan sinisnya mengklaim bahwa untung segitu mah kecil dalam industri makanan harian, angka segitu bahkan tidak layak disebut-sebut.
"Baiklah. Kuakui aku melakukan sesuatu yang salah. Aku pantas disalahkan karena telah meningkatkan laba perusahaan dengan pesat. Aku pantas disalahkan karena membiarkan kalian berpikir bahwa kalian bisa menikmati keuntungan tanpa perlu capek-capek kerja."
Karena itulah, Pawut memutuskan untuk mengubah peraturan pembagian keuntungan. Mulai tahun depan, pembagian keuntungan akan didasarkan pada performa kerja masing-masing. Kalau ada pertanyaan tentang hal ini, silahkan bicara dengannya.
"Setiap keputusan yang kubuat adalah benar."
Para paman dan bibi cuma bisa diam sambil menahan kesal. Neneknya Pawut diam-diam tersenyum tipis.
Usai acara makan malam yang penuh drama itu, Nenek dan Pawut langsung mendiskusikan para pamannya yang yang jelas-jelas sedang berusaha memikirkan cara untuk mengambil alih posisi presidennya Pawut, padahal mereka tahu betul kalau posisi ini hanya akan diwariskan oleh cucu pertama kakeknya Pawut.
Orang-orang itu tidak kan pernah berhenti sampai mereka berhasil menjatuhkan Pawut dan mengambil alih posisinya suatu hari nanti. Sekali saja Pawut membuat kesalahan, orang-orang itu akan langsung mengambil kesempatan untuk menggantikan posisi Pawut.
Nenek yakin Pawut bisa mengatasinya, tapi itu tidak cukup. Karena itulah, Pawut harus punya anak yang akan mewarisi posisi presidennya. Dia harus mendidik dan mengajari anaknya cara yang benar dalam menghadapi orang-orang. Dan yang paling penting, Pawut harus mengajarinya untuk berhati-hati terhadap orang-orang yang berusaha menjatuhkan keluarga Charoen Preechapanich.
"Inilah alasan nenek selalu mendesakmu untuk segera menikah."
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam