Sinopsis Love is Deep Episode 5 - 1

Sinopsis Love is Deep Episode 5 - 1

Ding Ding mengantarkan ayah dan ibunya keluar. Saat Ayah mencari taksi, Ibu mengingatkan Ding Ding bahwa Ibu adalah orang nomor satu yang menyayangi Ding Ding, sedangkan Ayah adalah nomor dua.


Tapi... jika Ding Ding menemukan seseorang yang memperlakukannya dengan baik dan bisa menggantikan Ayah menjadi nomor dua baginya, Ibu akan merasa sangat lega. Dr. Ning kelihatannya baik loh. Jangan sampai melewatkannya.

Ding Ding langsung protes malu mendengar desakan Ibu. Baiklah, Ibu akhirnya mengalihkan topik membahas pembukaan studionya Ding Ding. Apa Ding Ding butuh bantuan? Ibu lagi punya banyak duit loh. 

Ayah juga dengan manisnya meyakinkan Ding Ding untuk tidak mencemaskan masalah uang. Kalau Ding Ding tidak punya uang, maka dia pulang saja. Ayah akan menafkahinya.

"Tidak perlu. Aku punya uang kok."


Tapi setelah kedua orang tuanya pergi, Ding Ding malah menemukan sebuah amplop yang dalamnya ada sebuah kartu kredit pemberian Ayah. Ding Ding sungguh terharu.


Saat Wei Jin tiba di rumah, Wei Xuan mendadak bersikap bak seorang Ibu yang mengomeli anaknya karena pulang terlalu larut. Dia dari mana saja? Kencan?

"Makan malam di rumahnya Zheng Ding Ding."

Wah! Wei Xuan langsung heboh, apalagi waktu Wei Jin berkata bahwa mereka juga makan malam bersama orang tuanya Ding Ding. Wei Jin sampai kesal dan menegaskan kalau itu cuma makan malam biasa, jangan berasumsi yang aneh-aneh.

Duh, Wei Xuan bahagia banget. Akhirnya kakaknya yang suka menyendiri ini, mendapat pencerahan juga. Wei Xuan sungguh terharu sampai mau nangis rasanya. Malas mendengar ocehan lebay Wei Xuan, Wei Jin pun langsung masuk kamarnya.


Boneka kucingnya Ding Ding membuat senyumnya merekah, tapi dengan cepat senyumnya memudar saat melihat foto keluarganya. Dulu, keluarganya begitu bahagia... sampai saat ibunya meninggal dunia.


Saat Ding Ding membantunya di cafe, Wei Xuan langsung membahas makan malamnya Ding Ding dan orang tuanya bersama kakaknya semalam. Bagaimana kesan orang tua Ding Ding terhadap kakaknya?

"Lumayan baik."

"Baguslah kalau begitu. Lulus tes calon mertua."

"Wei Xuan, aku akan marah loh kalau kau terus berkata begitu."

"Cobalah bersama kakakku."

Ding Ding langsung pura-pura ngambek dan saat itulah Wei Xuan akhirnya diam. Tapi Ding Dings sendiri masih penasaran, kenapa Wei Jin belum pernah punya hubungan apapun?

Wei Xuan juga heran. Padahal banyak banget wanita yang menyukai kakaknya, tapi kakaknya itu tidak menyukai siapapun. Dulu dia tidak mengerti... tapi sekarang dia mulai mengerti.

"Kenapa?"

"Rahasia," ujar Wei Xuan sambil menatap Ding Ding penuh arti.

Tapi ada satu cewek yang masih belum menyerah untuk mendapatkan kakaknya selama bertahun-tahun, tapi kakaknya tak pernah menyukai wanita itu. Cewek itu teman kuliah kakaknya dan memandang semua pria di dunia ini adalah idiot... kecuali kakaknya.

"Kalau wanita semacam itu jadi kakak iparku, hidupku dan hidup Ning Wei Nan akan susah."


Tepat saat itu juga, Ding Ding dihubungi seorang calon pelanggan baru yang minta ketemuan dengan Ding Ding sekarang. Ding Ding setuju, tapi setibanya di lapangan badminton tempat janjian mereka, dia malah mendapati orang itu ternyata Zi Xin.

Dia bahkan memaksa Ding Ding untuk tanding badminton dengannya tak peduli biarpun Ding Ding berusaha menolak karena dia tidak pintar main badminton dan juga karena dokter tidak memperbolehkannya melakukan olahraga berat.


Jadilah mereka tanding badminton. Tapi Ding Ding terus menerus kalah hingga dia jadi dia emosi dan bermain terlalu semangat sampai membuat d~~anya jadi sakit lagi.

Merasa bersalah, Zi Xin akhirnya mengakhiri pertandingan mereka dan to the point membahas tujuan utamanya mengajak Ding Ding ketemuan. Dia meminta maaf karena kemunculannya menjadi penyebab keretakan hubungan Ding Ding dan Chen Xun.

Dia sebenarnya sangat menyukai Ding Ding. Jika saja tidak ada Chen Xun di antara mereka, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Sayanag sekali.


"Apa maksudmu?"

"Aku ingin balikan dengan Chen Xun."

Yah, Zi Xin tahu kalau dia pernah menyakiti Chen Xun dulu. Tapi sekarang dia sudah memikirkan segalanya dengan baik. Cinta sejatinya adalah Chen Xun. Karena itulah dia ingin balikan dengan Chen Xun.

Ding Ding emosi mendengarnya. Apa Zi Xin bahkan sudah membicarakan masalah itu dengan Chen Xun? Apa Chen Xun setuju untuk balikan dengannya? Apa Zi Xin tidak ingat betapa kejamnya dia saat Chen Xun berusaha memohon-mohon padanya untuk tidak pergi dulu?

"Kau pergi tanpa ragu. Kau punya hak apa untuk mengatakan kau mencintainya?!"

"Aku akan mengompensasinya seumur hidupku. Ding Ding, aku berniat baik dengan memberitahumu lebih dulu."

Chen Xun belum bisa melupakan Ding Ding sekarang ini hanya karena dia masih merasa bersalah dan bergantung pada Ding Ding. Tapi dia akan bisa melupakan segalanya seiring berjalannya waktu.

"Kalau memang cuma masalah waktu, lalu untuk apa kau datang padaku?"


Chen Xun itu kurang tegas. Karena itulah dia harap menghilang sepenuhnya sehingga seiring berjalannya waktu, Chen Xun akan bersamanya. Ding Ding menolak, dia tidak akan membiarkan Chen Xun kembali bersama Zi Xin.

"Bukankah kalian sudah putus?"

"Aku dan Chen Xun memang tidak akan bisa kembali seperti semula. Tapi sebagai teman, aku tidak ingin dia terluka lagi seperti dulu."

"Kau tidak tahu siapa yang paling terluka dulu."

"Maksudmu bayimu?"

"Sekarang karena kau sudah tahu, maka ingatlah baik-baik, Chen Xun tidak akan membiarkanku sendirian. Jadi Ding Ding, percuma saja biarpun kau tidak mau melepaskannya. Dia ditakdirkan untuk bersama denganku." Tegas Zi Xin lalu pergi.


Emosi membuat sakitnya Ding Ding kambuh lagi. Dia langsung pergi memeriksakan dirinya ke Wei Jin. Dan jelas saat saat Ding Ding menjelaskan alasan sakitnya, Wei Jin langsung kesal. Gara-gara Chen Xun lagi?

"Zi Xin bilang kalau dia ingin balikan dengan Chen Xun."

"Terus apa hubungannya denganmu? Kau belum bisa melupakannya?"

"Bukan begitu. Itu... terlalu banyak alasan, aku tidak bisa menjelaskannya secara singkat."

"Apapun itu, tidak bisakah kau memikirkan dirimu sendiri dulu? Jangan selalu menyakiti dirimu sendiri gara-gara orang lain."

"Aku mengerti, aku tidak akan melakukannya lagi. Maaf, kau jadi tidak bisa makan malam."

Tapi kemudian dia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, Wei Jin benar-benar menggunakan stiker pembatas buku pemberiannya. Ding Ding senang.


Mereka akhirnya makan malam bersama Wei Xuan, Gao Ren, dan Yi Ran. Wei Jin benar-benar perhatian pada Ding Ding bak seorang kekasih sampai membuat Yi Ran cemburu. Dia dan Wei Jin berteman selama bertahun-tahun, tapi baru kali ini dia melihat Wei Jin bersikap begitu hangat terhadap seorang pasien. Wei Jin meralat, Ding Ding bukan sekedar pasien, Ding Ding adalah temannya.

"Ini pertama kalinya kau berteman dengan seorang pasien."

Gao Ren cepat-cepat menyela dan menegaskan bahwa mereka semua adalah teman. Dia lalu memberikan lauk untuk Yi Ran, tapi Yi Ran malah menolaknya dengan ketus. Kesal, Wei Xuan langsung menyuruh Gao Ren untuk menyerahkan lauk itu padanya sambil nyindir.


"Menurutku, kakakku dan Kak Ding Ding tuh berjodoh. Beberapa orang sudah saling mengenal beberapa tahun, tapi tak pernah ada percikan di antara mereka. Tapi beberapa lainnya, baru bertemu sebentar, api langsung berkobar hebat di antara mereka."

Tak enak, Ding Ding berusaha menghentikan ocehan Wei Xuan. Tapi tentu saja Wei Xuan tak peduli. Ding Ding dengar sendiri tadi dari Yi Ran, kakaknya tidak pernah memperlakukan orang lain sebaik ini.

"Kau pertama dan satu-satunya bagi kakakku. Iya kan, Kak Yi Ran?"

Dan Wei Jin sama sekali tak menyangkalnya, apa yang dikatakan Wei Xuan memang ada benarnya. Jelas saja ucapannya membuat Yi Ran makin sedih. Prihatin, Gao Ren buru-buru mengalihkan topik. Tidak usah membicarakan Wei Jin lagi, mari bicara tentang Wei Xuan saja. Apa alasan Wei Xuan mengundang mereka makan malam? Dia yakin Wei Xuan lagi ada maunya.


Ah! Wei Xuan hampir saja lupa. Tiba-tiba dia mengumumkan bahwa alasannya mengundang mereka semua datang kemari adalah demi satu hal... mau minta pinjaman uang buat dekorasi cafenya. Dan target utamanya adalah Gao Ren.

Terang saja Gao Ren langsung protes, Wei Xuan minta saja sama kakaknya, dia tidak punya uang. Tapi Wei Jin malah diam saja. Wei Xuan memberitahu bahwa kakaknya sudah membayari uang sewa tokonya, jadi sekarang Gao Ren yang harus membayari biaya dekorasinya.

"Dasar kau! Butuh berapa?"

"Sepuluh ribu."

"Sepuluh ribu?!!! Kenapa nggak sekalian aja kau ngerampok bank?!"


Usai makan malam, Wei Jin mengantarkan Ding Ding pulang sambil mendengarkan curhatan Ding Ding. Dia bercerita kalau dia pertama kali bertemu Chen Xun adalah saat dia masih maba, waktu itu Chen Xun adalah ketua perhimpunan mahasiswa dan ketua tim basket.

Karena itulah banyak mahasiswi, termasuk Ding Ding, yang menyukai Chen Xun. Lalu pada tahun kedua, Ding Ding memberanikan diri untuk menyatakan cintanya pada Chen Xun.

Tapi tiba-tiba saja Chen Xun muncul di hadapannya sambil bergandengan tangan dengan Zi Xin. Saat Zi Xin meninggalkannya adalah masa-masa terberat dalam hidup Chen Xun. Ding Ding tidak tahu bagaimana harus menghiburnya, jadi satu-satunya hal yang dia lakukan hanyalah menemani Chen Xun.

Xiao Feng pernah bilang padanya bahwa karena Zi Xin sudah pergi, maka sekarang adalah gilirannya Ding Ding. Tapi masalahnya, Ding Ding tidak mau menjadi giliran.

Pada akhirnya, Ding Ding tetap menyatakan cintanya juga, tepat di tengah jalan. Waktu itu dia sedang membawa banyak barang dan tasnya tiba-tiba robek hingga membuat isinya berhamburan.

Karena tangannya sedang memegang banyak barang, akhirnya Chen Xun lah yang memunguti semua barang-barang itu dan membawakan tasnya. Ding Ding benar-benar merasa tersentuh saat itu, makanya dia memutuskan untuk menyatakan cintanya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam