Sinopsis My Girlfriend is an Alien Episode 9 - 3
"Apa kau sudah memikirkan mau pergi ke mana?" Tanya Xiao Bu.
Ah! Benar juga. Leng tahu semua tempat yang biasanya dia kunjungi. Bahkan sekalipun dia melarikan diri, Leng pasti bisa menangkapnya. Xiao Bu usul, dia melarikan diri ke kota lain saja dan bersembunyi seumur hidupnya.
Tapi Xiao Qi rasa itu kurang pantas untuk dilakukan. Bagaimanapun, Leng sudah menyelamatkannya. Lagipula... dia sudah suka sama kota ini.
"Kurasa kau hanya tidak mau meninggalkan Fang Leng."
Xiao Qi menyangkal keras. Alat komunikasi itu kan aslinya miliknya, wajar dong kalau dia ingin mengambil kembali alat itu kembali. Jadi ngapain juga dia melarikan diri.
"Tapi sekarang benda itu sudah rusak. Kalau sekarang kau memberitahu Fang Leng tentang itu, apa kau pikir dia akan mempercayaimu?"
Tergantung. Waktu dia memberitahu Leng tentang alien, Leng bilang kalau dia cuma agak sedikit berbeda. Jadi kalau dia memberitahu Leng tentang alat komunikasi itu, mungkin Leng kan menerimanya.
Ah! Xiao Qi punya ide. Bagaimana kalau dia mencoba mencari tahu perasaan Leng malam ini. Kalau Leng tidak mempermasalahkannya, maka dia akan mengakui kebenarannya.
Melihat bosnya sedang mesam-mesem gaje, Asisten Han mencoba menggoda Leng. Mengurus Xiao Qi itu pasti sangat berat yah? Leng menyangkal, justru dia merasa ini menyenangkan.
"Apa kau percaya ada alien di dunia ini? Walaupun manusia bisa mendarat di bulan, tapi bisakah kita mendarat di planet lain?"
Dan jelas saja pertanyaan anehnya itu membuat Asisten Han jadi cemas, apa belakangan ini Leng sering berhalusinasi lagi? Mengalihkan topik, Leng tanya bagaimana perkembangan penyelidikan kasus kebakaran galeri itu.
Asisten Han berkata bahwa penyebabnya karena korsleting listrik. Tapi kerugiannya tidak terlalu besar, jadi pihak galeri tidak akan menyelidikinya lebih lanjut.
Tapi Leng mencemaskan Lie. Kebakaran ini pasti akan membuat Lie semakin ditekan oleh Ibu Tiri dan ayah mereka. Karena itulah Leng meminta Asisten Han untuk mengawasi keluarganya. Segera beritahu dia kalau terjadi sesuatu pada Lie.
Di rumah, Ibu pura-pura meminta maaf pada Tuan Fang atas perbuatannya... sebelum kemudian beralih topik dengan gaya melas mengklaim kalau Lie sekarang jadi tidak mood melukis gara-gara pamerannya hancur dalam kebakaran itu.
Tapi Lie dengan santainya menyangkal, siapa bilang dia tidak mood melukis lagi? Ibu Tiri langsung kesal memelototinya lalu meneruskan akting melasnya, mengklaim kalau Lie sudah tidak punya apapun lagi sekarang. Jadi, bagaimana kalau dia bekerja di perusahaan selama beberapa hari?
Lie tidak terima, Ayah kan sudah janji kalau dia boleh melukis seumur hidupnya. Ayah tidak boleh ingkar janji.
Begini saja, Tuan Fang serahkan keputusan sepenuhnya pada Lie. Kalau dia ingin terus melukis, Tuan Fang akan mengizinkannya untuk mengadakan pameran lagi. Tapi jika Lie ingin masuk perusahaan, Tuan Fang akan memberinya posisi.
Lie bersikeras mau tetap melukis, tapi Ibu Tiri dengan cepat membungkam mulutnya dan langsung menyeretnya ke kamar untuk dia marahi. Ibu Tiri benar-benar kesal menghadapinya, padahal dia sudah berusaha keras untuk mendapatkan kesempatan ini untuk Lie tapi Lie malah ingin terus melukis.
"Kalau hari ini kau tidak berjanji pada ibu... maka ibu akan memukul kepala ibu sampai mati di sini!"
Tapi Lie tak mempan dengan ancamannya,dia malah mengancam balik akan menjedotkan kepalanya sendiri sampai mati kalau dia terus dipaksa masuk perusahaan. Lihat saja siapa di antara mereka yang bisa menjedotkan kepala paling tepat sasaran.
Kesal, Ibu Tiri jujur mengakui kalau dialah yang sengaja membakar pamerannya Lie. Selama bertahun-tahun dia begitu menderita dan ketakutan, semuanya dia lakukan hanya demi masa depan putranya. Supaya putranya mewarisi bisnis keluarga, supaya dia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan.
Tapi yang Lie lakukan malah menghilang sepanjang hari dan malam hanya demi pameran sialannya itu, dia benar-benar sudah bodohi oleh Fang Leng. Bagaimana Ibu Tiri bisa tenang kalau begini?
Lie tak percaya mendengarnya. "Jadi karena itu Ibu membakar pameranku? Bu! Itu pameranku! Semua itu kerja kerasku!"
Ibu Tiri ngotot menyangkal dan mengklaim kalau semua itu kerjaannya Leng. Semua ini dia lakukan demi Lie. Dia terpaksa melakukan semua ini demi Lie. Ibu sudah tua sekarang, hanya Lie yang bisa dia andalkan. Bahkan sekalipun Lie tidak mau memikirkan Ibu, setidaknya pikirkanlah dirinya sendiri.
Bukankah Lie pernah bilang dulu kalau Lie ingin membangun bisnis seperti Ayah? Tapi setelah bertahun-tahun, Lie pasti tidak akan jadi begini kalau bukan karena Leng.
Tetap saja Lie tidak suka dengan caranya Ibu ini. Bahkan sekalipun kakaknya lebih hebat darinya, tapi apa perlu Ibu melawan Leng terus? Cuma karena Leng menyokong segala sesuatu untuk pamerannya, jadi Ibu memutuskan untuk membakarnya?
"Apa Ibu tidak tahu kalau seseorang hampir mati terbakar demi menyelamatkanku?! Apa Ibu tidak tahu sebesar besar rasa bersalah yang kurasakan dalam hatiku? Sudah cukup Ibu menghancurkanku, kenapa Ibu juga menyakiti orang yang sangat kupedulikan?"
Tapi Ibu Tiri tak peduli dan terus saja ngotot memaksa Lie untuk masuk perusahaan. Ibu janji tidak akan melakukan ini lagi kalau Lie mau masuk perusahaan. Tapi Lie menolak menjawab dan langsung pergi.
Jam 6 sore, saatnya Leng pulang. Xiao Qi tegang menunggu kedatangannya. Dia berniat mau mengakui perbuatannya, tapi bingung bagaimana harus mengungkapkannya. Haruskah dia mengaku kalau dia alien. Tapi apa itu tidak akan memmbuat Leng jadi shock.
Tiba-tiba pintu dibuka oleh seseorang. Xiao Qi langsung menegapkan badan dengan tegang. Tapi yang datang ternyata Lie. Kenapa dia datang kemari? Lie hanya ingin mengunjungi Xiao Qi kok.
Terakhir kali dia ke sini, Xiao Qi sedang tidur. Apa sekarang dia sudah baikan. Dia benar-benar merasa bersalah. Kalau bukan karena dia, Xiao Qi pasti tidak akan terluka.
"Kau pasti sangat membenci orang yang melakukan pembakaran itu."
"Apa yang terjadi? Apa kau sudah menemukan pelakunya?"
Lie berbohong menyangkalnya. Dia cuma penasaran, seandainya pelakunya datang dan meminta maaf pada Xiao Qi, apa Xiao Qi akan memaafkannya?
"Entahlah. Sebenarnya, sekarang ini aku hampir mirip seperti si pembakar itu. Ada seorang pria yang selalu menjagaku setiap saat, membantuku, dan menghiburku saat aku bersedih. Tapi aku selalu berbohong padanya setiap saat. Jadi orang jahat itu rasanya sangat buruk."
"Kau benar."
Xiao Qi jelas heran mendengarnya. Maksudnya Lie adalah si pembakar itu... eh, bukan! Maksudnya, itu tidak ada hubungannya secara langsung dengannya. Pokoknya dia harap Xiao Qi akan memaafkannya karena dialah Xiao Qi jadi terluka.
"Tidak masalah. Jika kau bisa melindungi orang yang kau pedulikan, maka itulah yang harus kau lakukan. Jangan salah paham, aku tidak bermaksud begitu saat aku bilang tentang peduli. Lagipula, aku sudah sejak lama menganggapmu teman."
"Aku tahu. Xiao Qi sejak kau bersama kakakku, kau banyak berubah."
"Apanya yang berubah?"
"Itu harus kau tanyakan pada dirimu sendiri." Ujar Lie ambigu. Xiao Qi bingung.
Tak lama kemudian, Xiao Qi mengantarkan Lie keluar sambil bercanda tawa gembira tanpa menyadari Leng sebenarnya sedang mengawasi mereka dari kejauhan dan tampak jelas dia cemburu.
Xiao Qi bermain air di kolam saat Leng mendadak muncul. Tanpa menyadari ekspresi Leng, Xiao Qi langsung penasaran menanyakan perkembangan kasus batu safir itu. Tapi Leng menanggapinya dengan ketus.
"Kalau begitu, apa menurutmu benda itu mungkin ada pemiliknya?"
"Apa maksudmu?"
"Maksudku... walaupun itu tampak seperti milikmu, tapi sebenarnya itu milik orang lain."
"Begitu? Jadi maksudmu aku harus melepaskan dan merelakan milikku pada orang lain, begitu?"
"Betul!"
Kau juga ingin bilang bahwa biarpun seseorang bersamaku, tapi hatinya tidak bersamaku, begitu?"
"Errr... itulah maksudku. Baguslah kalau kau mengerti."
"Apa kau menyukai Fang Lie sebesar itu?"
Xiao Qi mulai bingung dengan arah pembicaraan ini, "apa hubungannya sama Fang Lie?"
"Kau itu pacarku, tapi kau terluka demi dia, dan kau bersamaku juga demi dia, dan sekarang kau bahkan ingin aku memberikanmu padanya. Apa kau pikir aku sedermawan itu?"
Leng sontak berjalan mendekatinya dengan penuh intimidasi yang jelas saja membuat Xiao Qi refleks mundur... dan hampir saja terjatuh ke kolam kalau saja Leng tidak sigap menangkapnya.
"Dengar baik-baik. Mulai sekarang, aku melarangmu untuk melihatnya atau tersenyum padanya, kau bahkan tidak boleh menyukainya. Kau pacarku, kau hanya boleh melihatku!" Leng langsung menci~m Xiao Qi seolah mengklaim Xiao Qi sebagai miliknya seorang.
Bersambung ke episode 10
2 Comments
Lanjut.....
ReplyDeleteSemangat!!!
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam