Sinopsis Before We Get Married Episode 9 - 1

Sinopsis Before We Get Married Episode 9 - 1

Ke Fei benar-benar menyesali sikapnya yang selama ini kejam banget sama Da Wei. Dia sungguh tidak mengerti kenapa sikapnya buruk banget dan mulutnya busuk banget? Kenapa dia juga dia membantu Wei Wei menegakkan keadilan dengan menyiram kopi ke muka Da Wei?


Wei Wei tak percaya mendengarnya, sekarang Ke Fei juga manrget Da Wei? Masalah itu tidak penting, yang penting Da Wei adalah keponakannya salah satu klien penting mereka.

Wei Wei tk percaya mendengarnya. Apa Wei Wei tidak sadar kalau Da Wei menargetnya? Jangan khawatir, Ke Fei akan berusaha bicara baik tentangnya pada Da Wei. Tapi terlebih dulu, Ke Fei harus memperbaiki kesalahannya yang sudah menyiram kopi ke muka Da Wei.

"Kau tidur di mana sekarang?"

"Terserah. Tanpa ada pria, tidur di mana saja rasanya sama saja. Aku tidur di sebelah aja. Alangkah bagusnya seandainya aku bisa berbaikan dengan Da Wei hari ini, biar kita tidak perlu khawatir."

 

Tiba-tiba dia dapat permintaan pertemanan dari seorang pria di aplikasi kencannya. Foto wajahnya memang tidak tampak, tapi foto body-nya yang kekar kontan membuat Ke Fei antusias.

Wei Wei heran melihat sahabatnya yang satu ini. Katanya tadi Ke Fei mau menyelesaikana masalah dengan Da Wei, tapi dia masih pakai aplikasi kencan?

Beda dong. Da Wei itu pekerjaan, rencana karir. Sedangkan cowok di aplikasi kencannya ini adalah hobi. Terserah deh, Wei Wei keluar aja.


Tapi saat dia keluar, dia malah melihat Da Wei sedang cengar-cengir menatap ponselnya. Awalnya dia berniat mau menghindarinya saja, tapi pada akhirnya dia memutuskan menyapa Da Wei. Dia tidak tidur?

Da Wei langsung mengeluhkan punggungnya yang sakit banget, bagaimana dia bisa tidur? Wei Wei santai mengingatkan kalau Da Wei sendiri yang tidak mau pergi ke dokter.

"Kalau kau memang mencemaskanku, kenapa kau tidak belikan aku obat saja?"

"Baiklah. Di mana apoteknya?"

"Tanya sama ponselmu! Ponselmu akan memberitahumu! Apa kau berasal dari jaman batu?"

"Kalau begitu apa aku boleh tanya, apa kau punya mobil?" Tanya Wei Wei berusaha bersikap sesopan mungkin.

"Aku punya sepeda motor terparkir di depan."

"Terima kasih. Tolong kau tahan sakitnya sebentar. Aku akan segera kembali."


Tepat saat itu juga, Ke Huan kebetulan lewat dan mendengarkan mereka. Dia langsung keluar menyusul Wei Wei dan menyatakan mau ikut dengan alasan mau beli sesuatu juga.

Tapi jelas alasan Ke Huan yang sebenarnya adalah karena dia khawatir kalau Wei Wei keluar malam-malam sendirian.

"Baiklah. Lalu apa kau bisa mengendarai sepeda motor ini?"

Ke Huan mengklaim bisa. Tapi saat Wei Wei menyuruhnya menyetir, dia mendadak jadi canggung dan beralasan kalau dia tidak mengenal jalanan di sini. (Pfft!)

"Ada ponsel yang bisa memberimu arahan."

"Sejujurnya, aku cuma pernah mengendarai sepeda motor satu kali waktu SMA dan terjatuh, makanya sekarang aku agak..."

"Khawatir?"

"Nggak juga sih."

"Takut?"

"Bukan itu juga."

"Itu artinya kau takut mengendarai sepeda motor ini!"


Tersinggung, Ke Huan akhirnya nekat menyatakan kalau dia akan membonceng Ke Huan. Dia bahkana menyuruh Wei Wei untuk pegangan padanya erat-erat. Tapi Wei Wei menolak melingkarkan lengannya ke pingang Ke Huan, jadi dia cuma mencengkeram erat ujung jasnya Ke Huan.

Mereka pun melaju di jalan... pelaaaaan-pelan kayak siput. Wkwkwk! Wei Wei langsung nyinyir menyindir cara menyetirnya Ke Huan, tapi Ke Huan ngotot bahwa pelan-pelan jauh aman. Terserah deh.


Mereka mampir ke mini market. Ke Huan mencoba menawarkan berbagai macam minuman, tapi semuanya ditolak sama Wei Wei karena dia lebih memilih bir.


Tapi dalam perjalanan pulang, tiba-tiba saja motornya mogok di tengah jalan. Wei Wei mendadak tertawa sarkastis. Hari ini dia beruntung banget. Hanya dalam waktu satu hari bersama orang yang sama, naik mobil dan naik motor, dua-duanya moagok di tengah jalan. Sungguh beruntung sekali dia.

Dia begitu berharap untuk menikah, tapi pernikahannya terus menerus ditunda, bahkan sekarang ditunda selama setengaha tahun. Dia tidak mau melakukan perjalanan dinas ini, tapi sekarang dia harus melakukana perjalanan dinas ini bersama Ke Huan.

"Aku sungguh beruntung! Hahahaha!"

"Tenanglah dulu. Aku akan menghubungi Da Wei dan memintanya mengurus masalah ini."

"Liu Da wei? Liu Da Wei adalah orang yang paling membenciku di dunia ini. Kalau kaua meneleponnya, dia akana mengabaikanmu. Dia akan mencampakkanku di sini dan membuatku menunggu sampai pagi."

"Tenanglah dulu, Zhou Wei Wei."


Tapi Wei Wei tidak mau. "Aku tidak mau tenang! AAARRRRGH!!!"

Wei Wei mendadak menggila dan melempar sepatunya kesana-kemari lalu lari. Ke Huan jelas panik dan cemas. Dia buru-buru mengambili sepatu-sepatunya Wei Wei dan mengejarnya secepat mungkin.


Sementara itu, Ke Fei sedang chatting mesra sama salah satu pria penggunaa aplikasi kencan itu. Dia mengklaim kalau dia ingin tidur di atas otot lengan seorang pria yang kekar. Dia bahkan memberitahu kalau sekarang ini dia sedang berada di Yilan. Tak disangkanya, pria itu membalas kalau dia jauga berada di Yilan sekarang. Wah, kebetulan sekali.

Tepat saat itu juga, Da Wei keluar kamar. Dia mengetik di ponselnya sambil mengucapkannya secara lantang hingga terdengar oleh Ke Fei. "Ayo kita ketemuan. Aku janji kalau lenganku akan memuaskanmu."

OMG! Kaget, Ke Fei langsung mengecek chatnya dan mendapati balasan pria itu sama persis dengan ucapan Da Wei. Wkwkwk!

Keduanya sontak heboh. "NGGAK MUNGKIN!!!"


Mereka sama-sama jadi sama-sama canggung sekarang. Memecahkan kecanggungan, Da Wei akhirnya buka suara duluan, tadi Ke Fei membuatnya ketakutan setengah mati. Wah! Ke Fei tersinggung, maksudnya apaan? Da Wei malu karena ternyata dia?

"Bukan begitu. Kalau aku ketahuan pakai aplikasi kencan oleh rekan kerja itu rasanya memalukan."

"Aku juga pakai aplikasi kencan. Bagaimana bisa itu memalukan?"

"Karena aku bilang ke yang lain bahwa ada banyak wanita yang mengejarku. Padahal sebenarnya..."

"Padahal sebenarnya tak ada sama sekali, kan?" Ke Fei tiba-tiba mulai melancarkan aksi menggoda Da Wei. "Sebenarnya, kau lumayan juga. Bukankah kau bilang kalau kau mau menunjukkan padaku betapa kuatnya oto lenganmu? Di mana? Tunjukkan dong."

Baiklah, Da Wei langsung sok berpose bak binaragawan... dan langsung terjatuh kesakitan gara-gara punggungnya yang masih sakit.


Mereka terus berlari dan berlari... sampai akhirnya Wei Wei kecapekan dan menyerah. Wei Wei langsung terduduk di pinggir jalan untuk menenangkan dirinya.

Sikapnya pada Ke Huan tiba-tiba berubah, tidak sinis seperti biasanya. Dia bahkan tak menolak saat Ke Huan berkata kalau dia mau menggendong Wei Wei dan langsung saja melompat ke punggung Ke Huan.


Ke Huan terus menggendongnya sampai rumah. Dia mendudukkan Wei Wei dengan lembut sofa, bahkan membersihkan telapak kaki Wei Wei yang kotor dengan tisu... Dan wWei Wei dengan senang hati memberikan kakinya yang satunya lagi lalu menyuapi Ke Huan dengan bir.

"Kenapa kau tiba-tiba jadi seperti ini?" Heran Ke Huan.

"Terima kasih."

"Buat apa?"

"Kau tahulah."


Karena perubahan sikap Wei Wei itu, Ke Huan mendadak berani merangkul Wei Wei. Dan Wei Wei sama sekali tidak menolaknya. Mereka bahkan tak bergerak menjauh saat Ke Fei dan Da Wei mendadak muncul dan bersikap seolah mereka tak ingin diganggu.

Bingung dan heran, Ke Fei langsung mengambil obatnya Da Wei lalu cepat-cepat menyeret Da Wei pergi. Da Wei bingung, dia kira Ke Huan sama Ke Fei, kok sekarang malah Ke Huan sama Wei Wei?


Begitu kedua orang itu pergi, Wei Wei ingin menghindar, tapi ke Huan langsung menariknya kembali dan terus menuntut penjelasan Wei Wei. Untuk apa Wei Wei berterima kasih padanya tadi?

"Terima kasih... karena menemaniku."

"Terima kasih saja tidak cukup."

Ke Huan langsung mengec~p ringan bibirnya dan Wei Wei sama sekali tak menolaknya. Ke Huan jadi semakin berani mengec~pnya lagi... sampai akhirnya Wei Wei menyerah dan langsung menci~m Ke Huan lama dan dalam... hingga mereka pun berakhir di ranjang.


Suasana jadi semakin memanas... saat tiba-tiba saja ponselnya Wei Wei berbunyi. (Aish! Ganggu aja! Wkwkwk!) Ke Huan awalnya memaksa Wei Wei untuk tak mempedulikannya. Tapi saat ponsel itu berdering untuk kedua kalinya, Wei Wei tak bisa mengabaikannya.


Hao Yi yang menelepon yang mengabarkan bahwa sepertinya dia tidak akan bisa balik karena ada kendala dalam pekerjaannya. Wei Wei mengiyakannya saja tanpa benar-benar peduli.


Tapi interupsi ini membuat pikirannya jadi sadar dan langsung menyesali perbuatannya yang hampir saja berselingkuh beneran. Ke Huan berusaha menariknya kembali ke dalam pelukannya, tapi kali ini Wei Wei langsung menolaknya.

"Walaupun aku tidak mengenakannya, tapi cincinnya Hao Yi tetap ada di sini. Aku tidak pernah melepaskannya. Maaf."

"Zhou Wei Wei, aku tahu kau menekan dirimu sendiri. Aku juga berusaha keras mengontrol diriku sendiri. Tapi sekarang, setiap hari, setiap kali aku melihatmu, aku tak mampu mengucap apapun, aku bahkan tak bisa melakukan apapun. Ini benar-benar mengganggu kepribadianku, Chu Ke Huan. Zhou Wei Wei, kapan kau akan menghadapi dirimu sendiri?"

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam