Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 14 - 2

Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 14 - 2

Di tengah jalan, beberapa mahasiswa menyapa Qiao Yi dan dari situlah Da Chuan mengetahui kalau sekarang Qiao Yi aktif dalam berbagai kegiatan di kampus. Sangat berbeda dari dirinya semasa SMA yang tak pernah mengikuti kegiatan apapun.


"Mungkin karena aku tidak punya banyak kelas, aku jadi punya banyak waktu."

"Sama denganku, aku juga boring banget tiap hari. Hanya Mo yang belajar terus siang dan malam di Cambridge." (Oops!) Da Chuan keceplosan, maaf, dia tak sengaja menyebut nama Yan Mo.

Qiao Yi meyakinkan kalau semua itu sudah menjadi masa lalu, tidak masalah. Da Chuan penasaran apakah Yan Mo masih menghubungi Qiao Yi? Qiao Yi menyangkal. Berusaha menghibur Qiao Yi, Da Chuan berkata kalau Yan Mo itu harga dirinya sangat tinggi.

"Kau gadis pertama yang pernah dia cintai. Mungkin dia terlalu malu untuk menunjukkan rasa sayangnya. Tidak ada dasar tetap dalam cinta, semua ini bukan salahmu."

Dengan penampilannya yang berantakan, Wu Yi berusaha melanjutkan novelnya sampai ketiduran. Tiba-tiba bel pintunya berbunyi, dia santai saja membuka pintu dengan penampilannya yang kacau itu, tapi malah kaget mendapati yang datang ternyata Guan Chao.

Wu Yi sontak panik membanting pintunya lagi... dan membukanya lagi sedetik kemudian dengan penampilan lebih rapi dan cantik (Buset, kilat amat. Wkwkwk!). Wu Yi tersipu malu bertemu dengannya. Guan Chao jadi penasaran dengan rumahnya, tapi Wu Yi terus menghalanginya.


Tak lama kemudian, Guan Chao menyeret paksa Wu Yi ke perusahaan penerbit buku. Tapi Wu Yi ngotot dengan ketakutannya, malah meminta Guan Chao untuk menelepon editornya dan bilang kalau dia lagi sakit. Dia beneran lagi nggak enak badan, dia sakit perut dan mau muntah, dia harus pergi ke dokter.

"Aku dokter!" Guan Chao asal aja memeriksa nadinya Wu Yi ala-ala tabib tradisional dan menyatakan kalau Wu Yi baik-baik saja. "Kau mau masuk atau tidak?"

Wu Yi ngotot nggak mau. Yah udah, Guan Chao pergi aja. Wu Yi sontak panik mencegahnya, dasar Guan Chao brengsek!

"Hao Wu Yi. Aku bolos empat kelas demi menemanimu, jadi kau harus melakukannya dan menyelesaikannya hari ini."

"Aku takut."

"Takut apa? Apa dia akan memakanmu?"


Wu Yi mengaku kalau dia tidak pernah mengerjakan apapun dengan benar sejak dia kecil. Dia bahkan melarikan diri dari sesi terakhir ujian masuk universitasnya. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanya menulis buku.

"Ini masa depanku, bagaimana kalau aku mengacaukannya? Aku tuh pengecut, aku pasti akan mengacaukannya."

Mendengar itu, Guan Chao mencoba menyemangati Wu Yi dengan meniup jempolnya lalu menyapukannya di kening Wu Yi, mengklaim kalau dia sedang memberikan keberuntungannya untuk Wu Yi. Ampuh banget loh, Wu Yi pasti berhasil.

Dan itu sukses membuat semangat Wu Yi bangkit, dia bahkan langsung minta diusap lagi keningnya. Guan Chao menyuruhnya tutup mata, Wu Yi nurut aja dengan patuh. Tapi Guan Chao malah menyentilnya lalu menyeretnya masuk dengan paksa, tak peduli biarkan Wu Yi berusaha protes lagi.

 

Qiao Yi diberitahu dosennya bahwa kampus mereka memiliki hubungan baik dengan Universitas Nottingham di Inggris dan tiap tahun mereka melakukan pertukaran mahasiswa selama satu minggu, apa Qiao Yi mau ikut?

Wah! Kesempatan banget nih, tapi sayang, Qiao Yi terlalu ragu dan akhirnya memutuskan untuk menolaknya.


Ayah ketiduran di kursi rodanya saat Qiao Yi pulang. Dia memberitahu Ayah kalau mendapatkan beasiswa dan upacara penerimaannya akan diadakan bulan depan. Ayah senang mendengarnya, nanti suruh Ibu untuk memotret buat dia.

Qiao Yi tak senang mendengarnya, kenapa Ayah tidak mau datang? Ayah mengaku cemas kalau sampai teman-temannya Qiao Yi melihat keadaannya yang seperti ini.

"Ayah, apa Ayah lupa kalau aku kelihatan kayak babi saat aku kena campak waktu SMP. Apa Ayah merasa malu waktu itu?"

"Tentu saja tidak."

"Terus?"

"Aku hanya sangat khawatir."

"Jangan bilang begitu lagi."

"Baiklah, aku janji."


Qiao Yi lalu menceritakan tentang kampusnya, tapi mendengar itu malah membuat Ayah jadi merasa bersalah. Jika bukan karena apa yang terjadi padanya ini, Qiao Yi sekarang pasti sudah belajar ke Inggris.

Qiao Yi meyakinkan Ayah kalau dia sebenarnya juga tidak mau ke Inggris, dia hanya berjanji pada seseorang. Ayah tahu siapa orangnya, si juara satu, teman sebangkunya Qiao Yi itu, kan? Yang pernah datang sekali ke rumah mereka?

"Kau selalu menyembunyikan segalanya di dalam hatimu. Aku dan Ibumu tahu kalau anak itu sebenarnya baik walaupun dia pendiam."

Qiao Yi mengaku kalau ibunya Yan Mo sebenarnya pernah menemuinya dan menawarkan bantuan uang asalkan dia mau pergi ke Inggris bersama putranya. Tapi di menolaknya.

"Baguslah. Kita memang miskin, tapi kita masih punya harga diri. Kita tidak boleh mengambil keuntungan dari orang lain."


Kedatangan ibunya Yan Mo waktu itu sebenarnya mengingatkan Qiao Yi akan masa-masa pasca perceraian orang tuanya. Setiap bulan, ibu selalu membawanya dan Yan Mo untuk minta uang tunjangan dari Zhao Lei. Tapi Zhao Lei tak pernah membayarnya tepat waktu dengan berbagai macam alasan.

Waktu itu, Qiao Yi benar-benar takut setiap kali harus menghadapi tanggal 30 tiap bulan. Karena mereka kelihatan seperti 3 orang pengemis yang berdiri di depan rumahnya Zhao Lei.

"Saat itu, aku ingin sekali cepat besar. Segalanya pasti akan lebih baik jika aku sudah besar. Aku tahu ibunya ingin membantuku sata dia mendatangiku, dia tidak ingin aku dipermalukan. Tapi aku merasa begitu."

Ayah sampai berkaca-kaca mendengarnya.


Qiao Yi bercerita bahwa dia membuat aturan bagi dirinya sendiri setelah kepergian Yan Mo. Yaitu dia hanya boleh merindukan Yan Mo 6 hari dalam seminggu... dan terus berkurang seiring berjalannya waktu hingga dia hanya boleh merindukan Yan Mo satu hari dalam seminggu karena dia yakin bahwa suatu hari nanti, dia pasti bisa melupakan Yan Mo.

Tapi ada banyak hal yang ingin dia katakan pada Yan Mo. Dia ingin bilang bahwa dia berubah sejak kuliah, dia jadi jauh lebih bahagia, lebih percaya diri, mengikuti berbagai kegiatan di kampus, bergabung berbagai macam grup, bahkan bergabung dalam BEM.

"Aku menatap masa depan dengan penuh harapan. Aku menjadi semakin hebat. Aku benar-benar sudah berubah. Aku juga ingin bilang... kuharap kau ada di sini."


Hari itu saat Qiao Yi dalam perjalanan di bis, terdengar siaran radio yang membacakan sebuah kisah di sebuah buku tentang kerinduan seseorang pada orang yang dicintainya dan terpisah dengannya. Kisah yang kontan membuat Qiao Yi berlinang air mata teringat masa-masa perpisahannya dengan Yan Mo dulu.

Flashback.


Dulu saat Yan Mo menunggu kedatangan Qiao Yi di restoran, dia tidak tahu kalau Qiao Yi sebenarnya datang. Tapi Qiao Yi tidak masuk dan hanya menatap Yan Mo secara diam-diam dari luar.


Tepat saat itu juga, Guan Chao datang menjemputnya. Kalau Qiao Yi tidak ingin Yan Mo pergi, seharusnya dia masuk saja dan menyatakan cintanya pada Yan Mo biar Yan Mo tetap tinggal di sini.

Qiao Yi tahu kalau Yan Mo pasti akan tetap di sini kalau begitu, tapi justru itu yang dia takutkan. Bagaimana kalau Yan Mo tetap tinggal lalu tiba-tiba menyadari kalau dia sebenarnya tidak cukup layak untuk Yan Mo.

"Kenapa juga dia harus mengorbankan masa depannya demi aku? Aku sudah gagal sebelum kami mulai."

Prihatin, Guan Chao langsung merangkulnya saat mereka hendak menyeberang di lampu merah dan meyakinkan Qiao Yi untuk tidak takut. "Lampu merah yang kita hadapi hanya akan berlangsung sebentar."

Flashback end.


Kenangan itu tiba-tiba membuat Qiao Yi berubah pikiran. Setibanya di kampus, dia terburu-buru menemui dosennya dan berkata. "Saya ingin pergi ke Inggris!"

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

0 Comments