Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 17 - 2
Qiao Yi pun sengaja membawakan beberapa makanan enak dan wine untuk orang tuanya sebelum kemudian dia memberitahu mereka bahwa dia sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya dan akan pindah ke Beijing. Ibu kaget, dia mau ngapain ke sana?
"Ayah yang menyuruhku untuk mengejar orang yang kusukai dengan penuh keberanian."
Ibu sontak menatap Ayah dengan garang. Ketakutan, Ayah meyakinkan Ibu kalau dia tidak pernah bilang begitu. Ayah tidak pernah menyuruh Qiao Yi untuk mengundurkan diri.
"Kau sudah gila. Aku tidak setuju!"
"Tapi aku sudah membeli tiket pesawat. Besok."
Kesal, Ibu ngotot menolak kepergian Qiao Yi. Ayah berusaha membela Qiao Yi dan mengingatkan kalau Qiao Yi sudah dewasa. Tapi Ibu tidak mau tahu dan tidak mau dengar. Kalau Qiao Yi masih ngotot mau pergi, maka dia tidak usah kembali lagi! Qiao Yi cuma tertunduk diam. Tapi keputusannya sudah bulat.
Wu Yi seperti biasanya, bekerja menulis novelnya dalam keadaan awut-awutan. Tapi tiba-tiba saja dia terganggu oleh suara pesta yang sangat ribut dari kamar tetangganya yang jelas membuatnya terganggu.
Kesal, Wu Yi langsung keluar menggedor pintu kamar tetangganya untuk melabraknya... tapi malah kaget saat yang membuka pintu malah Guan Chao. Guan Chao juga sama kagetnya melihat Wu Yi ada di sini.
"Ngapain kau di sini?"
"Aku baru pindah kemari."
"Aku tinggal di kamar 711." (Pfft! Si cewek gila itu ternyata Wu Yi toh)
Alih-alih marah, Wu Yi mendadak ikutan berpesta bersama mereka. Suasana agak canggung awalnya, tapi dengan cepat mereka semua mulai bisa akrab. Wu Yi memberitahu mereka bahwa dia sebenarnya tidak gila, hanya saja dia seorang penulis.
Guan Chao cemas melihatnya minum terus dan berusaha menghentikannya. Tapi Wu Yi tak peduli dan terus minum.
Begitu pesta usai tak lama kemudian, hanya tinggal Gan Chao dan Wu Yi berduaan di sana. Wu Yi mendadak curhat dan menolak balik ke kamarnya, lagi males menulis novelnya.
"Aku tidak mau jadi penulis murahan, tapi editorku melarangku menulis novel lain. Aku harus bagaimana?"
"Pulanglah, mandi, dan tidur. Besok akan menjadi hari baru."
"Aku tidak bisa menulis apapun."
"Kalau begitu, cintailah seseorang. Cinta akan memberimu inspirasi."
Mendengar itu, Wu Yi malah membuat Wu Yi terkekeh... lalu tiba-tiba saja dia mendekat dan mengec~p bibir Guan Chao. Guan Chao kaget. Dan seketika itu pula suasana di antara mereka mulai berubah. Guan Chao langsung mendekat dan menci~mnya mesra.
Hanya Ayah yang mengantarkan Qiao Yi pergi keesokan harinya dan ngotot menyuruh Qiao Yi untuk mengecek barang-barangnya dulu, siapa tahu ada yang ketinggalan. Qiao Yi awalnya malas, tapi akhirnya dia menurutinya, dan alangkah terkejutnya dia mendapati ada beberapa makanan dan obat-obatan di dalamnya.
Yah, walaupun ngotot tak mau menyetujui kepergian Qiao Yi, tapi pada akhirnya Ibu tetap khawatir dan diam-diam memasukkan semua itu ke dalam kopernya Qiao Yi saat Qiao Yi tidur lelap semalam.
Sebelum berpisah, Ayah memberinya nasehat terakhir dan juga seamplop uang. Qiao Yi pun menasehati Ayah untuk berhenti minum dan jangan selalu cari perkara dengan Ibu.
Ibu benar-benar mencemaskan Qiao Yi. Putrinya itu kan tidak pernah bepergian jauh sebelumnya. Ke Inggris waktu itu juga cuma seminggu. Guan Chao juga sibuk, dia tidak akan punya waktu menjaga Qiao Yi.
"Dia pasti tidak akan makan tepat waktu tanpa aku. Kenapa dia harus pergi ke Beijing?! Hiks!"
"Kenapa kau menangis. Kalau kau merindukannya, kita bisa pergi mengunjunginya ke Beijing. Kau itu sudah dewasa, kau harus mengontrol emosimu. Biar kucari tisu untuk mengelap air matamu."
Ayah santai saja mengeluarkan barang-barangnya... termasuk sebotol wine yang sontak membuat air mata Ibu mengering dan berubah kesal. Ketakutan, Ayah asal aja menyalahkan Qiao Yi. Pasti Qiao Yi yang menaruhnya di sini, dasar tuh anak! Nanti biar Ayah telepon dan marahi dia. Kesal, Ibu langsung menyita botol wine itu dan ponselnya Ayah.
Setibanya di Beijing, Qiao Yi langsung menelepon Wu Yi, berniat mau numpang di rumahnya Wu Yi. Tapi tepat saat itu juga, Wu Yi yang baru bangun, mendadak panik melihat Guan Chao tidur satu ranjang dengannya. Wkwkwk! Wu Yi cepat-cepat beralasan kalau dia lagi sibuk lalu menutup teleponnya.
Tak lama kemudian teleponnya Guan Chao berbunyi dari Qiao Yi juga. Wu Yi sontak panik berusaha menyembunyikan dirinya di balik selimut. Qiao Yi minta alamatnya Guan Chao sekarang juga soalnya dia tidak punya tempat tujuan.
Tapi tepat saat itu juga, Guan Chao juga mendadak panik menyadari dirinya seranjang bersama Wu Yi dan langsung menolak Qiao Yi dengan alasan sibuk juga lalu menutup teleponnya begitu saja. Qiao Yi bingung, kenapa mereka berdua sama-sama sibuk? Qiao Yi akhirnya menghubungi Da Chuan.
Canggung dengan situasi ini, Guan Chao bergegas memakai bajunya... dan BUK! Wu Yi tiba-tiba menghantam kepalanya pakai lampu sampai dia pingsan.
Yan Mo sedang dalam perjalanan ke pabrik partner mereka sambil menelepon Da Chuan dan memberitahu bahwa partner mereka itu memutuskan kerja sama mereka gara-gara pesanan mereka cuma sedikit. Karena itulah dia menyuruh Da Chuan untuk memikirkan rencana alternative.
"Oke. Oh yah, Qiao Yi ada di Beijing. Ayo kita makan bareng."
Yan Mo sontak mengerem mendadak saking kagetnya. Da Chuan bahkan memberitahu kalau Qiao Yi ada di kantor mereka sekarang. Galau, tapi Yan Mo kemudian memutuskan menolak ajakan makannya.
Da Chuan sampai tak enak dan prihatin pada Qiao Yi. Tapi dia meyakinkan Qiao Yi bahwa walaupun Yan Mo tidak peduli, dialah yang akan mempedulikan Qiao Yi. Dia akan mengurus Qiao Yi selama dia di sini. Katakan saja apapun yang ingin Qiao Yi makan.
Mereka akhirnya makan bersama di restoran hotpot sambil ngegosipin Yan Mo yang ditakuti para pegawai gara-gara wajah kakunya. Da Chuan menawari Qiao Yi untuk kerja saja bersama mereka dan tidak usah takut sama Yan Mo.
"Tapi kalau dia menolak, apa yang harus kulakukan?"
"Aku bosnya. Bos Fei! Aku yang menentukan keputusan akhir."
Selesai makan malam dengan Qiao Yi, Da Chuan datang ke rumahnya Yan Mo. Galau sesaat, Yan Mo akhirnya tanya kenapa Qiao Yi datang ke Beijing, urusan bisnis?
"Tidak. Dia sudah mengundurkan diri."
Yan Mo kaget, "kenapa?"
"Pertanyaan bagus. Kenapa yah? Aku sungguh ingin tahu apa alasannya, Kenapa seorang gadis datang jauh-jauh untuk bergabung bersama mereka? Kukasih petunjuk, satu kata."
"Nggak tahu."
"Bagaimana bisa kau tidak tahu... tentu saja demi impiannya!" (Pfft! Kenapa kamu tidak berpikir demi cintanya, Da Chuan?)
Yan Mo kecewa mendengarnya. "Kau datang kemari cuma untuk memberitahuku tentang masalah ini?"
"Bukankah kau ingin tahu?"
Yan Mo ketus mengklaim tidak ingin tahu apapun tentang Qiao Yi. Tapi saat Da Chuan bilang kalau Qiao Yi menginap di rumahnya, Yan Mo mendadak protes cemburu. Bagaimana bisa pria dan wanita tinggal dalam satu atap?!
"Nggak boleh?"
"Nggak boleh!"
"Tapi kau barusan bilang kalau ini bukan urusanmu."
Pfft! Yan Mo speechless. Mengalihkan topik biar Yan Mo nggak cemburu terus, Da Chuan usul untuk merekrut Qiao Yi bekerja bersama mereka. Kebetulan Da Chuan lagi butuh asisten dan Qiao Yi butuh pekerjaan. Yan Mo galau... tapi akhirnya dia tidak menolak ataupun mengiyakan, dan hanya memutuskan untuk menyerahkan urusan itu sepenuhnya pada Da Chuan.
Bersambung ke episode 18
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam