Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 11 - 1
Tahun 2018.
Qiao Yi lagi nonton drama Korea Reply 1988 dan mendadak berakting jadi cowok lain yang ingin merebut Qiao Yi dari Yan Mo.
"Coba saja. Akan kupatahkan kakinya kalau dia berani meninggalkanku," jahatnya Yan Mo. Wkwkwk! Qiao Yi kesal.
Tahun 2007.
Sekarang mereka pisah kelas. Qiao Yi dan Wu Yi tetap satu kelas dalam kelas seni, sedangkan Guan Chao sekelas dengan Yan Mo dalam kelas IPA, hanya Da Chuan yang sekarang pisah kelas dengan semua orang.
Guru Gao kembali jadi wali kelas mereka. Tapi saat ia hendak memulai pelajaran, ia malah tidak melihat Qiao Yi. Di mana dia?
Ternyata Qiao Yi masih merenung di luar, tampak bahagia memikirkan permintaan Yan Mo untuk ikut dengannya ke Inggris.
"Kau bisa terlambat," sapa Yan Mo yang mendadak muncul dari belakangnya.
Qiao Yi langsung menyerahkan sebuah buku padanya, Qiao Yi lagi membuat buku alumni. Yan Mo awalnya menolak. tapi setelah Qiao Yi memberitahu bahwa semua murid harus menulisnya, Yan Mo langsung setuju lalu membawa buku itu bersamanya.
Saat mereka makan siang, Wu Yi tiba-tiba memberi kejutan pada Qiao Yi bahwa dia dan Guan Chao sudah jadian. OMG! Qiao Yi sampai keselek saking shocknya.
Tapi begitu dia sudah bisa menerima kenyataan ini, dia memperingatkan Guan Chao untuk tidak membuat Wu Yi sedih. Jika tidak, dia tidak akan tinggal diam.
"Jangan bilang begitu. Kau menakutinya saja. Kalau dia jahat padaku, apa menurutmu aku akan membiarkannya begitu saja?" Ancam Wu Yi.
Guan Chao cuma bisa meringis canggung mendengarnya. Wu Yi benar-benar tampak sangat bahagia, tapi sayang, ada sesuatu yang sebenarnya Guan Chao sembunyikan darinya.
Malam itu saat semua orang tidur dalam perjalanan di kereta, Da Chuan tiba-tiba menantang Guan Chao untuk mendekati Wu Yi. Guan Chao setuju, dengan syarat bahwa mereka harus taruhan.
Yan Mo datang saat itu, Wu Yi langsung mengajak Guan Chao makan di tempat lain dan meninggalkan kedua orang itu berduaan. Qiao Yi benar-benar galau, yang satu kakaknya, yang satu sahabatnya. Kalau mereka bertengkar, siapa yang harus dia bela?
"Kapan kau akan mengatakannya?" Tanya Yan Mo.
Qiao Yi jelas bingung dengan pertanyaan ambigunya itu, maksudnya? Tapi Yan Mo sendiri malah menolak menjelaskan apapun dan cuma menjawab Qiao Yi dengan menampilkan senyum lebarnya yang kontan membuat Qiao Yi ketakutan lalu mengalihkan topik ke revisi soalnya Qiao Yi.
Qiao Yi sampai bingung, memangnya dia salah apa sampai membuat Yan Mo kesal? Seperti biasanya, Yan Mo cuma diam lalu pergi setelah menyerahkan pekerjaan rumahnya Qiao Yi.
Wu Yi terus mencoba menghubungi Guan Chao tapi nomornya tidak bisa dihubungi sama sekali. Wu Yi cuma kesal tapi dia tidak curiga apapun dengan keanehan sikap Gaun Chao itu.
Qiao Yi ingin membeli banyak buku-buku kisi-kisi soal, benar-benar berniat mau belajar dengan tekun. Apa Wu Yi tidak khawatir dengan ujiannya?
Khawatir sih. Tapi Wu Yi sadar dengan kemampuan dirinya. Dia tidak akan bisa masuk universitas manapun dengan nilai-nilainya. Ibunya bilang dia bisa bekerja di perusahaan Ibu saja, tapi Wu Yi nggak mau. Qiao Yi menyarankannya untuk memikirkan sesuatu yang disukainya saja.
Bagaimana kalau membaca novel? Wu Yi selalu ngantuk setiap kali mengerjakan PR, tapi setiap kali dia baca novel, dia betah melek sepanjang malam.
"Boleh-boleh saja. Semua novel yang kau sukai, biasanya selalu laris manis. Itu artinya kau punya selera yang bagus."
Coba saja dia menulis novel sendiri, yang ceritanya beda dari novel-novel lain yang belakangan ini ceritanya terlalu mainstream.
Guan Chao menolak makan malam dengan alasan lagi diet. Qiao Yi bingung bagaimana harus mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Inggris pada orang tuanya.
Tapi belajar dari pengalamannya Guan Chao yang selalu bersikap baik setiap kali dia lagi ada maunya, Qiao Yi berinisiatif untuk menirunya. Usai makan malam, dia mendadak bersikap baik dengan membantu Ibu cuci piring.
Guan Chao sepertinya lagi serius dengan dietnya. Dia lagi sit-up saat Qiao Yi muncul sambil nyodorin ponselnya, dari Wu Yi yang menuntut kenapa Guan Chao tidak mengangkat teleponnya.
Guan Chao beralasan kalau dia lagi sakit, Wu Yi jadi khawatir dan langsung tanya ini-itu, bahkan menawarkan diri untuk membawa Guan Chao ke rumah sakit. Guan Chao menolak dengan alasan kalau dia mau tidur lalu buru-buru menutup teleponnya.
Qiao Yi jelas kesal dan menuntut apa sebenarnya alasan Guan Chao nembak Wu Yi. Panik, Guan Chao buru-buru menggotong Qiao Yi keluar dari kamarnya dan mengunci pintunya.
Keesokan harinya, Guru Gao menggantikan guru bahasa Cina yang sedang ada urusan penting. Mereka sedang membahas tentang impian seseorang, tapi kemudian dia malah melihat Wu Yi sibuk sendiri menulis sesuatu di bukunya. Dia sedang menulis apa?
Wu Yi mengaku kalu dia sedang menulis novel. Mendengar itu, Guru Gao langsung mendesak Wu Yi untuk membacakannya dengan lantang. Wu Yi malu, tapi terpaksa dia membaca novelnya yang bercerita tentang kekasih kontrak seorang CEO sebuah pabrik yang kejam.
Gara-gara novelnya yang nggak banget itu, Guru Gao langsung membawanya ke ruang guru untuk diomeli. Guru Gao penasaran, apa Wu Yi punya impian?
"Jadi penulis," jawab Wu Yi.
Guru Gao tak percaya mendengarnya, nilai bahasa Cina-nya Wu Yia bahkan jauh di bawah standar dan dia mau nyari nafkah dengan cara menulis novel yang ceritanya nggak banget kayak gini?
"Novel online saya sangat populer."
"Hao Wu Yi, yang kumaksud dengan impian adalah harapan untuk masa depan. Sesuatu yang membuatmu bahagia saat kau melakukannya. Ini bukan alasan untuk melarikan diri dari kenyataan. Apa yang hendak kau hadapi sekarang ini adalah ujian masuk universitas. Kau harus memikirkan nilai-nilaimu, universitas apa yang cocok denganmu, mau pilih jurusan apa, dan pekerjaan apa yang kau inginkan setelah lulus nanti."
Guru Gao sama sekali tidak keberatan jika Wu Yi ingin menulis novel. Tapi ini hanya hobi, hobi itu beda dari mencari nafkah. Karena itulah, Guru Gao akan menyita novelnya Wu Yi ini, dia akan mengembalikannya setelah Wu Yi menyelesaikan ujian masuk universitasnya.
Wu Yi terpaksa pergi dengan sedih. Guru Gao sebenarnya mengerti betul bagaimana perasaan Wu Yi. Di mejanya, tampak sebuah foto band rock and roll. Mungkin, itulah impian masa muda Guru Gao yang tak pernah terwujud.
Ibu menonton iklan home shopping tentang rantang tahan panas yang langsung membuatnya tertarik. Ia bahkan berniat menelepon untuk membelinya saat si MC memberitahu stocknya terbatas.
Tapi gara-gara Ayah cemburu mengira Ibu lebih tertarik sama si MC, Ayah langsung merebut teleponnya dan membuat Ibu gagal mendapatkan stock terakhir rantang itu.
Di sekolah, seorang gadis tiba-tiba mendekati Guan Chao dan berkata kalau dia akan memberi Guan Chao kesempatan untuk mengantarkannya pulang. Tapi Wu Yi mendadak muncul dan dengan sinisnya menawarkan jasanya untuk mengantarkan cewek itu pulang. Guan Chao tidak berani mengatakan apapun, si cewek itu jadi kesal dan akhirnya pergi.
Qiao Yi langsung menuntut kenapa Guan Chao menyembunyikan diri darinya. Guan Chao canggung beralasan kalau dia cuma sedang sibuk belakangan ini.
"Jadi kau sangat sibuk sampai kau tidak punya waktu bicara denganku, tapi kau punya waktu untuk mengantarkannya pulang. Kau anggap aku ini apa? Ambil nih!" Kesal Wu Yi sambil menyerahkan sebuah bunkusan lalu pergi dengan kesal.
Bungkusan itu ternyata berisi obat karena kemarin dia bilang dia sakit dan Wu Yi dengan lugunya mempercayai kebohongannya. Guan Chao jadi galau.
Guru Gao memanggil Qiao Yi untuk menanyai apa impian Qiao Yi. Tapi Qiao Yi malah bingung sendiri, malah mengalihkan pertanyaan itu kembali ke Guru Gao.
Tentu saja. Guru Gao mengaku kalau ia tergila-gila dengan rock and roll semasa mudanya dulu. Dia bahkan punya band The Battles, tapi sayangnya, band-nya itu pada akhirnya bubar dan dia kehhilangan kontak dengan para member band-nya.
"Kenapa?"
"Karena kami tumbuh dewasa dan menyadari bahwa hobi kami bukanlah cara yang tepat untuk mencari nafkah."
Jadi Guru Gao mendengarkan nasehat ayahnya untuk masuk universitas dan begitulah bagaimana akhirnya dia jadi seorang guru. Bukan berarti jadi guru itu buruk, Guru Gao hanya mengenang masa lalu dan agak menyesal.
"Atau kau bisa mengubah impianmu. Itu lirik lagunya Jay Chao. Bukankah idolaku itu hebat?"
Guru Gao memang punya impian lain sih. Ia ingin membuka sebuah bar di masa depan nanti, tidak perlu bar yang besar banget dan tidak terlalu mengharapkan untung besar. Murid-muridnya boleh datang untuk minum-minum di sana, baik saat mereka sedang bahagia atau sedang sedih, berkumpul bersama pada hari libur, saling berbagi masalah dan kebahagiaan satu sama lain, dan saling membantu satu sama lain.
"Dan yang paling kuinginkan adalah kau bisa menganggapku sebagai teman."
"Jadi, kami bisa dapat makan gratis setiap saat?"
"Tentu saja tidak. Kau harus membantu bisnisku dan bukannya nyari keuntungan dariku."
"Tapi anda bilang kalau kita bisa jadi teman."
Yang tak disangkanya, Guru Gao menitipkan buku novelnya Wu Yi dan meminta Qiao Yi untuk menyampaikan pesannya pada Wu Yi, bilang pada Wu Yi kalau ia menyesal atas kata-katanya pada Wu Yi.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam