Kira Aso (Iioto Marie) sedang duduk di tepi pantai sambil menggambar ibu dan anak yang sedang bermain-main dengan gembira.
Seorang pria tampak melaju dengan sepeda motornya sebelum akhirnya dia berhenti di belakang Kira. Dia turun dari sepeda motornya lalu memanggil Kira tapi Kira tidak mendengarnya karena dia sedang mendengarkan lagu dengan headphone.
Pria itu akhirnya mendekat ke Kira. Dan begitu melihat apa yang Kira gambar, dia langsung berseru kagum. "Keren!"
Kira mendengar suaranya dan langsung shock mendapati wajah pria asing di depan matanya. Sontak Kira berusaha menjauh tapi gerakan itu malah membuatnya hampir terjatuh.
Pria itu sigap menangkap Kira dan jadilah wajah mereka jadi semakin dekat. Tapi Kira ketakutan dengan kedekatan jarak mereka. Menyadari ketakutan Kira padanya, pria itu meyakinkan Kira kalau dia tersesat dan hanya mau tanya arah ke Hotel Hyatt Royal.
Kira tidak mengatakan apapun tapi dia menjawab pertanyaan pria itu dengan menggambar peta di kertas gambarnya, memberikannya pada pria itu lalu cepat-cepat melarikan diri dan membuat pria itu kebingungan dengan sikapnya.
Pria itu adalah Rei Kashino (Fujigaya Taisuke). Rei lalu melipat kertas map itu tapi dibelakang map, dia mendapati sebuah gambar sketsa seorang ibu yang tengah menimang bayinya. Rei terpesona dengan gambar itu lalu menoleh ke arah Kira dan melihatnya berjalan makin menjauh.
Tapi dia tak sempat memikirkannya lebih jauh karena dia ditelepon seseorang yang menyuruhnya untuk cepat-cepat ke hotel. Dia lalu mengendarai motornya lagi dan melewati Kira sambil melambai-lambaikan kertas gambar pemberian Kira seolah mengucap terima kasih.
Tahun ajaran baru dimulai, Kira duduk sendiri di meja dekat jendela. Seorang siswi tak sengaja menyenggol dan menjatuhkan kotak pensilnya. Dia meminta maaf tapi Kira sama sekali tidak menanggapinya.
Sikapnya yang sangat pendiam itu jelas saja membuat para siswa yang lain langsung mencemoohnya dan mengatainya gadis tanpa emosi. Tapi bahkan sekalipun semua orang mencelanya secara terang-terangan, Kira tidak bereaksi apapun hingga semua orang semakin meremehkannya.
Di luar, Rei datang dengan motor kerennya. Kedatangannya membuat para siswi langsung jejeritan heboh. Rei si playboy dengan santainya menepuk ringan b~~ong salah seorang siswi dengan helmnya. Dan aksi playboy-nya itu sukses membuat para siswi makin heboh. Apalagi saat dia bilang kalau anak-anak tahun pertama sangat menarik perhatiannya. Gombal banget deh, tapi para gadis suka.
Saat Rei masuk kelas, Kira langsung mengenalinya sebagai pria asing di tepi pantai waktu itu dan langsung kaget menyadari kalau dia dan Rei sekelas. Salah seorang siswi bernama Harumi Sugihara langsung menyambut kedatangan Rei dengan teramat sangat antusias.
"Sekelas selama 2 tahun berturut-turut itu rasanya seperti takdir, iya kan?" kata Harumi.
Tapi Rei tidak seantusias Harumi dan dengan santainya menekankan kalau yang merasa seperti itu cuma Harumi sendiri. Rei cepat-cepat mengalihkan topik dan bertanya dimana tempat duduknya.
Rei pun langsung duduk di tempat yang dimaksud Kida... yang kebetulan terletak tepat di sampingnya Kira. Tak lama kemudian, Sensei datang.
Rei menoleh ke sebelah dan langsung mengenali Kira. Rei mencoba bicara padanya tapi Kira terus menerus menunduk untuk menghindari pandangan mata mereka.
Sensei mengabsen Kira dan saat itulah Rei mengetahui nama Kira. Rei bertanya-tanya bagaimana cara mengeja nama Kira, Kira terus diam tidak menjawabnya malah Kida yang tiba-tiba nyeletuk memberitahu Rei tentang cara mengeja nama Kira dalam huruf Katakana.
Rei terus berusaha menarik perhatian Kira dengan terus mengajaknya bicara tapi Kira terus berusaha menghindarinya.
Tidak tahan lagi, Rei langsung menarik Kira mendekat padanya lalu mengangkat dagu Kira untuk membuat Kira menatapnya "Kenapa kau mengacuhkanku?"
Melihat itu, Sensei langsung mengomeli Rei karena merayu cewek lagi pada tahun ajaran baru. Siswa yang lain langsung menertawainya... Hanya Harumi yang tampak sama sekali tidak senang melihat kedekatan Rei dan Kira.
Pada jam pergantian pelajaran, Kida menasehati Rei untuk melupakan Kira. Kira memang kelihatan cute tapi dia berbeda daripada kebanyakan gadis. Kida mengaku kalau dia dan Kira dulu sekolah di SMP yang sama. Dari dulu yang dilakukan Kira cuma menggambar tanpa mau bicara pada orang lain.
"Dia mungkin punya phobia pada cowok" ujar Kida.
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Aku sekelas dengannya waktu SMP. Setiap kali tak sengaja menyentuhkan atau menyenggolnya dengan tanganku, dia bersikap seperti disentuh barang kotor"
"Bukankah itu karena kau memang kotor? Lagipula aku tidak merayunya kok"
Pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Inggris. Sensei menunjuk Kira dan menyuruhnya untuk membaca teks Bahasa Inggris.
Tapi Kira membacanya dengan suara yang sangat amat pelan sampai anak-anak tidak bisa mendengarnya. Dan sontak saja hal itu langsung membuat semua orang menertawainya. Sensei langsung mengomeli para siswa itu dan akhirnya menunjuk siswa lain.
Kira duduk kembali saat tiba-tiba saja sebuah kertas mendarat di mejanya. Kertas itu dari Rei yang memberitahu kalau dia masih menyimpan sketsa ibu dan anak yang dia gambar di belakang map.
Kira baru ingat dan tiba-tiba saja dia berseru keras-keras yang jelas saja membuat semua orang langsung berpaling padanya dengan keheranan. Rei senang dan tidak menyangka ternyata Kira juga bisa bersuara keras.
Saat jam istirahat, Rei bertanya-tanya tentang sketsa gambar itu pada Kira. Rei bertanya apakah Kira menggambar sketsa itu berdasarkan seorang model? Kira mengaku kalau dia menggambar sketsa itu berdasarkan seorang ibu yang menggendong anaknya di sebuah taman. Tapi Kira penasaran, kenapa Rei masih menyimpan gambar itu?
"Kenapa? Karena gambar itu indah. Gambar itu sangat menakjubkan"
Kira tersenyum senang mendengarnya. Tapi tepat saat itu juga, percakapan mereka terpotong cepat karena Rei dipanggil teman-temannya untuk keluar bermain basket. Para siswi yang sedari tadi memperhatikan mereka, ketawa geli melihat reaksi Kira saat bicara dengan Rei. Tapi Harumi hanya diam, tampak semakin kesal dan benci pada Kira.
Di luar, para siswi jejeritan heboh menonton Rei bermain basket. Sementara Kira sedang sibuk melukis sendirian di studio seni.
Tak lama kemudian, Guru Bahasa Inggris-nya tiba-tiba masuk. Dia melihat lukisan Kira, lalu tiba-tiba saja dia meletakkan kedua tangannya di bahu Kira, mendekatkan wajahnya terlalu dekat ke wajah Kira, mengelus tangan Kira yang sedang menggambar sementara tangannya yang satu lagi perlahan-lahan mulai masuk ke dalam baju Kira.
Kira sontak membeku ketakutan... saat tiba-tiba saja pintu terbuka dan Rei masuk. Sontak saja Sensei itu menarik kembali tangannya tapi Rei sempat melihat perbuatannya.
Rei bertanya-tanya apa yang Sensei lakukan disini dan sejak kapan Sensei jadi guru seni? Sensei dengan kesalnya bertanya balik, apa yang Rei lakukan disini padahal Rei kan bukan anggota klub seni.
"Memangnya kalau bukan anggota, tidak boleh datang kemari?" tukas Rei "Kalau begitu, aku akan bergabung jadi anggota saja"
"Kau kan tidak bisa menggambar"
"Entahlah, mungkin saja aku punya bakat terpendam. Seperti Guru Bahasa Inggris yang kelihatan baik tapi ternyata melecehkan murid-muridnya"
Si Sensei berusaha berkilah. Tapi Rei langsung mengambil sebuah cutter lalu mengeluarkan mata pisaunya. Sensei ketakutan, mau apa Rei dengan alat itu?
Dengan tatapan dingin menakutkan, Rei berkata "Aku hanya berpikir untuk meruncingkan pensil. Bukan berarti aku akan menggunakannya untuk mencincang mukamu"
Sensei ketakutan dan langsung cepat-cepat melarikan diri. Kira menangis begitu Sensei itu pergi. Rei tak percaya melihatnya, kenapa juga Kira diam saja dilecehkan seperti itu? omel Rei.
Rei lalu melihat lukisan Kira dan terkagum-kagum melihat bakat seni Kira. Rei melihat patung dewa yang jadi obyek lukisan Kira dan membaca labelnya 'MARS'. Planet Mars?
Kira menjelaskan kalau MARS itu adalah dewa perang dalam mitologi Romawi. Rei terheran-heran melihat wajah patung itu. Rei memperhatikan bahwa walaupun dia dewa yang gagah tapi wajahnya cukup lembut.
Rei semakin mendekatkan wajahnya ke wajah patung Dewa Mars itu lalu tiba-tiba saja dia menempelkan bibirnya ke bibir patung Dewa Mars itu. Kira terkejut melihatnya.
Keesokan harinya, Rei mengembalikan sketsa ibu dan anak itu pada Kira. Rei meminta maaf karena kertas itu agak kusut, tapi Kira tidak mempermasalahkannya.
Toh itu hanya sketsa kasar, kalau dia sudah melukisnya di atas kanvas maka sketsa itu tidak akan dia butuhkan lagi. Rei tidak percaya mendengarnya, apa itu artinya Kira mau membuangnya?
"Kalau begitu, apa aku boleh memilikinya?" tanya Rei
"Tidak masalah"
"Benarkah?" Rei senang
Melihat keantusiasan Rei, Kira berkata kalau dia akan memberikan lukisan cat minyak yang sudah jadi untuk Rei sebagai ungkapan terima kasih atas bantuan Rei kemarin. Tentu saja Rei makin senang mendengarnya.
Harumi tiba-tiba muncul ditengah-tengah mereka. Saat dia tahu kalau Kira mau memberikan lukisan itu Rei, Harumi langsung terang-terangan melabrak Kira dan menuduh Kira sedang berusaha merayu Rei.
"Harumi, jangan cemburu hanya karena kau tidak bisa (melukis)" omel Rei yang kemudian cepat-cepat menyuruh Kira mengikutinya pergi.
Waktu pelajaran Bahasa Inggris, Sensei sengaja menulis soal yang cukup sulit papan lalu menyuruh Rei menyelesaikan soal di papan itu. Dia sengaja ingin balas dendam dengan cara mempermalukan Rei yang saat itu lagi asyik molor di mejanya. Dia bahkan masih setengah mengantuk saat maju ke depan.
Saat melihat Rei terdiam menatap soal di papan, Sensei langsung menyindir Rei dan menuduhnya cuma pintar dalam olahraga saja.
Tapi Rei dengan tenangnya menanggapi sindiran Sensei. "Salah anda sendiri sudah membangunkanku."
Dia lalu mengejutkan semua orang dengan menulis kalimat panjang dalam Bahasa Inggris dengan sangat lancar. Tapi yang lebih mengejutkan semua orang adalah kalimat yang ditulisnya dimana dia terang-terangan menyindir Guru Bahasa Inggris yang tampak sangat baik tapi ternyata melakukan pelecehan s~~~~al pada muridnya sendiri. Panik, Sensei buru-buru menghapus tulisan itu.
Sore harinya, Rei pulang dengan mengendarai sepeda motornya seperti biasa. Dia pergi tanpa menyadari Sensei yang diam-diam mengintipnya dengan senyum licik.
Di tengah jalan, Rei baru menyadari kalau rem sepedanya blong... tepat saat itu juga, ada sebuah truk yang lewat didepannya tapi Rei tidak bisa mengontrol laju sepedanya... Dan... apakah yang terjadi?
Aaaah, kecewa aku di bagian ini. Kenapa dilewatin gitu aja padahal adegan sliding di bawah truk yang ada di versi Taiwan-nya kan keren banget.
Setelah memastikan murid-murid sudah pulang, Si Sensei langsung mendekati Kira yang sedang asyik melanjutkan melukis Dewa Perangnya seorang diri.
Kira ketakutan dan berusaha melarikan diri tapi Sensei menghalanginya dan dengan liciknya memberitahu Kira kalau kali ini Rei tidak akan datang menyelamatkannya karena mungkin sekarang Rei sudah terbaring di rumah sakit.
Ketakutan akan terjadi hal buruk pada Rei, membuat Kira tiba-tiba punya keberanian untuk berteriak marah pada Sensei "Apa yang kau lakukan? APA YANG KAU LAKUKAN PADA KASHINO?!"
Pintu tiba-tiba menjeblak terbuka dan Rei masuk dengan terengah-engah tapi dia tampak baik-baik saja. Tanpa basa-basi, dia langsung melabrak perbuatan Sensei yang hampir saja membuatnya celaka. Jika ini yang Sensei ingin mainkan, Rei mengusulkan agar sebaiknya mereka go all out.
"Sensei, kau mengendarai mobil, kan? Agar tidak terjadi kecelakaan, berhati-hatilah, Sensei!" Ancamnya dingin.
Dia lalu mengajak Kira pergi bersamanya dan mengaku terkejut mendengar cara Kira membentak Sensei tadi. Kira berkata kalau dia seperti itu karena Sensei melakukan sesuatu pada Rei. Rei tak menyangka kalau Kira bersuara sekeras itu karena dia.
Tiba-tiba dia berbalik menatap Kira dan berkata "Kau... tak disangka ternyata sangat kuat."
Kira tersenyum mendengarnya lalu cepat-cepat berlari menyusul Rei yang menggerutu panjang lebar tentang biaya perbaikan motornya dan bagaimana dia harus mencari pekerjaan paruh waktu lain untuk membayari biaya perbaikan motornya.
Seorang murid baru tiba di sekolah. Dia adalah Makio Kirishima (Kubota Masataka), seorang murid pindahan yang sempat dirawat selama setengah tahun di rumah sakit tapi sekarang sudah cukup baikan. Setelah berkenalan dengan Kepala Sekolah, Makio lalu berjalan-jalan keliling sekolah dan melihat Rei bercakap-cakap dengan Kira.
Kira memberitahu Rei kalau Guru Bahasa Inggris itu sekarang sudah berhenti dari sekolah dan pindah mengajar ke tempat les. Rei memberitahu Kira untuk tidak merasa bersalah karena yang salah duluan adalah Si Sensei itu.
"Kalau terjadi apapun, katakanlah padaku. Aku akan melindungimu" ujar Rei
Rei hendak pergi tapi Kira tiba-tiba menghentikannya dan berkata kalau dia sebenarnya memang ingin minta bantuan pada Rei "Bisakah kau pinjamkan tubuhmu padaku?"
Hahaha! Sangar amat permintaannya! Rei kaget... maksudnya... meminjamkan tubuhnya... untuk begituan? Kira cepat-cepat menyangkalnya dan mengoreksi "Aku ingin kau menjadi model lukisanku"
Rei langsung setuju. Dia bersedia menjadi modelnya Kira sebagai ganti lukisan ibu dan anak yang Kira berikan padanya. Mereka kemudian sepakat untuk bertemu di studio pada jam makan siang...
Tidak ada satu pun diantara mereka yang melihat si siswa baru yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka dengan dingin.
*****
Aku hampir aja lupa sama drama ini gara-gara dulu subnya lama banget dan baru nemu subnya sekarang. Hahaha.
BTW, ada yang pernah nonton versi Taiwan-nya? Yang dibintangi Vic Zhou dan Barbie Hsu?
Aku suka banget yang versi Taiwannya. Salah satu TW-Drama favoritku selain Meteor Garden, Devil Beside You, Fated to Love You, Autumn Concerto dan It Started With a Kiss. Makanya aku tertarik nonton yang versi Jepangnya ini.
Kalau dibandingin, versi Jepang ini terasa lebih cerah (cinematography-nya cerah banget). Tapi kesannya jadi nggak nyambung dengan ceritanya yang lebih dark.
Para karakternya juga, kalau di versi Taiwannya kan sejak episode awal sudah ditunjukkan kalau Han Qi Luo dan Ling menyimpan misteri masa lalu yang sama-sama kelam dan traumatis. Tapi versi Jepangnya ini nggak ada kesan seperti itu.
Episode 1 sih plotnya berjalan cepet banget khas drama Jepang, tapi tetap saja rasanya kurang menarik dibanding versi Taiwannya. Mungkin karena durasinya yang cuma 20 menitan kali, jadi ceritanya terasa terlalu rush.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam