Sinopsis The Sand Princess Episode 6 - 2
Tak lama kemudian, mereka saling bertukar informasi pribadi masing-masing. Dan hal pertama yang Ki baca dari Kot adalah... suka Sailor Moon. Oh, pantesan Kot waktu itu berusaha menjadi penegak keadilan.
"Lihatlah kau, kau sendiri suka Dragon Ball!"
"Apa lagi ini. Benda favorit - uang. Yang paling diinginkan - uang. Warna favorit - warna uang. Ya ampun, apa kau sadar betapa terobsesinya kau dengan uang?"
"Aku mending daripada kau. Yang kau lakukan cuma kerja. Kau punya uang tapi tidak punya impian."
"Siapa bilang aku tidak punya impian? Impianku adalah membuat keluargaku dan orang-orang yang kusayangi bahagia."
"Keren. Terus siapa teman baikmu?"
"Nggak punya. Orang paling dekat denganku adalah sekretarisku."
"Siapa cinta pertamamu? Aff?"
"Iya."
Kot cemburu. Ki langsung membalikkan pertanyaan itu ke Kot, siapa cinta pertamanya Kot? Ji? Kot menyangkal, cinta pertamanya adalah anak tetangga semasa kecilnya, namanya Wanchot.
Dulu dia sering dihina sebagai anak yatim piatu sama teman-temannya. Wanchot lah yang selalu melindunginya, Wanchot benar-benar seperti keluarga baginya.
Tapi kemudian Wanchot melanjutkan studi di luar negeri lalu pindah entah ke mana sehingga pada akhirnya mereka kehilangan kontak.
"Kuharap aku bisa bertemu dengannya lagi."
"Lalu bagaimana dengan ibumu? Apa kau tidak ingin bertemu dengannya?"
"Tidak. Aku sudah lupa kalau aku pernah memiliki seorang ibu."
"Sebenarnya kau dan aku sama, kita sama-sama tidak punya orang tua."
"Kita sama sekali tidak sama. Kau punya adik dan bibi, itu jauh lebih baik dariku. Aku sebatang kara."
Prihatin, Ki dengan manisnya mengingatkan Kot bahwa sekarang Kot punya dia dan Moji. Sekarang dia adalah keluarganya Kot. Kot tersentuh mendengarnya, terima kasih.
Kot buru-buru mengalihkan topik, yang perlu dia hapal cuma menghapal kan? Gampang. Tapi Ki berkata bahwa mereka juga harus melakukan praktek. Hah? Kot mendadak panik. Praktek?
"Berhentilah berkhayal yang tidak-tidak. Maksudku adalah kita harus mulai melakukan banyak hal bersama."
Tak lama kemudian, mereka sekeluarga pergi bermain ke taman bersama dan makan bersama di restoran dengan gembira. Kot senang, terima kasih untuk hari ini, mereka benar-benar senang.
"Sudah cukup lama juga aku tidak main dan bergembira."
Tapi sesampainya di rumah, Kot mendadak ingat kalau dia kehabisan susunya Moji. Ki menawarkan diri untuk keluar membelinya, tapi Kot menolak. Ki pasti capek setelah seharian, biar dia saja yang keluar.
Tapi setibanya di lobi, Kot mendadak ketakutan karena merasa ada seseorang yang membuntutinya. Dia terus celingukan kesana-kemari... saat tiba-tiba saja dia kaget melihat Ji yang mendadak muncul.
Ternyata dia yang membuntuti Kot, habisnya Kot belakangan ini menghindarinya terus. Ji ngotot kalau mereka harus bicara.
Ki mulai cemas karena Kot masih belum balik juga. Waktu dia mencoba menelepon, dia malah mendapati ponselnya Kot ketinggalan di tasnya. Ki jadi tambah cemas karenanya.
Ji meminta Kot untuk melupakan kejadian malam itu, dia mabuk waktu itu sampai ngomong ngawur. Maaf sudah menyusahkan Kot. Mereka masih teman, kan? Dia serius, dia tidak mau keilangan teman baik seperti Kot.
Baiklah, tapi Ji jangan melakukan itu lagi loh. Ji membuatnya takut. Oke, tapi Kot juga harus janji padanya bahwa jika Kot punya masalah apapun, maka Kot harus datang padanya.
"Oke. Terima kasih. Biarpun kau selalu membuatku sakit kepala, tapi kau teman terbaik. Aku juga tidak ingin kehilanganmu."
Senang, Ji langsung menarik paksa Kot ke dalam pelukannya.
Muka Ki tampak masam saat Kot pulang tak lama kemudian. Ah, ternyata dia tahu kalau Kot bertemu Ji tadi. Apa mereka sudah membicarakan segalanya dengan Ki?
Kot bingung harus menjawab apa, tapi mereka tak sempat membahas masalah ini lebih lanjut karena tepat saat itu juga, Bibi mendadak menelepon dan mengabarkan kalau dia mau ke rumah mereka sekarang juga, Bibi sudah ada di lobi malah sekarang. OMG! Mereka kan tidak tidur sekamar. Bisa ketahuan kalau Bibi datang.
Gawat! Kot langsung menyuruh Ki untuk turun saja menjemput Bibi biar dia urus masalah kamar. Kot secepat kilat merapikan kamar dan mengambil semua barang-barangnya lalu memindahkannya ke kamar Ki sebelum kemudian keluar menemui Bibi.
"Bibi kenapa tidak bilang-bilang kalau mau datang?"
"Aku ingin memberi kalian surprise."
"Oh, hahaha! Surprise banget."
Mereka sudah beberapa hari ini tidak membawa Moji menemuinya, Bibi kangen sama Moji. Tapi tidak masalah, Bibi mengerti kalau Ki sibuk dan Kot juga sibuk mengurus anak dan suaminya. Makanya, mereka tidak perlu membawa Moji ke rumahnya... Bibi saja yang datang kemari. (APA?!)
Bibi bahkan memutuskan mau menginap di sini malam ini. Bibi akan tidur dan main sama Moji. Ki dan Kot jelas galau tak tahu harus bagaimana. Bibi heran melihat reaksi mereka. Ada apa?... Sebentar! Jangan bilang kalau mereka tidur di kamar terpisah?
"Oh, tidak, tidak. Bibi boleh menginap. Kami berdua... tentu saja tidur satu kamar. Hahaha!"
Bibi senang. "Aku tidak sabar untuk memeluk Moji. Kalian berdua bisa saling berpelukan sendiri."
"Ide bagus."
Begitu aman di kamar, Kot langsung kesal memprotes Ki karena membiarkan Bibi menginap. Masalahnya Ki terpaksa melakukannya, Bibi bahkan bawa koper kemari. Kalau dia tidak mengizinkan, dia pasti akan curiga. Pokoknya malam ini Kot harus tidur dengannya.
"Tidur denganmu?!" Kot sontak menyilangkan tangan untuk melindungi dirinya sendiri.
"Hei, kita cuma berbagi kamar, tidak lebih."
Kot tidak setuju. "Ini bukan bagian dari kesepakatan."
"Aku akan memberimu bayaran ekstra. Akan kubayar kau per jam selama tidur di kamarku."
Wah! Kot tersinggung. "Pertama kau membayarku untuk menikahimu. Sekarang kau membayarku untuk sekamar denganmu juga? Kau pikir aku cewek apaan?"
"Kau mau terima tawaranku atau tidak?"
"Aku cuma terima cash!" (Wkwkwk!)
"Deal!"
"Dan kau harus membayar tambahan 1.000 baht setiap menit kau menyentuhku."
"Baiklah."
"Asal kau tahu saja, aku melakukan ini bukan demi uang, aku melakukan ini untuk bibimu. Katakan saja apa yang harus kulakukan."
Mereka pun keluar lagi seolah mereka barusan cuma sedang menyiapkan kamar untuk Bibi. Dia akan bangunkan Moji dan memindahkannya ke kamar mereka biar Bibi bisa tidur lebih nyaman.
"Jangan! Biarkan dia tidur bersamaku. Kalian berdua kan jarang punya kesempatan untuk berduaan."
"Tidak masalah kok, Bi!"
"Biarkan saja! Kalian nikmati saja malam romantis bersama."
Ki buru-buru menyetujuinya sambil bergaya sok romantis pada Kot, mereka bisa bersenang-senang berdua. Bibi senang lalu masuk kamar dan meninggalkan mereka berduaan. Kot sontak memelototi Ki dengan garang.
"Ayo masuk kamar kita, istriku."
"Kalau kau melanggar janjimu, kau harus membayarku."
Mereka jadi galau sekarang. Begini saja, Ki akan tidur di lantai. Tapi Kot tak setuju, mending dia saja yang tidur di lantai. Ki nggak mau, dia pria, jadi harus dia yang tidur di lantai.
Ujung-ujungnya mereka malah jadi heboh tarik-tarikan bantal dengan seru. Tapi Kot kalah kuat hingga akhirnya dia terhuyung maju menimpa Ki... tepat saat Bibi mendadak muncul dan jelas salah paham mengira dia sudah mengganggu kegiatan mereka. Wkwkwk!
"Aku cuma mau pinja selimut tapi kurasa aku tidak membutuhkannya lagi."
Kot langsung menjauh dengan panik. "Ini tidak seperti yang Bibi pikirkan."
"Tidak apa-apa. Jangan malu-malu. Aku mau tidur, kalian tidak usah menghiraukanku, aku tidak butuh apapun. Hihihi!" Ujar Bibi lalu bergegas pergi.
Tak lama kemudian, Kot sudah berbaring di kasur, tapi Ki masih sibuk di meja kerjanya. Kot berniat menyuruhnya tidur saja dan berhenti kerja. Tapi Ki malah tidak bereaksi. Ah! Ternyata dia cuma pura-pura sibuk kerja untuk menghindari tidur seranjang dengan Kot.
Tapi saat Kot membangunkannya, Ki mengklaim kalau dia tidak tidur, dia cuma mengistirahatkan matanya. Padahal jelas-jelas dia ngantuk berat, Kot jadi prihatin melihatnya.
Sebaiknya dia tidur saja di kasur dan berhentilah pura-pura lagi kerja. Dia bahkan mengancam akan ngadu ke Bibi biar Bibi mengira mereka ada masalah lalu dia akan menuntut cerai.
Ketakutan, Ki akhirnya setuju. Tapi tepat saat itu juga, tiba-tiba dia ditelepon Aff yang minta bertemu besok untuk briefing acara mereka. Ki setuju. Aff senang.
Ayahnya mendadak muncul setelah mendengarkan percakapan teleponnya barusan. Biarpun Aff mengajak Ki ketemuan untuk membicarakan masalah kerja, tapi Ayah jelas tak terpedaya, ia tahu betul apa sebenarnya niatan Aff.
Jika Aff menggunakan kerjaan sebagai alasan untuk mendapatkan Ki kembali, maka sebaiknya dia berhenti. Ki sudah menikah, jangan sampai Aff merusak reputasi baik Ayah.
Aff diam saja. Tapi begitu Ayah pergi, Aff tetap bertekad meneruskan rencananya. Bodo amat Ki sudah menikah atau tidak.
Sama-sama tidak bisa tidur, Ki dan Kot secara berbarengan berbalik saling menghadapi satu sama lain. Kot mengklaim kalau dia tidak bisa tidur tanpa Moji. Ki sendiri kenapa tidak bisa tidur?
"Apa kau memikirkan Aff?"
Bersambung ke episode 7
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam