Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 7 - 1
Tahun 2018.
Qiao Yi melihat pengumuman anniversary boneka Molly limited edition, kontan dia berusaha merayu sang suami tercinta. Yan Mo tahu nggak sih hari ini hari apa? Hari ini adalah hari ke-987 pernikahan mereka.
Yan Mo heran mendengarnya. Qiao Yi ngitungin tiap hari? Kayak peternak babi aja ngitungin hari. Qiao Yi sontak ngambek mendengarnya.
"Suami macam apa kau? Jay Chou juga lahir bulan Januari, tapi kenapa dia romantis banget."
Ucapannya sukses membuat Yan Mo benar-benar memperhatikannya. "Kau mau apa?"
"Tidak mau apa-apa," kata Qiao Yi jual mahal.
"Kalau begitu bantu aku. Anggap saja ini perayaan."
"Perayaan apa?"
"Perayaan hari ke-987 kesuksesanku membesarkan babi!"
Tahun 2006.
Biarpun hari ini hari pertama hari libur semester, tapi Yan Mo tetap bangun pagi dengan antusias lalu membersihkan bulunya Lao Ye karena hari ini Qiao Yi katanya mau datang untuk ngasih hadiah bel buat Lao Ye.
Dia benar-benar tampak antusias bak menunggu kekasih tercinta datang. Dia bahkan berusaha mengusir ibunya dengan meminta Ibu untuk membelikannya buku yang hanya dijual yang tokonya hanya buka di pagi hari.
Dia terus menunggu.... menunggu... dan terus menunggu... sampai siang berganti petang, tapi yang ditunggu-tunggu malah tak kunjung datang.
Karena ternyata Qiao Yi benar-benar lupa seratus persen dengan janjinya sendiri. Dia malah keasyikan tidur dan bersenang-senang sendiri di rumah sepanjang hari.
Suatu hari, Ayah tiba-tiba nyerocos memamerkan guci araknya. Dia mengklaim bahwa arak itu penuh dengan sejarah sejak zaman penjajahan Jepang. Dia bahkan mengklaim bahwa bintik merah yang ada di guci rak itu adalah darahnya orang Jepang.
Qiao Yi dan Guan Chao sontak saling berpandangan bosan dan tak percaya. "Ayah, bintik merah itu kayaknya... cat merah deh."
Wah Ayah tersinggung, omong kosong apa itu?! Guan Chao usul bagaimana kalau mereka meminum arak ini pada tahun baru ini? Ayah tidak setuju, lebih baik meminumnya untuk merayakan sebuah acara penting, misalnya... pernikahannya Qiao Yi?
"Oh, tidak! Kita tidak akan bisa meminumnya kalau begitu." Canda Guan Chao yang sontak mendapat tendangan dari Qiao Yi.
Ngoong-ngomong, sebentar lagi kan ulang tahunnya Ayah. Guan Chao usul agar mereka merayakannya dengan perjamuan besar, sekitar 70-80 meja. Ide bagus, Ayah langsung berpaling ke Ibu dengan manja.
"Xiao Ying Ying, lihatlah. Aku sudah beranjak 40 tahun sekarang. Bagaimana kalau kita membuat perayaan besar kali ini?"
"Sudah berapa kali kubilang padamu, jangan panggil aku begitu! Minjijikkan, tahu!" Kesal Ibu.
Telepon mereka tiba-tiba berbunyi. Entah dari siapa, tapi begitu mengangkatnya, Ayah langsung tak senang dan memaksa Ibu saja yang bicara dengan orang di telepon ini.
Bahkan Ibu pun langsung tak senang begitu mendengar suara orang di telepon itu. Dia menolak apapun yang diinginkan orang itu dan menyuruh orang itu untuk tidak menelepon lagi.
Qiao Yi dan Guan Chao sepertinya sudah bisa menduga siapa yang menelepon dan seketika itu pula suasana rumah jadi suram.
Yan Mo baru bangun tapi malah mendapati ada seorang gadis muda bernama Cheng Yu Mei di meja makan. Yan Mo heran melihatnya ada di sini, bukannya dia lagi studi di Inggris, ngapain pulang?
"Aku berubah pikiran. Mulai sekarang, aku ingin bersama calon suamiku selama satu bulan tiap tahun."
"Calon suami?"
Yu Mei dengan pedenya berkata bahwa setelah mereka lulus dari sekolah di Inggris nantinya, Yan Mo boleh melamarnya.
Dia bahkan sudah membeli cincin beliannya. Kalau masalah waktunya, terserah Yan Mo saja, asalkan Yan Mo bilang-bilang dulu padanya karena dia tidak suka segala sesuatu yang tidak terencana. (Lamaran macam apa cincinnya beli sendiri? Wkwkwk!)
"Aku juga tidak suka segala sesuatu yang tidak terencana. Apa yang membuatmu berpikir kalau aku akan menikahimu?"
"Kau lupa, yah? Kita sudah ditunangkan sejak lahir."
"Lupa!"
Ibu muncul dari dapur saat itu dan langsung memanggil Xiao Mei sebagai
'calon menantu'. Dia lalu menyuruh Yan Mo untuk membangunkan ayahnya. Ayah pulang larut malam kemarin.
Yan Mo langsung semangat mau ke kamar, tapi tiba-tiba dia berhenti di tengah jalan... mendapati Ayahnya malah tidur di ruang belajar. Hah? Aneh banget.
Sepertinya bukan sekali ini saja Ayah tidur di ruang belajar dan itulah yang membuat Yan Mo keheranan.
Ayah beralasan kalau dia suka membaca di malam hari, makanya dia tidur di ruang belajar biar tidak mengganggu Ibu. Yan Mo tampak jelas tak percaya, tapi dia diam saja. Dia bahkan memperhatikan sikap kedua orang tuanya benar-benar tampak sangat canggung pada satu sama lain.
Sekolah dimulai lagi hari itu. Tapi gara-gara Qiao Yi tidak datang sepnjang masa libur mereka, Yan Mo sekarang jadi ngambek sama dia dan menolak bicara dengannya sepanjang hari. Qiao Yi yang masih belum ingat kesalahannya sendiri, jadi bingung dengan sikap Yan Mo.
Malam harinya saat Qiao Yi membuka laci, dia melihat kotak hadiah berisi bel anjing itu dan saat itulah dia baru ingat kalau dia sudah melupakan janjinya pada Yan Mo.
Maka keesokan paginya, dia langsung menyerahkan bel itu ke Yan Mo. "Aku lupa, maaf. Jangan marah padaku. Bisakah kau memaafkanku?"
Yan Mo mengklaim kalau dia tak peduli, yang marah tuh Lao Ye. Qiao Yi janji dia akan datang besok untuk meminta maaf pada Lao Ye.
Awalnya Yan Mo masih bersikeras mengabaikannya. Tapi kemudian Qiao Yi terbatuk-batuk, Yan Mo mendadak luluh dan memberikan sekotak obat untuknya.
Da Chuan datang saat itu dan berkata kalau dia mau datang ke rumah Yan Mo nanti, dia mau mencicipi kue buatan ibunya Yan Mo. Tapi Yan Mo menolaknya, sekarang ini tidak ada kamar di rumahnya.
Tiba-tiba Ketua Kelas memanggil Qiao Yi keluar, ada orang yang mencarinya. Tapi begitu Qiao Yi melihat siapa tamunya, badannya kontan membeku penuh ketakutan... karena yang datang ternyata Zhou Lei, ayah kandung Qiao Yi dan Guan Chao.
Walaupun sekarang sikapnya normal-normal saja, tapi mungkin dulu dia ayah yang kejam sehingga Qiao Yi sekarang sangat ketakutan padanya. Dia memberitahu Qiao Yi untuk bilang ke Guan Chao kalau dia ingin makan dengan mereka berdua akhir pekan nanti.
Qiao Yi menolak dengan alasan ada ujian minggu depan dan berusaha menghindar secepatnya, tapi Zhao Lei tiba-tiba berkata kalau dia mau pindah ke luar negeri. Makanya beritahu Guan Chao untuk menemuinya hari sabtu nanti.
"Tidak perlu!" Sela Guan Chao.
Dia langsung melindungi Qiao Yi di belakang punggungnya dan memperingatkan Zhao Lei untuk enyah sekarang juga. Zhao Lei tidak terima diperlakukan tidak sopan begini sama anaknya sendiri, dia ayahnya Guan Chao, nama keluarga mereka sama-sama Zhao.
Guan Chao menegaskan bahwa marga Zhao mereka bukan Zhao dari Zhao Lei, melainkan Zhao dari Zhao Shu Ying (Namanya Ibu).
"Sejak saat kau mencampakkan kami, putramu sudah mati!" Geram Guan Chao lalu menyeret Qiao Yi pergi bersamanya.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam