Ki bersiap menyambut kepulangan Kot dengan menghias rumah dengan bunga mawar merah. Bel pintu berbunyi tak lama kemudin, Ki langsung membuka pintu dengan antusias... dan langsung kecewa melihat Ji yang datang dengan membawa Moji.
Kesal, Ki menyuruhnya pergi setelah meletakkan Moji. Tapi Ji menolak, ada yang perlu dia bicarakan dengan Kot soalnya. Dia penasaran bagaimana perasaan Ki pada Kot yang sebenarnya.
"Kenapa juga aku harus menjawabnya?"
"Karena aku menyukai Kot. Biarpun Kot bukan ibu kandungnya Moji, tapi aku berniat untuk menjadikannya ibunya Moji dan istriku selamanya."
"Dengan cara membayarnya?" Sinis Ki.
"Apapun caranya, marilah kita berkompetisi seperti pria sejati."
"Baiklah."
Kot sudah tiba di lobi, tapi ujung-ujungnya dia malah galau antara harga dirinya atau Moji. Balik-nggak, balik-nggak... sampai dia tak sengaja bertubrukan dengan bibi tetangga.
Bibi Tetangga cemas melihatnya, dari tadi Bibi memperhatikan Kot mondar-mandir, apa dia baik-baik saja? Apa Kot baru balik dari perjalanannya? Moji pasti kangen banget sama dia.
Bibi tahu soalnya pernah melihat Ki sendirian bersama Moji saja. Sebaiknya Kot segera pulang, Moji pasti sangat merindukannya. Bujukan Bibi Tetangga akhirnya sukses membuat Kot memutuskan untuk pulang saja.
Ki dan Ji masih pelotot-pelototan dengan sengit saat bel pintu akhirnya berbunyi. Sontak kedua pria itu heboh rebutan membuka pintu dan menyambut kedatangan Kot.
"Selamat datang kembali," sapa Ji.
"Di rumah kita." Sahut Ki tak mau kalah.
Kot bingung melihat mereka, mereka bahkan hebot rebutan kopernya. Mengabaikan mereka, Kot langsung saja lari memeluk Moji saking kangennya.
"Kita akhirnya bersatu kembali sebagai satu keluarga. Mama Kot, Appa, dan Moji."
Tak mau kalah, Ki kembali dengan membawakan segelas jus jeruk khusus untuk Kot, dia peras sendiri loh jeruknya. Kesal, Ji mau merebutnya, tapi Ki sontak mendorong mukanya dengan ganas. Kot benar-benar bingung melihat keanehan kedua pria itu.
Ki mengaku kalau dia sudah mendekorasi ulang kamar Kot, dia bisa melihatnya setelah minum jus itu, Kot pasti suka.
Yang tak disangkanya, Ki ternyata menghias seluruh kamarnya dengan bunga mawar di mana-mana. Kot bahagia, Ki membuat semua ini untuk berbaikan dengannya? Tapi lain kali, mending jangan beli bunga-bunga ini. Ini buang-buang uang saja.
"Betul, lagian semua ini akan layu." Ji mendadak nimbrung dengan sinis.
Dia juga punya hadiah untuk Kot, Kot pasti lebih suka sama hadiahnya ini. Dia juga punya buket bunga untuk Kot, tapi bunganya tidak seperti bunganya Ki. Ribuan bunganya Ki takkan bisa mengalahkan buket bunganya. Tunggu yah. Wah! Ki tidak terima usahanya dijiplak sama Ji.
Tak lama kemudian, Ki berniat mengajak Kot makan bersamanya, dia menyiapkan makanan kesukaan Kot loh. Tapi Ji mendadak muncul lagi... dengan membawa buket bunga uang. Wkwkwk! Kesukaan Kot banget tuh. Mata Kot langsung melotot dan seketika lupa dengan makanan yang disiapkan Ki.
Aff kesal gara-gara Ki tidak mengangkat teleponnya. Ayah menyarankannya untuk berhenti mengejar Ki dan fokus saja untuk menikah. Aff menolak, Ayah tahu sendiri kalau dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.
Kot mengantarkan Ji keluar, tapi Ji memberitahu Kot kalau dia masih keukeuh dengan pernyataan cintanya pada Kot. Pokoknya kali ini dia tidak akan mau kalah dari Ki.
"Berilah aku satu kesempatan lagi. Pikirkanlah baik-baik. Jika Kot menerimanya, maka mereka akan menjadi keluarga. Biarpun kau bukan ibu kandungnya Moji, tapi kaulah yang membesarkannya selama bertahun-tahun. Kau menyayanginya seperti anakmu sendiri dan akulah ayahnya."
"Kau sudah punya tunangan."
"Aku kan sudah bilang, aku rela meninggalkan segalanya demi kau dan Moji, agar kita berempat bisa terbebas dari hubungan yang rumit ini."
Tapi Kot tak punya jawaban untuknya dan memintanya untuk pulang dulu saja. Tapi tepat setelah Ji pergi, Aff mendadak muncul, dia sudah mendengar semua pembicaraan mereka barusan.
Dan jelas saja informasi ini langsung dimanfaatkan Aff untuk mengancam Kot. Sebaiknya Kot menyingkir dari hidup Ki dan Ji jika Kot tidak mau ayahnya mengetahui masalah ini.
"Ki mencintaiku, dia menikahimu untuk melindungi keluarganya. Kekacauan ini akan berakhir kalau kau menghilang. Kisah ini akan berakhir kalau kau keluar dari hidup kami. Ki dan Ji bisa memulai hidup baru tanpa harus berurusan denganmu."
Gara-gara ucapan Aff itu, Kot sekarang memandang Ki dengan sedih. Merasa dirinya sedang diperhatikan, Ki akhirnya menatap Kot. Ada apa Kot menatapnya begitu?
"Aku hanya ingin melihatmu. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang kumiliki."
Ki bingung. "Kau bisa melihatku setiap hari."
"Tapi kita akan bercerai suatu hari nanti. Jika kita bercerai dan kau punya pacar baru, lalu bagaimana dengan Moji?"
Bagaimana jika Ki punya anak kandung sendiri, apakah istrinya Ki nanti akan menyayangi Moji seperti anak sendiri.
Tercengang mendengar ucapan Kot, Ki bertanya-tanya. "Kalau begitu... bisakah kita menjadi keluarga asli?"
Kot terharu... tapi dengan cepat senyumnya memudar dan air matanya berlinang. "Tolong jangan mengatakan sesuatu yang mustahil."
"Kenapa mustahil?"
"Kau tidak mencintaiku. Keluarga yang dibangun tanpa dasar cinta, tidak akan bertahan lama."
Di kamar masing-masing, mereka sama-sama termenung sedih memikirkan masalah ini.
"Apa kau benar-benar ingin bercerai dariku?" Pikir Ki.
"Apa kau pernah menyukaiku walau sedikit?" Pikir Kot.
Keesokan harinya, Ki mendapati Kot sedang sibuk berkutat dengan laptop dan peralatan tulisnya. Sedang apa dia?
"Kerja."
"Kerja? Kau punya pekerjaan lain selain jadi ibunya Moji?"
"Hampir punya. Aku merawat Moji sejak lulus sehingga aku tidak punya waktu untuk pekerjaan lain."
"Terus kenapa kau ingin punya pekerjaan lain sekarang?"
Waktu Ki mengusirnya waktu iti, Kot tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Selama ini dia hanya punya Moji, karena itulah dia harus bersiap diri sebelum segalanya berakhir, biar dia bisa bertahan hidup.
"Apa aku membuatmu merasa seburuk itu?"
"Tidak. Aku hanya ingin punya pekerjaan lain.
"Kalau kau mengerjakan pekerjaan lain, lalu bagaimana dengan Moji?"
"Jangan khawatir, aku akan jadi pedagang online."
Ki jadi tidak konsen kerja di kantor gara-gara. Apa yang harus dia lakukan? Apa yang dia bayar tidak cukup?
"Kau pasti sangat ingin bercerai!" Gerutu Ki kesal tanpa menyadari kalau sekretarisnya ada di belakangnya.
Bahkan saat Sekretaris berusaha memanggilnya, Ki malah tidak dengar sampai Sekretaris harus mengeraskan suaranya baru Ki sadar.
Sekretaris cemas, Ki ada masalah apa? Ki melamun, pasti bukan sekedar masalah kecil. Ki bisa curhat sama dia.
"Err... aku penasaran... aku ingin tahu apakah..."
"Apakah..."
"Apakah..."
"Apa, katakan saja!"
Ki bingung. "Itu... bagaimana cara mrmbuktikan seseorang menyukai kita atau tidak?"
"Yang anda maksud Khun Kot?"
"Aku tahu kedengarannya aneh kalau aku ingin mengetahui apa yang sebenarnya dipikirkan istriku tentangku. Tapi aku..."
"Saya tahu segalanya," ujar Sekretaris. Hah? Dia tahu segalanya?
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam