Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 11 - 2
Pangeran Jin baru kembali ke kediamannya. Dia benar-benar lelah dan tak ingin diganggu siapapun. Dia bahkan berusaha mengusir Sa Hui, tapi Sa Hui keras kepala menolak diusir dan menegaskan bahwa ini adalah tugasnya.
Selama ini Jin selalu memperlakukannya seolah dia tak ada, jadi hari ini dia lakukan saja hal itu lagi. Jin tak percaya mendengarnya. Dia jadi penasaran, kenapa Sa Hui ingin menjadi sejarawan.
Kenapa wanita bangsawan seperti Sa Hui memilih pekerjaan yang sulit seperti ini? Bakan di ibu kota saja, keluarganya Sa Hui memiliki 5 buah properti, dan ada banyak keluarga bangsawan yang menginginkan Sa Hui sebagai menantu mereka. Lalu kenapa dia malah meninggalkan kehidupan nyamannya demi menjadi sejawaran?
Sa Hui dengan santainya meralat, bukan 5 melainkan 9 properti. 4 properti lainnya disembunyikan oleh ayahnya atas nama selirnya. Pfft! Bahkan beras yang mereka panen tiap tahun, jumlahnya jauh lebih besar daripada perkiraan semua orang.
Tapi... "Tak ada satupun dari semua itu yang merupakan milikku."
Pada akhirnya, semua kekayaan ayahnya akan jatuh ke tangan putra adopsinya dan bukan pada Sa Hui hanya karena alasan Sa Hui adalah wanita. Jadi pada dasarnya, Sa Hui sama sekali tak memiliki apapun.
"Karena itulah saya jadi sejarawan."
"Kau belum pernah melihat juru tulis dari sekretariat? Kenapa ribut sekali?" Sela Petugas Hyeon.
Hae Ryung bingung, juru tulis? Petugas Hyeon berkata kalau Juru Tulis Yi ini dari Kantor Kesekretariatan yang diutus oleh Penyalin Jegal. Dia pelayan mereka hari ini? Pfft! Hae Ryung shock. Pelayan mereka?
Parahnya lagi, Petugas Yang seenaknya menyuruh Rim untuk mengantarkan laporan ke Kantor Penyensoran. Tapi masalahnya, Rim bahkan tak tahu di mana Kantor Penyensoran itu.
Tapi Rim menolak dan bersikeras mau membantu kantornya Hae Ryung. Kalau dia pergi, maka Hae Ryung bakalan kerepotan mengerjakan semua tugas para juru tulis.
"Mereka selalu memperlakukanku seperti ini. Kenapa Yang Mulia mau menjalani siksaan ini?"
Rim sama sekali tidak merasa ini siksaan, justru rasanya sangat menarik bisa mengalami hal semacam ini. Seorang seniman harus selalu berpikiran terbuka. Siapa tahu kesulitan hari ini, bisa menjadi kisah cinta yang indah antara juru tulis dan sejarawan wanita. Makanya, sebaiknya Hae Ryung tutup mulut mengenai identitasnya.
"Jadi, saya boleh menganggap Yang Mulia sebagai juru tulis hari ini?"
"Kenapa? Tidak mau?"
Jadilah Rim mengekori Hae Ryung keliling istana, mengambil dan menyerahkan laporan dari segala macam kantor di istana sampai capek. Saat Rim sedang istirahat, Hae Ryung diam-diam memberinya air minum. Tapi bahkan sebelum Rim sempat menyentuhnya, Petugas Hwang terburu-buru masuk dan panik mencari catatan administrasi yang hilang.
"Kau sungguh tak tahu soal sidang istana? Itu dokumen yang menggabungkan catatan sejarah, catatan harian Sekretariat dan semacamnya. Semuanya cemas karena itu berisi informasi rahasia."
"Dokumen yang berisi beberapa halaman?" Tanya Rim dengan santainya.
Betul sekali... Hah? Dari mana Rim tahu? Jadilah mereka diomeli habis-habisan sama Petugas Yang. Untung saja catatan itu ditemukan oleh Petugas Kim, bisa gawat kalau catatan itu sampai jatuh ke tangan orang lain. Bisa-bisanya dia keliru antara laporan dan dengan catatan administratif itu?!
Stres, Petugas Yang akhirnya menghukum mereka untuk keluar istana dan mencari kisah yang menyentuh. Kesempatan tuh, Rim senang.
Bahkan saking antusiasnya bisa keluar istana, Rim bukannya sibuk mencari kisah yang menyentuh, malah jadi pengganggu dan dengan lugunya hampir mengungkap kebohongan para pedagang di pasar sampai Hae Ryung harus membuatnya diam dengan menjejalkan kue ke dalam mulutnya, bahkan mengancam akan meninggalkan Rim di sini kalau Rim berani mengucap satu kata lagi.
Si Pandai Besi memberitahu mereka bahwa dia barusan sudah menceritakan kisahnya itu pada si pembunuh yang datang tadi (dia datang bersama seseorang yang mengaku sebagai petugas istana). Dengan polosnya dia mempercayai bualan si pembunuh yang beralasan bahwa si pembunuh menanyainya karena si pembunuh mau memberi hadiah pada si tabib wanita. Petugas An dan Petugas Kim bingung sendiri, siapa petugas istana yang barusan datang tadi?
Hae Ryung tidak masalah menyelesaikan tugas ini sendirian. Semua orang di Kantor Titah saat ini membencinya, jadi dia harus bisa mendapatkan satu kisah yang bagus.
Tapi Rim menolak pergi meninggalkan Hae Ryung seorang diri dengan alasan kalau dia tidak tahu jalan pulang.
Si pembunuh melaporkan informasi yang di dapatnya itu pada bosnya. Konselor Kedua Min pun langsung memerintahkan si pembunuh untuk bertindak.
Tak lama kemudian, pintu rumah Mo Hwa tiba-tiba diketuk orang. Dengan hati-hati dia melangkah ke pintu... saat tiba-tiba saja seseorang menariknya bersembunyi.
Tapi Jae Kyung tak gentar. Tatapan matanya benar-benar memancarkan ketulusan sehingga Mo Hwa akhirnya memutuskan menurunkan pedangnya. Tapi dia menegaskan kalau dia tidak membunuh Jae Kyung hanya karena dulu dia pernah mengagumi Jae Kyung layaknya saudaranya sendiri.
"Jangan pernah muncul lagi seumur hidupku atau akan kubunuh kau tanpa ragu!" geram Mo Hwa lalu pergi. Jae Kyung cuma bisa sedih dan pasrah.
Hae Ryung dan Rim sedang kebingungan mencari rumah seseorang. Tapi Rim heran, kenapa sedari tadi dia tidak melihat satu orang pun yang lewat?
"Karena sudah larut malam. Semuanya pulang sebelum jam malam..." Hae Ryung mendadak baru sadar kalau sekarang sudah lewat jam malam. hae Ryung pun cepat-cepat menyeret Rim lari bersamanya
Bersambung ke episode 12
3 Comments
Lanjut...
ReplyDeleteSemua orang pulang karna sudah jam malam, mereka takit dipidana sama DPR
ReplyDeleteLanjut semangat!!
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam