Sinopsis MARS: But I Love You Episode 4

 Sinopsis MARS: But I Love You Episode 4


Gara-gara kejadian itu, Rei jadi diskors seminggu. Kira hanya bisa diam di bangkunya dengan sedih. Walaupun selama ini Harumi jahat pada Kira, tapi saat melihat kesedihan Kira, Harumi tampak prihatin padanya.


Makio mengantarkan Rei keluar. Tapi saat Rei meminta Makio untuk menyampaikan maafnya pada Kira, Makio malah menyarankannya untuk berhenti melibatkan dirinya dengan Kira.

"Dia terlalu lembut untuk berkencan dengan Rei."

"Kau... apa kau menyukai Kira?" Tanya Rei, tapi Makio tak menjawabnya yang jelas saja membuat Rei kesal. "Jangan beri aku perintah kalau kau tidak bisa menjawabku!"

 

Kembali ke kelas, Makio berusaha menghibur Kira dan meyakinkannya bahwa dia tidak bersalah, jadi dia harus tetap mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.

"Biarpun aku tidak bisa berkelahi seperti Rei. Tapi jika seseorang mengatakan sesuatu, aku pasti akan bilang bahwa lukisan itu milik Aso-san."

Dia juga menyarankan Kira untuk berpikir ulang tentang kencan dengan Rei. Kira sudah melihatnya sendiri, sisi lain Rei yang menakutkan. Rei memang selalu seperti itu. Dia sulit dikontrol saat sedang marah. Jika ada seseorang yang menghentikannya, maka orang itu pasti akan terbunuh.

"Apa kau masih akan kencan dengan Rei?" Tanya Makio.


Kira tidak menjawabnya dan langsung menghindar dengan alasan mau ke ruang seni. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan Kurasawa.

Saat Kurasawa berusaha menghindarinya, Kira mencegahnya. Dia tidak dendam pada Kurasawa, tapi dia sudah berjanji pada Rei untuk memberikan lukisan itu pada Rei setelah lukisan itu jadi.

Karena itulah, dia memohon agar Kurasawa mengembalikan sketsa itu padanya. Dia janji takkan memberitahu siapapun. Tapi Kurasawa tak peduli sedikitpun dan langsung pergi.


Dua orang senior tiba-tiba menghampirinya sambil nyinyir. "Kau masih mengganggu Kurasawa-kun?"

"Jadi kau alasan Rei memukul Kurasawa-kun?"

"Kashino itu sungguh menyedihkan. Bertengkar hanya demi seorang wanita dan diskors karenanya."

Alih-alih diam, Kira memberanikan diri menegur mereka dan memperingatkan mereka untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. "Jangan mengatakan sesuatu yang bahkan tidak kalian ketahui!"


Para senior itu sontak kesal melabraknya. Tapi Harumi tiba-tiba muncul membela Kira dan mengingatkan mereka untuk tidak membuat masalah... karena mereka kan sudah mau lulus dan sedang cari kerja. Menyadari ucapan Harumi benar, para senior itu pun pergi.

Kira berterima kasih pada Harumi. Canggung, Harumi mengklaim kalau dia melakukannya bukan karena Kira, dia hanya tidak terima para senior itu menjelek-jelekkan Rei.

"Tapi, aku kaget melihatmu nyolot pada senior. Kau serius dengan Rei, kan?"


Saat Kira hendak ke ruang seni, dia melihat Kurasawa baru saja keluar dari sana. Saat dia masuk, dia mendapati sketsa itu sudah ada di meja. Senyum Kira mengembang seketika.


Dia lalu cepat-cepat pergi mencari Rei ke rumahnya. Pintunya tidak dikunci saat dia datang, tapi dia malah mendapati Rei terkapar di lantai. Kira cemas, tapi Rei ternyata cuma tidur karena kecapekan.


Saat Kira memberikan sketsa ibu dan anak itu padanya, Rei tampak memikirkan sesuatu lalu tiba-tiba mengajaknya keluar ke pantai tempat pertama kali mereka bertemu dan tempat pertama kalinya Rei mendapatkan sketsa itu.

"Gambar itu milik Kashino-kun. Walaupun pada akhirnya aku tidak bisa memberikannya padamu, tapi lukisan itu bukan milikku ataupun milik Kurasawa-senpai. Karena itulah, Kashino-kun boleh melakukan apapun (pada gambar itu)."


Tapi yang tidak disangkanya, Rei malah membakar sketsa itu. Teringat saran Makio untuk putus dengan Kira, Rei dengan dinginnya menyuruh Kira untuk tidak datang lagi ke rumahnya. Dia juga akan berhenti jadi modelnya Kira.

"Kenapa?"

"Jika kau terus berada di sisiku, kau pasti akan terluka lagi."

Kira tidak terima dan terus menuntut kenapa. Rei tak bisa menjawabnya dan cepat-cepat menghindar, meninggalkan Kira menangis sedih.


Rei akhirnya kembali ke sekolah dan langsung disambut teman-temannya, tapi dia sengaja mengacuhkan Kira, bahkan duduk membelakanginya. Kira pun hanya bisa diam dan bersedih seorang diri. Makio menyadari perubahan interaksi mereka.


Kejadian itu benar-benar mempengaruhi mood Kira hingga dia tidak bisa konsen melukis. Melihat itu, Makio menyarankannya untuk tidak terlalu terburu-buru. "Suatu hari, kau pasti akan menemukan sesuatu yang ingin kau gambar."

"Terima kasih. Kirishima-kun, kau benar-benar baik. Siapapun yang jadi pacarnya Kirishima-kun, dia pasti akan hidup bahagia dan tersenyum setiap hari."


Saat Makio sedang duduk di taman sendirian, seorang gadis tiba-tiba mendekatinya dan to the point nembak Makio. Tapi Makio menolak. Dia memang tidak punya pacar sekarang, tapi dia sudah punya seseorang yang dia sukai.

"Apa orang itu Asou-san?" Tanya wanita itu. Dia menduga seperti itu karena mereka selalu bersama. Tapi Makio lagi-lagi hanya diam tanpa jawaban.

 

Kurasawa ketemuan dengan Rei di atap gedung. Kurasawa mengakui kalau Rei benar tentang lukisannya yang terasa hampa tanpa perasaan. Dia menyadari betul keterbatasan bakatnya. Tapi orang-orang terus berharap padanya.

"Jadi karena itu kau mencurinya."

"Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya memiliki orang-orang yang berharap banyak padamu!"

"Apa yang akan kau lukis selanjutnya? Rasanya pasti berat karena orang-orang berharap padamu. Yah, terserahlah. Jika rasanya berat, kau bisa mencuri lagi." Sindir Rei lalu pergi.


Malam harinya saat Rei berjalan pulang, dia tak sengaja bertubrukan dengan 3 preman. Si preman langsung marah. Rei tak peduli dan berniat langsung pergi.

Kesal, para preman itu langsung menyeretnya ke suatu tempat sepi dan menghajarnya keroyokan, tapi Rei dengan mudahnya melawan mereka.

Dia hampir saja menghantam mereka dengan botol bir besar, tapi kemudian dia teringat pada Kira dan ketakutan di wajah Kira saat melihat kemarahannya.

Ingatan itu membuatnya lemah dan urung menghajar mereka. Kesempatan, para preman itu langsung balas mengeroyoknya dan kali ini Rei sama sekali tak melawan mereka. Kurasawa melihat kejadian itu dari pojokan dengan antusias.


Kira masih berada di ruang seni, menatap kanvas kosongnya dengan sedih. Melihat itu, Makio bertanya-tanya apakah Kira bisa melupakan Rei.

Tepat saat itu juga, Rei menelepon. Tapi dia tak mengatakan apapun. Cemas, Kira sontak melesat keluar mencari Rei.


Setibanya di sana, dia mendapati Rei terduduk lemas di lantai dengan wajah babak belur. 0Rei mengaku kalau dia berkelahi dengan preman. Tapi jangan khawatir, dia hanya kasar awalnya saja. Selanjutnya dia bahkan tidak melawan.

"Kenapa kau begitu?"

"Karena wajahmu muncul. Karena wajah sedihmu muncul dalam pikiranku. Makanya aku berhenti. Aku tak bisa melakukan apapun. Puji aku. Aku ingin kau memujiku agar aku bisa bertahan."

"Bodoh."


Tersentuh melihat air mata Kira, Rei menghapusnya lalu mengecup lembut bibirnya. Dia lalu memberikan gelangnya ke tangan Kira. "Ini adalah jimat keberuntunganku."


Rei datang ke sekolah dengan muka lebam-lebam sampai Makio heran, ada apa dengan wajahya? Rei santai berkata kalau ini tanda seorang pria sejati.

"Aku... seperti yang bisa diduga, aku tidak akan putus dengan Kira. Aku tidak akan menyerah." Ujar Rei lalu pergi. Makio tidak senang mendengarnya.


Kida keheranan saat melihat wajah babak belur Rei, jarang-jarang Rei bisa babak belur kayak begini.

"Tapi justru karena ini, aku tidak jadi kehilangan sesuatu yang penting."

"Sesuatu yang penting? Apa? Katakan!"

Tapi perhatian Rei langsung teralih saat dia melihat Kurasawa. Dia langsung menghampiri Kurasawa dan nyinyir berterima kasih padanya atas kejadian semalam.

"Apa maksudmu?"

"Jangan pura-pura bodoh. Temannya senpai jelek banget aktingnya. Jelas-jelas mereka menubrukku dengan sengaja. Jangan khawatir. Kau bahkan tidak layak dihajar."


Kira sedang menggambar sketsa lukisan Rei... tepat saat Kurasawa naik ke tepi atap gedung lalu melompat.

Dia dan Rei sedang rebutan kanvas lukisan itu saat Makio terburu-buru datang dan membawa kabar buruk tentang Kurasawa, dia melompat dari atap gedung.


Mereka semua sontak berlarian ke TKP. Tapi setibanya di sana, segalanya sudah terlambat dan hanya ada bekas genangan darah.

Pemandangan itu tiba-tiba membuat napas Rei semakin memburu... teringat akan kilasan-kilasan kenangan buruk masa lalunya, seseorang yang juga melompat dari atap gedung.

 

Kenangan buruk itu membuat napasnya semakin sesak hingga dia pingsan dan terkapar di tanah. Kira cemas bukan main karenanya. Tapi Makio dengan santainya menegakkan tubuh Rei lalu melakukan CPR? Aaaargh! jijay! Itu CPR apa ciuman? Tapi Rei terbangun berkat ciuman err... CPR itu.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam